Gus Teja Kolaborasi dengan Pianis Jerman
Dalam karya ini, Gus Teja memiliki misi menggaungkan cinta ke seluruh dunia.
DENPASAR, NusaBali
Seniman musik instrumental, Gus Teja, belum lama ini merilis karya berjudul ‘Irreplaceable Love’ di channel youtube pribadinya. Kali ini Gus Teja berkolaborasi dengan Mark Andre, seorang pianis asal Jerman yang cukup lama tinggal di Bali. Lewat lagu terbarunya, Gus Teja ingin membawa vibrasi cinta tak tergantikan di hati setiap manusia.
Irreplaceable Love jika ditarik artinya ke dalam bahasa Indonesia bermakna cinta yang tak tergantikan. Cinta yang dimaksud adalah dalam artian luas, bukan sekadar cinta kepada pasangan. Dalam karya ini, Gus Teja memiliki misi untuk menggaungkan cinta ke seluruh dunia. Tanpa disadari, cinta dan kasih sayanglah yang dibutuhkan oleh semua mahluk di dunia pada saat-saat pandemi seperti ini. “Para pendengar bebas menginterpretasikan lagu Irreplaceable Love ini sesuai dengan pengalaman masing-masing. Entah cinta terhadap pasangan, orangtua, anak, bahkan kepada Tuhan. Intinya adalah bagaimana membawa cinta ini ke dalam hati setiap orang. Karena dunia tanpa cinta itu kering,” tutur Gus Teja, Minggu (4/10).
Dalam karya ‘Irreplaceable Love, Gus Teja yang khas dengan seruling bambunya berpadu dengan permainan piano yang harmonis dari Mark Andre. Kolaborasi ini tercetus saat Gus Teja sering mendengar permainan piano di rumah Mark Andre. “Kebetulan rumah saya berdekatan dengan Mark Andre. Saya sering ke rumahnya untuk sekadar ngopi dan ngobrol. Di rumahnya, saya sering lihat dia main piano dan saya berpikir sepertinya asyik jika dikolaborasikan dengan suling. Saya tawari membuat karya bareng, dan dia setuju,” ujar Gus Teja.
Proses kreatif mencipta lagu, kata Gus Teja, sekitar dua bulan lalu. Ketika lagu tersebut disodorkan ke Mark Andre, proses latihan bersama memakan waktu sekitar satu setengah bulan. Baginya, rasa dari suling dan piano termasuk yang paling sulit mendapatkannya. “Buat lagunya tidak lama. Yang lama justru mencari rasa dan jiwa dari lagu itu. Bagaimana memainkan lagu itu tanpa melihat catatan. Ada perbaikan juga sedikit-sedikit,” jelas lulusan ISI Denpasar tersebut.
Menurut Gus Teja, lagu Irreplaceable Love merupakan buah karyanya selama melewati masa pandemi yang telah berlangsung tujuh bulan terakhir. Diakui, situasi pandemi saat ini cukup mempengaruhi psikis dan emosional masyarakat. Gus Teja pun mengakui beberapa tur dan konser di luar Bali dan luar negeri terpaksa dibatalkan. “Meski pandemi, saya tidak mau kering (tidak berkarya, red). Karya harus tetap jalan. Baru job manggung seret, lantas tidak mau berkarya. Saya tidak mau seperti itu,” kata Gus Teja.
Meski pandemi menghantam, bagi Gus Teja secara pribadi, kreativitas harus tetap jalan. Untuk mengisi kekosongan aktivitas, Gus Teja menyibukkan diri membuat konten-konten menarik. Misalnya saja membuat berbagai macam suling dari bahan-bahan alam. Gus Teja membuat suling dari ubi, kangkung, timun, dan lain-lain. *ind
Irreplaceable Love jika ditarik artinya ke dalam bahasa Indonesia bermakna cinta yang tak tergantikan. Cinta yang dimaksud adalah dalam artian luas, bukan sekadar cinta kepada pasangan. Dalam karya ini, Gus Teja memiliki misi untuk menggaungkan cinta ke seluruh dunia. Tanpa disadari, cinta dan kasih sayanglah yang dibutuhkan oleh semua mahluk di dunia pada saat-saat pandemi seperti ini. “Para pendengar bebas menginterpretasikan lagu Irreplaceable Love ini sesuai dengan pengalaman masing-masing. Entah cinta terhadap pasangan, orangtua, anak, bahkan kepada Tuhan. Intinya adalah bagaimana membawa cinta ini ke dalam hati setiap orang. Karena dunia tanpa cinta itu kering,” tutur Gus Teja, Minggu (4/10).
Dalam karya ‘Irreplaceable Love, Gus Teja yang khas dengan seruling bambunya berpadu dengan permainan piano yang harmonis dari Mark Andre. Kolaborasi ini tercetus saat Gus Teja sering mendengar permainan piano di rumah Mark Andre. “Kebetulan rumah saya berdekatan dengan Mark Andre. Saya sering ke rumahnya untuk sekadar ngopi dan ngobrol. Di rumahnya, saya sering lihat dia main piano dan saya berpikir sepertinya asyik jika dikolaborasikan dengan suling. Saya tawari membuat karya bareng, dan dia setuju,” ujar Gus Teja.
Proses kreatif mencipta lagu, kata Gus Teja, sekitar dua bulan lalu. Ketika lagu tersebut disodorkan ke Mark Andre, proses latihan bersama memakan waktu sekitar satu setengah bulan. Baginya, rasa dari suling dan piano termasuk yang paling sulit mendapatkannya. “Buat lagunya tidak lama. Yang lama justru mencari rasa dan jiwa dari lagu itu. Bagaimana memainkan lagu itu tanpa melihat catatan. Ada perbaikan juga sedikit-sedikit,” jelas lulusan ISI Denpasar tersebut.
Menurut Gus Teja, lagu Irreplaceable Love merupakan buah karyanya selama melewati masa pandemi yang telah berlangsung tujuh bulan terakhir. Diakui, situasi pandemi saat ini cukup mempengaruhi psikis dan emosional masyarakat. Gus Teja pun mengakui beberapa tur dan konser di luar Bali dan luar negeri terpaksa dibatalkan. “Meski pandemi, saya tidak mau kering (tidak berkarya, red). Karya harus tetap jalan. Baru job manggung seret, lantas tidak mau berkarya. Saya tidak mau seperti itu,” kata Gus Teja.
Meski pandemi menghantam, bagi Gus Teja secara pribadi, kreativitas harus tetap jalan. Untuk mengisi kekosongan aktivitas, Gus Teja menyibukkan diri membuat konten-konten menarik. Misalnya saja membuat berbagai macam suling dari bahan-bahan alam. Gus Teja membuat suling dari ubi, kangkung, timun, dan lain-lain. *ind
1
Komentar