Pamer Kopi Buleleng, Pertemukan Pencinta dan Pelaku Kopi
Pameran ini adalah salah satu upaya memperkenalkan kopi Buleleng.
SINGARAJA, NusaBali
Buleleng menjadi salah satu kabupaten penyedia kopi di Bali dan Indonesia. Potensi kopi di Buleleng terhitung cukup tinggi. Saat ini luas lahan pertanian kopi di Buleleng mencapai 11.033,87 hektare. Seluas 9.422,87 hektare di antaranya merupakan lahan pertanian kopi robusta dan 1.611 hektare sisanya merupakan lahan pertanian arabika.
Dengan puluhan ribu lahan pertanian kopi tersebut, setiap tahunnya Buleleng mampu menghasilkan sebanyak 4.524,38 ton kopi robusta dan arabika. Kopi robusta sebanyak 3.986 dan 538,26 ton kopi arabika. Namun dengan jumlah produksi yang cukup banyak ini, tidak serta merta membuat kopi Buleleng menjadi tuan rumah di daerahnya.
Atas dasar itu, Koperasi Pangan Bali Utara melangsungkan Pamer Kopi Buleleng, Jumat (2/10) di Coffee Shop Ko-Vaitnam, Kota Singaraja. Dalam kegiatan ini juga mempertemukan antar pelaku kopi di Buleleng untuk saling bertukar informasi mengenai kopi di wilayah masing-masing.
Ketua Koperasi Pangan Bali Utara, Dede Tobing Crysnanjaya mengatakan, kegiatan Pamer Kopi Buleleng yang digelar bertepatan dengan Hari Kopi Internasional ini merupakan upaya untuk mempopulerkan kopi Buleleng.
"Berbicara masalah kopi adalah berbicara tentang rasa. Di sini kami pertemukan pelaku-pelaku kopi dan juga pencinta kopi. Kami berharap dengan adanya ajang ini, dapat membantu memasarkan produk mereka di tengah pandemi," jelasnya.
Kegiatan yang dilangsungkan selama dua hari juga diisi dengan eksebisi kopi. Ada tujuh brand kopi lokal Buleleng yang turut memamerkan produknya dalam kegiatan ini. "Mereka di antaranya Kopi Gesing, Kopi Moola Pedawa, Kopi Banyuatis, Kopitem Sekumpul, Kopi Blue Tamblingan, Amerta Giri Wanagiri dan Wanagiri Bali Coffee," beber dia.
Kegiatan ini juga diisi dengan diskusi tentang potensi kopi. Pada hari pertama diskusi menghadirkan narasumber Ketua KWT Sari Amerta Giri Komang Budiani, yang membahas tentang proses yang dilakukan oleh para perempuan tani di Desa Wanagiri; Ketut Sudisma pemilik brand Kopitem Sekumpul, yang membahas tentang anak muda yang membangun usaha kopi dengan memanfaatkan potensi lokal yang ada.
Pada hari kedua, Sabtu (3/10), diskusi menghadirkan narasumber Putu Ardana, pemilik brand kopi Blue Tamblingan yang membahas perkembangan kopi di dataran tinggi Buleleng. Komang Sukarsana pemilik brand Kopi Bali Arabika yang membahas potensi dan peluang bisnis kopi Buleleng di Indonesia dan Bali khususnya. Terakhir, Gede Pusaka Direktur Kopi Banyuatis dan Kopling mrmbahas legenda kopi di Buleleng yang hingga saat ini masih bertahan di Buleleng.*cr75
Buleleng menjadi salah satu kabupaten penyedia kopi di Bali dan Indonesia. Potensi kopi di Buleleng terhitung cukup tinggi. Saat ini luas lahan pertanian kopi di Buleleng mencapai 11.033,87 hektare. Seluas 9.422,87 hektare di antaranya merupakan lahan pertanian kopi robusta dan 1.611 hektare sisanya merupakan lahan pertanian arabika.
Dengan puluhan ribu lahan pertanian kopi tersebut, setiap tahunnya Buleleng mampu menghasilkan sebanyak 4.524,38 ton kopi robusta dan arabika. Kopi robusta sebanyak 3.986 dan 538,26 ton kopi arabika. Namun dengan jumlah produksi yang cukup banyak ini, tidak serta merta membuat kopi Buleleng menjadi tuan rumah di daerahnya.
Atas dasar itu, Koperasi Pangan Bali Utara melangsungkan Pamer Kopi Buleleng, Jumat (2/10) di Coffee Shop Ko-Vaitnam, Kota Singaraja. Dalam kegiatan ini juga mempertemukan antar pelaku kopi di Buleleng untuk saling bertukar informasi mengenai kopi di wilayah masing-masing.
Ketua Koperasi Pangan Bali Utara, Dede Tobing Crysnanjaya mengatakan, kegiatan Pamer Kopi Buleleng yang digelar bertepatan dengan Hari Kopi Internasional ini merupakan upaya untuk mempopulerkan kopi Buleleng.
"Berbicara masalah kopi adalah berbicara tentang rasa. Di sini kami pertemukan pelaku-pelaku kopi dan juga pencinta kopi. Kami berharap dengan adanya ajang ini, dapat membantu memasarkan produk mereka di tengah pandemi," jelasnya.
Kegiatan yang dilangsungkan selama dua hari juga diisi dengan eksebisi kopi. Ada tujuh brand kopi lokal Buleleng yang turut memamerkan produknya dalam kegiatan ini. "Mereka di antaranya Kopi Gesing, Kopi Moola Pedawa, Kopi Banyuatis, Kopitem Sekumpul, Kopi Blue Tamblingan, Amerta Giri Wanagiri dan Wanagiri Bali Coffee," beber dia.
Kegiatan ini juga diisi dengan diskusi tentang potensi kopi. Pada hari pertama diskusi menghadirkan narasumber Ketua KWT Sari Amerta Giri Komang Budiani, yang membahas tentang proses yang dilakukan oleh para perempuan tani di Desa Wanagiri; Ketut Sudisma pemilik brand Kopitem Sekumpul, yang membahas tentang anak muda yang membangun usaha kopi dengan memanfaatkan potensi lokal yang ada.
Pada hari kedua, Sabtu (3/10), diskusi menghadirkan narasumber Putu Ardana, pemilik brand kopi Blue Tamblingan yang membahas perkembangan kopi di dataran tinggi Buleleng. Komang Sukarsana pemilik brand Kopi Bali Arabika yang membahas potensi dan peluang bisnis kopi Buleleng di Indonesia dan Bali khususnya. Terakhir, Gede Pusaka Direktur Kopi Banyuatis dan Kopling mrmbahas legenda kopi di Buleleng yang hingga saat ini masih bertahan di Buleleng.*cr75
1
Komentar