Guru Besar Epidemiologi Meninggal karena Corona
Prof Wirawan Gagas Tim Relawan Covid-19
DENPASAR, NusaBali
Tokoh Kesehatan Masyarakat (Kesmas) yang juga Guru Besar Fakultas Kedokteran Unud, Prof dr Dewa Nyoman Wirawan MPH, 71,meninggal dunia akibat Covid-19.
Guru besar ahli epidemiologi satu-satunya di Unud ini menghembuskan napas terakhir dalam perawatan Covid-19 di ICU RSUP Sanglah, Denpasar, Selasa (22/9) dinihari pukul 03.00 Wita. Prof dr Dewa Nyoman Wirawan, yang merupakan tokoh pendiri Yayasan Kerti Praja, berpulang dalam usia 71 tahun setelah dirawat selama hampir 2 minggu di RSUP Sanglah, sejak 9 September 2020 lalu. “Memang benar (meninggal karena Covid-19, Red). Kami hampir dua minggu ini intens komunikasi dengan pihak RSUP Sanglah untuk mendapatkan update perawatan beliau,” ungkap Ketua Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Provinsi Bali, Made Kerta Duana, saat dihubungi NusaBali, Selasa petang.
Almarhum Prof Dewa Nyoman Wirawan merupakan salah satu penggagas berdirinya IAKMI Provinsi Bali. Sebagai Ketua IAKMI Bali, Made Kerta Duana pun kerap berkomunikasi dengan almarhum---yang berharap IAKMI terbentuk di semua kabupaten/kota se-Bali. Meski memasuki usia senja, Prof Wirawan dikenal sangat energik dan aktif mengikuti berbagai kegiatan kesehatan, khususnya tentang pencegahan penyakit.
“Beliau sangat aktif dalam berbagai kegiatan kesehatan, terutama pencegahan penyakit. Bahkan, yang terakhir beliau menggagas pembentukan Tim Relawan Covid-19 Tingkat Provinsi Bali dan Kota Denpasar, serta mensupport pembiayaannya,” jelas Kerta Dana, yang kesehariannya juga dosen di Fakultas Kedokteran Unud.
Bukan hanya itu, almarhum Prof Wirawan juga menginisiasi kegiatan membagikan lebih dari 12.500 masker, yang disalurkan melalui Pengurus Cabang IAKMI di seluruh Bali. Menurut Kerta Duana, Prof Wirawan adalah sosok yang tegas dan disiplin dalam mengajar, sehingga disegani oleh anak didiknya. Namun, di balik sosoknya yang tegas dan disiplin, Prof Wirawan memiliki hati dermawan.
“Teknik membimbingnya itu yang sangat berkesan bagi anak didiknya. Bila sudah mengenal lebih dekat, beliau ini sosok yang dermawan dan sangat mengayomi. Kami sangat kehilangan sosok yang membimbing kami,” papar Kerta Dana.
Disebutkan, Prof Wirawan sebenarnya sudah pensiun tahun 2018. Namun, almarhum masih diperbantukan lagi untuk mengajar di Program Pascasarjana Bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat, karena guru besar di bidang kesehatan masyarakat khususnya epidemiologi masih sangat terbatas. Sedangkan Prodi S2 dan S3 Bidang Kesehatan Masyarakat membutuhkannya.
Dekan Fakultas Kedokteran Unud, Prof Dr dr I Ketut Suyasa SpB SpOT (K), mengatakan Prof Wirawan memiliki keaktifan riset yang sangat tinggi, terutama dalam bidang HIV dan infeksi menular seksual. “Selain intensitas penelitian yang tinggi, jejaring (network) penelitian Prof Wirawan juga sangat luas dan berskala international. Prof Wirawan juga memiliki banyak publikasi internasional di jurnal internasional bereputasi, dengan jumlah sitasi yang juga tinggi. Selain penelitian, Prof Wirawan juga memiliki kepedulian yang sangat tinggi dalam penanggulangan masalah-masalah kesehatan masyarakat,” papar Prof Suyasa.
Almarhum Prof Wirawan terkenal memiliki analisis tentang permasalahan kesehatan secara epidemiologi sangat tajam. Almarhum adalah sosok guru besar panutan seluruh anak didik. Penampilannya selalu sederhana, santun, cerdas, bersahaja, dan helpfull. “Kami merasa kehilangan seorang guru besar yang senang diajak berdiskusi kapan saja dan di mana saja. Beliau walau pun sudah go international, tetap rendah hati dan selalu membimbing junior serta anak didiknya,” terang Prof Suyasa.
Prof Wirawan dikenal pengabdian masyarakatnya dalam penanggulangan HIV/AIDS. Tahun 1992, Prof Wirawan mendirikan Yayasan Kerti Praja yang beralamat di Jalan Raya Sesetan, Denpasar Selatan. Yayasan ini didirikan untuk menangani masalah kesehatan seksual dan reproduksi pada masyarakat umum serta pada komunitas yang paling berisiko, seperti pekerja seks perempuan, LSL, transgender, pria berisiko tinggi, dan pengguna narkoba suntik.
Sementara itu, Ketua Forum Peduli AIDS (FPA) Provinsi Bali, dr Made Oka Negara FIAS, mengatakan Prof Wirawan merupakan tokoh yang diakui dunia dalam riset, strategi pencegahan, dan penanggulangan HIV/AIDS sejak awal kemunculan AIDS di Bali. Almarhum dikenal sosok yang lebih senang berada di belakang layar, tetapi berkarakter tegas, dengan hitung-hitungan cermat dalam membuat perencanaan hingga eksekusi program penanggulangan AIDS di Indonesia. Termasuk juga konsultan perencanaan kesehatan masyarakat yang mumpuni.
“Keberpihakan beliau kepada masyarakat, populasi target aksi program, populasi kunci upaya pencegahan, dan memberi dukungan all out, termasuk memastikan upaya dari hulu, hilir, hingga lahirnya peraturan dan regulasi tentang HIV/AIDS, adalah semua ada pada beliau. Tegas, tanpa kompromi adalah ciri khasnya. Upaya penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia dan Bali mungkin akan tertinggal jika tiada sosok beliau,” kata dr Oka Negara.
Ada pengalaman pribadi antara dr Oka Negara dengan almarhum Prof Wirawan. Selama menjadi mahasiswa, dr Oka Negara pernah berdebat dengan Prof Wirawan untuk mendapatkan nilai lulus di mata kuliahnya. “Beliau pengajar mata kuliah epidemiologi yang legendaris. Saya sempat berdebat untuk mendapat nilai lulus di mata kuliah killer ini. Tegas tapi membimbing, itu saya suka. Ciri khas beliau, baju kemeja, sandal, dan buah pepaya potong. He he, kenangan indah,” cerita dr Oka Negara. *ind
Komentar