IRT Gantung Diri Pakai Busana Adat
Saat menuju dapur inilah, Komang Dana mendapati istri tercintanya dalam posisi gantung diri.
GIANYAR, NusaBali
Seorang warga perantauan, Ni Ketut Sugiani, 37, nekat mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri. Korban asal Kubu, Karangasem ini gantung diri di dapur tempat mesnya di Banjar Batanancak, Desa Mas, Kecamatan Ubud, Kamis (1/10) sore.
Informasi dihimpun, ibu satu anak remaja ini diduga frustasi atas penyakit yang diderita tak kunjung sembuh. Korban mengenakan busana adat, yakni kebaya, kamen lengkap dengan senteng. Saat kejadian bertepatan dengan rahina Purnama Sasih Kapat, Wraspati Kliwon Langkir.
Warga setempat pun dibuat geger dengan kejadian tersebut. Korban ditemukan sudah dalam kondisi meninggal dunia. Korban nekat mengakhiri hidupnya dengan tali plastik. Informasi dihimpun, sejatinya beberapa jam sebelum kejadian anak kandungnya sempat melihat korban baru datang dari kerja. Korban bekerja di sebuah warung makan babi guling di kawasan Desa Lodtunduh, Ubud.
Kepada anaknya, korban sempat mengeluhkan kondisi tidak enak badan. Sejurus kemudian korban menuju dapur, namun anaknya tidak menaruh curiga. Berselang beberapa jam kemudian, datanglah suami korban Komang Dana. Sang suami menanyakan keberadaan korban kepada anaknya yang dibilang berada di dapur. Nah, saat menuju dapur inilah, Komang Dana mendapati istri tercintanya dalam posisi gantung diri.
Selanjutnya Komang Dana menghubungi pemilik mes bahwa istrinya telah tergantung. Mendapatkan informasi tersebut selanjutnya pemilik mes mendatangi rumahnya dan melaporkan kejadian tersebut ke Polsek Ubud guna tindakan lebih lanjut.
Dikonfirmasi, Jumat (2/10) Kapolsek Ubud, AKP Gde Sudyatmaja membenarkan kejadian yang bertepatan dengan Hari Suci Purnama Kapat tersebut. “Benar, kemarin ada orang gantung diri di Desa Mas. Korban tergantung menggunakan tali plastik warna biru dengan panjang kurang lebih 2 meter mengenakan pakaian adat Bali kebaya. Ditemukan 2 kursi plastik 1 masih berdiri dan 1 kursi dalam keadaan terjatuh,” jelasnya.
Sementara dari pengakuan suami korban, bahwa korban kerap kali mengeluh sakit mual-mual pada ulu hati. Sedangkan hasil pemeriksaan tim medis IGD RS Ari Canti Mas, kematian korban diduga kurang lebih tiga jam dari diterima di RS. Terdapat tanda-tanda patah tulang leher karena tidak bisa di gerakan, lidah menjulur tergigit gigi, dan kondisi mayat mulai kaku. Atas kejadian itu pihak keluarga menerimanya sebagai musibah.
Dikonfirmasi terpisah, Kelihan Banjar Batanancak I Kadek Parnawa mengatakan lokasi kejadian akan segera dilakukan pecaruan. "Ya pasti akan digelar upacara pecaruan," ujarnya. Sepengetahuannya, korban merupakan penduduk pendatang yang bekerja dengan pemilik mes. "Itu penduduk pendatang dari Karangasem. Suaminya sebagai sopir toko bangunan. Sepengetahuan kami, keluarga ini sudah cukup lama tinggal disini," ujarnya. Pasca kejadian, jenazah korban sempat disemayamkan di RS Ari Canti Mas, sebelum akhirnya dibawa ke rumah duka Karangasem. *nvi
Seorang warga perantauan, Ni Ketut Sugiani, 37, nekat mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri. Korban asal Kubu, Karangasem ini gantung diri di dapur tempat mesnya di Banjar Batanancak, Desa Mas, Kecamatan Ubud, Kamis (1/10) sore.
Informasi dihimpun, ibu satu anak remaja ini diduga frustasi atas penyakit yang diderita tak kunjung sembuh. Korban mengenakan busana adat, yakni kebaya, kamen lengkap dengan senteng. Saat kejadian bertepatan dengan rahina Purnama Sasih Kapat, Wraspati Kliwon Langkir.
Warga setempat pun dibuat geger dengan kejadian tersebut. Korban ditemukan sudah dalam kondisi meninggal dunia. Korban nekat mengakhiri hidupnya dengan tali plastik. Informasi dihimpun, sejatinya beberapa jam sebelum kejadian anak kandungnya sempat melihat korban baru datang dari kerja. Korban bekerja di sebuah warung makan babi guling di kawasan Desa Lodtunduh, Ubud.
Kepada anaknya, korban sempat mengeluhkan kondisi tidak enak badan. Sejurus kemudian korban menuju dapur, namun anaknya tidak menaruh curiga. Berselang beberapa jam kemudian, datanglah suami korban Komang Dana. Sang suami menanyakan keberadaan korban kepada anaknya yang dibilang berada di dapur. Nah, saat menuju dapur inilah, Komang Dana mendapati istri tercintanya dalam posisi gantung diri.
Selanjutnya Komang Dana menghubungi pemilik mes bahwa istrinya telah tergantung. Mendapatkan informasi tersebut selanjutnya pemilik mes mendatangi rumahnya dan melaporkan kejadian tersebut ke Polsek Ubud guna tindakan lebih lanjut.
Dikonfirmasi, Jumat (2/10) Kapolsek Ubud, AKP Gde Sudyatmaja membenarkan kejadian yang bertepatan dengan Hari Suci Purnama Kapat tersebut. “Benar, kemarin ada orang gantung diri di Desa Mas. Korban tergantung menggunakan tali plastik warna biru dengan panjang kurang lebih 2 meter mengenakan pakaian adat Bali kebaya. Ditemukan 2 kursi plastik 1 masih berdiri dan 1 kursi dalam keadaan terjatuh,” jelasnya.
Sementara dari pengakuan suami korban, bahwa korban kerap kali mengeluh sakit mual-mual pada ulu hati. Sedangkan hasil pemeriksaan tim medis IGD RS Ari Canti Mas, kematian korban diduga kurang lebih tiga jam dari diterima di RS. Terdapat tanda-tanda patah tulang leher karena tidak bisa di gerakan, lidah menjulur tergigit gigi, dan kondisi mayat mulai kaku. Atas kejadian itu pihak keluarga menerimanya sebagai musibah.
Dikonfirmasi terpisah, Kelihan Banjar Batanancak I Kadek Parnawa mengatakan lokasi kejadian akan segera dilakukan pecaruan. "Ya pasti akan digelar upacara pecaruan," ujarnya. Sepengetahuannya, korban merupakan penduduk pendatang yang bekerja dengan pemilik mes. "Itu penduduk pendatang dari Karangasem. Suaminya sebagai sopir toko bangunan. Sepengetahuan kami, keluarga ini sudah cukup lama tinggal disini," ujarnya. Pasca kejadian, jenazah korban sempat disemayamkan di RS Ari Canti Mas, sebelum akhirnya dibawa ke rumah duka Karangasem. *nvi
Komentar