Karateka Cilik Bali Berjaya di Eropa
Karateka cilik I Komang Sastrawan, 12, menorehkan prestasi tingkat dunia dalam Open Elhatri Karate Tournament di Luxembourg, Sabtu (15/10) Waktu Eropa.
Di sekolahnya yakni SDN 2 Tamblang, Komang Lolak dikenal sebagai anak pendiam, tapi mampu mengikuti semua mata pelajaran dengan baik. Selama ini, Komang Lolak berlatih di Perguruan Lemkari Ranting Tajun Karate Club, di bawah asuhan pelatih Ketut Suanda, karateka asal Banjar Pudeh, Desa Tajun.
Ketut Suanda menceritakan, Komang Lolak mulai berlatih beladiri karate sejak duduk di bangku Kelas III SD. Awalnya, bocah ini menolak diajak latihan, karena takut sakit kena pukul. Namun, Suanda punya cara untuk mengajak anak-anak di desanya berlatih beladiri, termasuk Komang Lolak. “Saya tidak mau paksakan, tapi saya coba dengan cara bermain sambil berlatih. Akhirnya, Komang Lolak dan semua anak-anak di sini mau berlatih,” ungkap Suada, karateka yang kesehariannya jadi Guru Pengawas di Dinas Pendidikan Bangli.
Menurut Suanda, bakat Komang Lolak di karate sudah terlihat ketika baru beberapa hari mengikuti latihan. Bakat itu terlihat dari kuda-kuda yang ditunjukkan saat latihan. Suanda pun merasa yakin, kelak Komang Lolak akan menjadi karateka berprestasi. “Memang Komang Lolak itu berbakat sekali, lain dari yang lain. Sekali diajarkan, cepat sekali menyerap gerak dan teknik. Saya yakin anak ini akan jadi (sukses sebagai atlet karate, Red),” katanya.
Sementara itu, Komang Lolak sebelumnya mengakui tidak ada persiapan apa pun dalam menghadapi setiap turnamen. Namun, dia punya kebiasaan rutin dalam menjaga kebugaran dan staminanya, dengan lari sejauh 1 kilometer dan push up 50 kali sehari. “Latihan biasa, tiap sore lari dan push up. Kalau membantu Bapak petik cengkih, biasa juga,” tutur Komang Lolak saat ditemui NusaBali di SDN 2 Tamblang, beberapa waktu lalu.
Komang Lolak yang punya cita-cita jadi anggota Brimob, mengaku mendapat hadiah medali dan uang pembinaan sebesar Rp 35 juta atas suksesnya jadi jawara nasional di ajang O2SN 2016 di Jakarta. Uang tersebut rencananya dibelikan sapi untuk orangtuanya, sebagai bekal nanti melanjutkan pendidikan SMP dan SMA. “Nanti buat beli sepeda motor, sekolahnya nanti jauh,” katanya.
Sedangkan Kepala Sekolah (Kasek) SDN 2 Tamblang, I Ketut Darmawan, mengakui sekolahnya sering melahirkan karateka berprestasi di bawah asuhan pelatih Ketut Suanda. Karena itulah, Darmawan mengaku tengah pertimbangkan untuk membuka ekstrakurikuler karate di sekolahnya.
“Kami sangat bangga dengan keberhasilan Komang Sastrawan (Komang Lolak) yang bisa tembus sampai tingkat internasional. Memang sekolah ini banyak melahirkan atlet karate. Ke depan, kami ingin buka ekstrakurikuler karate, karena peminatnya juga banyak, di samping orangtuanya anak-anak juga sangat mendukung,” harap Darmawan.
SDN 2 Tamblang sendiri berada di perbatasan antara Temblang (sisi utara) dan Desa Tajun (sisi selatan). Lokasinya berada di Banjar Kelampuak, Desa Tamblang. Selama ini, siswa yang bersekolah di SDN 2 Tamblang sebagian besar anak-anak asal Desa Tajun, termasuk Komang Lolak. * k19
Ketut Suanda menceritakan, Komang Lolak mulai berlatih beladiri karate sejak duduk di bangku Kelas III SD. Awalnya, bocah ini menolak diajak latihan, karena takut sakit kena pukul. Namun, Suanda punya cara untuk mengajak anak-anak di desanya berlatih beladiri, termasuk Komang Lolak. “Saya tidak mau paksakan, tapi saya coba dengan cara bermain sambil berlatih. Akhirnya, Komang Lolak dan semua anak-anak di sini mau berlatih,” ungkap Suada, karateka yang kesehariannya jadi Guru Pengawas di Dinas Pendidikan Bangli.
Menurut Suanda, bakat Komang Lolak di karate sudah terlihat ketika baru beberapa hari mengikuti latihan. Bakat itu terlihat dari kuda-kuda yang ditunjukkan saat latihan. Suanda pun merasa yakin, kelak Komang Lolak akan menjadi karateka berprestasi. “Memang Komang Lolak itu berbakat sekali, lain dari yang lain. Sekali diajarkan, cepat sekali menyerap gerak dan teknik. Saya yakin anak ini akan jadi (sukses sebagai atlet karate, Red),” katanya.
Sementara itu, Komang Lolak sebelumnya mengakui tidak ada persiapan apa pun dalam menghadapi setiap turnamen. Namun, dia punya kebiasaan rutin dalam menjaga kebugaran dan staminanya, dengan lari sejauh 1 kilometer dan push up 50 kali sehari. “Latihan biasa, tiap sore lari dan push up. Kalau membantu Bapak petik cengkih, biasa juga,” tutur Komang Lolak saat ditemui NusaBali di SDN 2 Tamblang, beberapa waktu lalu.
Komang Lolak yang punya cita-cita jadi anggota Brimob, mengaku mendapat hadiah medali dan uang pembinaan sebesar Rp 35 juta atas suksesnya jadi jawara nasional di ajang O2SN 2016 di Jakarta. Uang tersebut rencananya dibelikan sapi untuk orangtuanya, sebagai bekal nanti melanjutkan pendidikan SMP dan SMA. “Nanti buat beli sepeda motor, sekolahnya nanti jauh,” katanya.
Sedangkan Kepala Sekolah (Kasek) SDN 2 Tamblang, I Ketut Darmawan, mengakui sekolahnya sering melahirkan karateka berprestasi di bawah asuhan pelatih Ketut Suanda. Karena itulah, Darmawan mengaku tengah pertimbangkan untuk membuka ekstrakurikuler karate di sekolahnya.
“Kami sangat bangga dengan keberhasilan Komang Sastrawan (Komang Lolak) yang bisa tembus sampai tingkat internasional. Memang sekolah ini banyak melahirkan atlet karate. Ke depan, kami ingin buka ekstrakurikuler karate, karena peminatnya juga banyak, di samping orangtuanya anak-anak juga sangat mendukung,” harap Darmawan.
SDN 2 Tamblang sendiri berada di perbatasan antara Temblang (sisi utara) dan Desa Tajun (sisi selatan). Lokasinya berada di Banjar Kelampuak, Desa Tamblang. Selama ini, siswa yang bersekolah di SDN 2 Tamblang sebagian besar anak-anak asal Desa Tajun, termasuk Komang Lolak. * k19
1
2
Komentar