Pasca Ambruk Jembatan Kuning, Ceningan - Lembongan 'Disambungkan' Perahu
Biaya penyeberangan antara Rp 20.000 - Rp 25.000 per sepeda motor, dan Rp 5.000 per orang.
SEMARAPURA, NusaBali
Arus penyeberangan antara Nusa Ceningan - Nusa Lembongan, Kecataman Nusa Penida, Klungkung, lumpuh. Kondisi itu menyusul ambruknya Jembatan Kuning, penghubung dua pulau tersebut, Minggu (16/10) petang pukul 18.10 Wita. Untuk alternatif, sebelum pembangunan jembatan baru terwujud 2017, warga terpaksa ‘menyambungkan’ dua pulau itu dengan menggunakan perahu.
Pantauan NusaBali Senin (17/10) pagi, warga yang menyeberang antara Nusa Ceningan - Lembongan, menggunakan perahu. Kondisi ini tentu lebih ribet ketimbang melintasi Jembatan Kuning, yang oleh anak-anak muda setempat menyebutnya Jembatan Cinta. Dengan berperahu, biaya penyeberangan bervariasi antara Rp 20.000 - Rp 25.000 per sepeda motor, dan Rp 5.000 per orang.
Namun, tarif tersebut hanya dikenakan bagi pengunjung atau wisatawan. Bagi warga lokal, terutama pelajar, gratis. Hal ini sesuai instruksi dari prajuru setempat, karena dalam kondisi darurat dan berduka. Jumlah pelajar dari Nusa Ceningan yang sekolah ke Nusa Lembongan, cukup tinggi atau rata-rata 100 pelajar jenjang SMP dan SMA. “Siswa harus berangkat lebih pagi karena menyeberang dengan perahu. Mereka juga harus membuka sepatu agar tidak basah saat naik perahu,” ujar Putu Manik, seorang guru di SMA Wisata Darma di Lembongan. Saat ini siswa, masuk seperti biasanya, namun untuk sementara belum bisa melaksanakan proses belajar mengajar. Karena sekolah masih berduka, setelah kehilangan seorang guru di SMA Wisata Darma I Putu Ardiana, dalam musibah itu.
Sementara itu, seorang penyedia jasa penyeberangan perahu, Wayan Wika di Desa Lembongan, mengaku mengalami peningkatan tajam untuk mengangkut warga. Setidaknya dari pagi hingga siang hari, bisa mengangkut 15 kali warga dengan kapasitas rata-rata 8 orang. Dia hanya memasang tarif untuk wisatwan, sedangkan warga lokal dan pelajar diberikan gratis. “Kalau biasanya paling saya hanya mengangkut 1-2 kali penyeberangan itupun wisatawan yang hendak snorkling dan diving,” katanya.
Sedikitnya 5 perahu aktif melayani jasa penyeberangan, termasuk mengantar pamedek yang tangkil sembahyang Pujawali ke Pura Bakung di Banjar Ceningan Kangin, Desa Lembongan, Soma Kliwon Krulut, Senin kemarin. Menurut Perbekel Desa Lembongan I Ketut Gede Arjaya, pihaknya sudah meminta kepada jasa penyedia perahu untuk memberikan gratis khususnya kepada siswa. Namun, pihaknya masih cemas jika hanya menggunakan perahu tersebut. “Kami masih khawatir jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, sebab perahu ini memang rentan oleng jika diterjang gelombang,” katanya.
Perbekel Arjaya sudah menggelar rapat di internal untuk mencari solusi yang lebih jitu. Akhirnya, diputuskan menggunakan perahu shuttle boat yang lebih panjang ketimbang perahu tradisional. Karena tidak ada anggaran kedaruratan di desa, Arjaya menyodorkan solusi tersebut kepada Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta ketika turun ke lokasi ambruknya Jembatan Kuning, Senin siang. “Kami mohon pemerintah bisa membantu hal tersebut, ditafsir harganya di bawah Rp 200 juta/unit,” harapnya.
Bupati Suwirta mengatakan, pihaknya sudah menampung usulan pengadaan shuttle boat tersebut, nantinya akan berkoordinasi dengan BPBD Provinsi Bali. Karena dalam kondisi darurat perahu tersebut bisa dialokasikan. “Kita akan upayakan hal ini secepatnya,” ujarnya. Ia menegaskan agar tidak ada oknum-oknum yang mencari celah untuk meraup keuntungan lebih di tengah kondisi saat ini. * wa
Pantauan NusaBali Senin (17/10) pagi, warga yang menyeberang antara Nusa Ceningan - Lembongan, menggunakan perahu. Kondisi ini tentu lebih ribet ketimbang melintasi Jembatan Kuning, yang oleh anak-anak muda setempat menyebutnya Jembatan Cinta. Dengan berperahu, biaya penyeberangan bervariasi antara Rp 20.000 - Rp 25.000 per sepeda motor, dan Rp 5.000 per orang.
Namun, tarif tersebut hanya dikenakan bagi pengunjung atau wisatawan. Bagi warga lokal, terutama pelajar, gratis. Hal ini sesuai instruksi dari prajuru setempat, karena dalam kondisi darurat dan berduka. Jumlah pelajar dari Nusa Ceningan yang sekolah ke Nusa Lembongan, cukup tinggi atau rata-rata 100 pelajar jenjang SMP dan SMA. “Siswa harus berangkat lebih pagi karena menyeberang dengan perahu. Mereka juga harus membuka sepatu agar tidak basah saat naik perahu,” ujar Putu Manik, seorang guru di SMA Wisata Darma di Lembongan. Saat ini siswa, masuk seperti biasanya, namun untuk sementara belum bisa melaksanakan proses belajar mengajar. Karena sekolah masih berduka, setelah kehilangan seorang guru di SMA Wisata Darma I Putu Ardiana, dalam musibah itu.
Sementara itu, seorang penyedia jasa penyeberangan perahu, Wayan Wika di Desa Lembongan, mengaku mengalami peningkatan tajam untuk mengangkut warga. Setidaknya dari pagi hingga siang hari, bisa mengangkut 15 kali warga dengan kapasitas rata-rata 8 orang. Dia hanya memasang tarif untuk wisatwan, sedangkan warga lokal dan pelajar diberikan gratis. “Kalau biasanya paling saya hanya mengangkut 1-2 kali penyeberangan itupun wisatawan yang hendak snorkling dan diving,” katanya.
Sedikitnya 5 perahu aktif melayani jasa penyeberangan, termasuk mengantar pamedek yang tangkil sembahyang Pujawali ke Pura Bakung di Banjar Ceningan Kangin, Desa Lembongan, Soma Kliwon Krulut, Senin kemarin. Menurut Perbekel Desa Lembongan I Ketut Gede Arjaya, pihaknya sudah meminta kepada jasa penyedia perahu untuk memberikan gratis khususnya kepada siswa. Namun, pihaknya masih cemas jika hanya menggunakan perahu tersebut. “Kami masih khawatir jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, sebab perahu ini memang rentan oleng jika diterjang gelombang,” katanya.
Perbekel Arjaya sudah menggelar rapat di internal untuk mencari solusi yang lebih jitu. Akhirnya, diputuskan menggunakan perahu shuttle boat yang lebih panjang ketimbang perahu tradisional. Karena tidak ada anggaran kedaruratan di desa, Arjaya menyodorkan solusi tersebut kepada Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta ketika turun ke lokasi ambruknya Jembatan Kuning, Senin siang. “Kami mohon pemerintah bisa membantu hal tersebut, ditafsir harganya di bawah Rp 200 juta/unit,” harapnya.
Bupati Suwirta mengatakan, pihaknya sudah menampung usulan pengadaan shuttle boat tersebut, nantinya akan berkoordinasi dengan BPBD Provinsi Bali. Karena dalam kondisi darurat perahu tersebut bisa dialokasikan. “Kita akan upayakan hal ini secepatnya,” ujarnya. Ia menegaskan agar tidak ada oknum-oknum yang mencari celah untuk meraup keuntungan lebih di tengah kondisi saat ini. * wa
Komentar