Tradisi Makotek di Munggu Tetap Digelar
Sebelum pandemi Covid-19, seluruh krama Desa Adat Munggu ikut dalam tradisi Makotek. Namun, sekarang krama dibatasi maksimal hanya 75 orang
MANGUPURA, NusaBali
Tradisi Makotek di Desa Adat Munggu, Kecamatan Mengwi, Badung, yang dilaksanakan tiap Hari Raya Kuningan pada Saniscara Kliwon Kuningan, kali ini akan berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Kendati tetap dilaksanakan, namun krama desa adat yang terlibat akan dibatasi.
Pembatasan ini sudah berdasarkan keputusan dari Desa Adat Munggu. Menurut Bendesa Adat Munggu I Made Rai Sujana, di tengah pandemi Covid-19 tradisi Makotek yang rutin digelar tiap Hari Raya Kuningan tetap dilaksanakan dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat. Untuk itu krama yang ikut akan dibatasi.
“Biasanya seluruh krama Desa Adat Munggu ikut dalam tradisi ini. Namun, sekarang krama dibatasi yakni maksimal hanya 75 orang,” kata Sujana saat dikonfirmasi, Jumat (25/9).
Krama yang akan mengikuti tradisi Makotek merupakan perwakilan dari masing-masing banjar se-Desa Adat Munggu. “Desa Adat Munggu memiliki sebanyak 1.130 kepala keluarga (KK) atau sekitar 4.000 jiwa. Dibagi ke dalam 12 banjar. Jadi perwakilan masing-masing banjar yang akan mengikuti tradisi Makotek. Itupun kalangan pemudanya saja,” tutur Sujana.
Disinggung apakah pelaksanaannya berbeda dari tahun sebelumnya, Sujana menyebut untuk rangkaian upacara tidak berbeda. “Masih sama, nanti dimulai sekitar pukul 13.00 Wita. Diawali dengan melakukan persembahyangan bersama di Pura Desa,” ujarnya.
Setelah persembahyangan, krama kemudian mengelilingi desa dengan membawa kayu pulet sepanjang sekitar 3 meter. Kayu pulet tersebut merupakan pengganti tombak yang dulu digunakan pasukan Kerajaan Mengwi saat perang melawan Kerajaan Blambangan.
“Jadi besok (hari ini), krama yang ikut wajib mengikuti protokol kesehatan, misalnya menggunakan masker dan jaga jarak,” tandas Sujana.
Untuk diketahui, Makotek adalah tradisi perang kayu. Tradisi yang hanya dilaksanakan setiap Hari Raya Kuningan ini hanya ada di Desa Adat Munggu, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung.
Tradisi Makotek merupakan warisan leluhur untuk mengenang peristiwa kemenangan Kerajaan Mengwi saat perang melawan Kerajaan Blambangan. Disebut Makotek karena mengikuti bunyi kayu-kayu yang saling bertabrakan ketika disatukan menjadi bentuk gunungan. Konon pernah suatu ketika krama Desa Adat Munggu tak menyelenggarakan tradisi ini karena dilarang oleh pemerintah kolonial Belanda. Namun, dampaknya muncul penyakit yang sukar disembuhkan, sampai kemudian tradisi ini dihidupkan lagi dan penyakit itu hilang dengan sendirinya. *asa
Pembatasan ini sudah berdasarkan keputusan dari Desa Adat Munggu. Menurut Bendesa Adat Munggu I Made Rai Sujana, di tengah pandemi Covid-19 tradisi Makotek yang rutin digelar tiap Hari Raya Kuningan tetap dilaksanakan dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat. Untuk itu krama yang ikut akan dibatasi.
“Biasanya seluruh krama Desa Adat Munggu ikut dalam tradisi ini. Namun, sekarang krama dibatasi yakni maksimal hanya 75 orang,” kata Sujana saat dikonfirmasi, Jumat (25/9).
Krama yang akan mengikuti tradisi Makotek merupakan perwakilan dari masing-masing banjar se-Desa Adat Munggu. “Desa Adat Munggu memiliki sebanyak 1.130 kepala keluarga (KK) atau sekitar 4.000 jiwa. Dibagi ke dalam 12 banjar. Jadi perwakilan masing-masing banjar yang akan mengikuti tradisi Makotek. Itupun kalangan pemudanya saja,” tutur Sujana.
Disinggung apakah pelaksanaannya berbeda dari tahun sebelumnya, Sujana menyebut untuk rangkaian upacara tidak berbeda. “Masih sama, nanti dimulai sekitar pukul 13.00 Wita. Diawali dengan melakukan persembahyangan bersama di Pura Desa,” ujarnya.
Setelah persembahyangan, krama kemudian mengelilingi desa dengan membawa kayu pulet sepanjang sekitar 3 meter. Kayu pulet tersebut merupakan pengganti tombak yang dulu digunakan pasukan Kerajaan Mengwi saat perang melawan Kerajaan Blambangan.
“Jadi besok (hari ini), krama yang ikut wajib mengikuti protokol kesehatan, misalnya menggunakan masker dan jaga jarak,” tandas Sujana.
Untuk diketahui, Makotek adalah tradisi perang kayu. Tradisi yang hanya dilaksanakan setiap Hari Raya Kuningan ini hanya ada di Desa Adat Munggu, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung.
Tradisi Makotek merupakan warisan leluhur untuk mengenang peristiwa kemenangan Kerajaan Mengwi saat perang melawan Kerajaan Blambangan. Disebut Makotek karena mengikuti bunyi kayu-kayu yang saling bertabrakan ketika disatukan menjadi bentuk gunungan. Konon pernah suatu ketika krama Desa Adat Munggu tak menyelenggarakan tradisi ini karena dilarang oleh pemerintah kolonial Belanda. Namun, dampaknya muncul penyakit yang sukar disembuhkan, sampai kemudian tradisi ini dihidupkan lagi dan penyakit itu hilang dengan sendirinya. *asa
Komentar