Kemarau, Air di Bendungan Gerokgak Menyusut
Dalam kondisi normal, air bendungan akan berada pada ketinggian genangan air mencapai 13 meter dari dasar penampungan air.
SINGARAJA, NusaBali
Memasuki puncak musim kemarau, debit air di bendungan Gerokgak, Kecamatan Gerokgak, Buleleng mengalami penyusutan. Air pada bendungan yang dibangun pada tahun 1990 ini terlihat surut pada titik terakhir penampungan bendungan. Genangan air sudah berada pada pondasi dasar bebatuan bendungan.
Penurunan volume air pada bendungan ini diketahui telah terjadi sejak dua bulan terakhir di awal musim kemarau. Hal ini disebut sudah biasa terjadi hampir setiap tahunnya. "Turunnya volume air pada Bendungan Gerokgak ini terjadi sejak Juli lalu," ujar Petugas Pengelola dan Penjagaan Bendungan Gerokgak, Sucipto, Minggu (20/9).
Sucipto mengatakan, dalam kondisi normal, air bendungan akan berada pada ketinggian genangan air mencapai 13 meter dari dasar penampungan air dengan luas genangan air sekitar 23 hektare. Namun karena musim kemarau, air di bendungan surut berada di titik nol tampungan mati
Air di bendung Gerokgak digunakan untuk memenuhi kebutuhan air bersih warga, perusahaan swasta, serta lahan pertanian. Akibatnya, pasokan air ke wilayah Kecamatan Gerokgak mulai berkurang. Kendati demikian, pihaknya mengaku masih mampu menyuplai air ke sejumlah subak-subak petani, namun dilakukan secara bergiliran.
"Kami masih suplai air bendungan di tiga desa, yakni Desa Patas, Desa Gerokgak dan Desa Pengulon dengan 8 kelompok subak dengan total lahan sekitar 411 hektar areal pertanian. Air bendungan dialirkan melalui pipa terowongan bendungan bawah tanah," ungkap Sucipto.
Menurut dia, petani di Gerokgak sudah mengetahui penyusutan volume air di bendungan ini. Sehingga mereka melakukan penyesuaian dengan beralih menanam tanaman kering yang tak banyak membutuhkan air, seperti kacang, jagung, dan tanaman kering lainnya.*cr75
Penurunan volume air pada bendungan ini diketahui telah terjadi sejak dua bulan terakhir di awal musim kemarau. Hal ini disebut sudah biasa terjadi hampir setiap tahunnya. "Turunnya volume air pada Bendungan Gerokgak ini terjadi sejak Juli lalu," ujar Petugas Pengelola dan Penjagaan Bendungan Gerokgak, Sucipto, Minggu (20/9).
Sucipto mengatakan, dalam kondisi normal, air bendungan akan berada pada ketinggian genangan air mencapai 13 meter dari dasar penampungan air dengan luas genangan air sekitar 23 hektare. Namun karena musim kemarau, air di bendungan surut berada di titik nol tampungan mati
Air di bendung Gerokgak digunakan untuk memenuhi kebutuhan air bersih warga, perusahaan swasta, serta lahan pertanian. Akibatnya, pasokan air ke wilayah Kecamatan Gerokgak mulai berkurang. Kendati demikian, pihaknya mengaku masih mampu menyuplai air ke sejumlah subak-subak petani, namun dilakukan secara bergiliran.
"Kami masih suplai air bendungan di tiga desa, yakni Desa Patas, Desa Gerokgak dan Desa Pengulon dengan 8 kelompok subak dengan total lahan sekitar 411 hektar areal pertanian. Air bendungan dialirkan melalui pipa terowongan bendungan bawah tanah," ungkap Sucipto.
Menurut dia, petani di Gerokgak sudah mengetahui penyusutan volume air di bendungan ini. Sehingga mereka melakukan penyesuaian dengan beralih menanam tanaman kering yang tak banyak membutuhkan air, seperti kacang, jagung, dan tanaman kering lainnya.*cr75
Komentar