Bahan Tradisional Bisa Timbulkan Efek Samping Jerawat
DENPASAR, NusaBali
Jerawat menjadi salah satu penyebab stres dan ketidakpercayaan diri seseorang.
Belakangan ini, masyarakat ingin hasil yang instan dengan membeli produk yang beredar bebas di pasaran. Namun tidak sedikit pula yang mencoba dengan bahan tradisional. Perlu diingat, penggunaan bahan tradisional yang salah bisa perparah jerawat.
Spesialis Kulit dan Kelamin RSUP Sanglah, dr Ni Luh Putu Ratih Vibriyanti Karta SpKK FINSDV mengatakan, akhir-akhir ini banyak sekali di sosial media berkembang informasi bahwa jerawat bisa diobati dengan bahan-bahan tradisional. Dia mengingatkan, walaupun itu obat herbal atau obat tradisional, tetap berisiko timbul efek samping bila penggunaannya salah.
“Seperti salah satunya bawang putih dipakai untuk pengobatan jerawat. Seperti kita tahu, bawang putih banyak sekali khasiatnya. Akan tetapi jika penggunaannya salah, pada beberapa pasien justru menyebabkan iritasi pada jerawatnya. Bahkan iritasinya sampai berat dan timbul bercak hitam, dan sulit dihilangkan,” ujarnya dalam tayangan Youtube Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) Sanglah.
Umumnya jerawat terjadi karena kelebihan minyak alami yang dihasilkan oleh tubuh (sebum). Pori-pori kulit kemudian tersumbat oleh kelebihan minyak tersebut dan sel kulit mati. Beberapa faktor risiko yang menyebabkan jerawat antara lain faktor risiko genetik dan hormonal. Sedangkan faktor makanan masih pro kontra saat ini, terutama makanan mengandung glicemik index yang tinggi, yakni makanan yang ketika diubah menjadi gula di dalam darah justru menjadi jerawat.
Selain itu, ada juga aktor obat-obatan juga bisa mencetuskan jerawat seperti obat-obatan anti kejang yang dikonsumsi rutin dan obat-obat yang mengandung lithium. Faktor lain yang sedang populer saat ini adalah penggunaan kosmetik yang bersifat komedogenik (menutup pori-pori sehingga menyebabkan sumbatan pada kelenjar minyak sehingga membentuk komedo. Untuk orang-orang tertentu yang memiliki bakat jerawat atau acne prone skin, sangat penting mendapatkan perawatan kulit sehingga tidak terjadi sumbatan-sumbatan tersebut.
“Remaja yang tumbuh jerawat adalah karena fase hormonal, yang biasanya akan stabil pada usia 2 tahun. Pada usia 20-21 tahun, jerawat biasanya akan berhenti. Jadi kalau dia pengobatan jerawat di usia 15 tahun, jerawatnya tentu akan masih terjadi. Yang terpenting adalah setelah pengobatan tersebut dilanjutkan dengan perawatan lanjutan terutama untuk kulit-kulit yang acne prone skin,” ungkap dr Ratih.
Hanya saja, sebagian orang tidak sabar dengan hasil. Biasanya mereka memilih perawatan jerawat yang instan. Padahal perawatan kulit utamanya jerawat memerlukan waktu. Biasanya pasien yang ditanganinya memerlukan waktu perawatan 3-6 bulan. Karena itu kontrol rutin, karena dokter akan selalu melihat perkembangan kondisi pasiennya.
“Ketika sudah terjadi perbaikan, dokter biasanya akan menurunkan dosis atau kandungan krim yang dipakai menjadi yang lebih ringan. Atau kalau misalnya terjadi perburukan, dokter akan mengganti ke krim yang lain. Karena jerawat itu ada banyak sekali jenisnya dan fungsinya beda-beda,” jelasnya.
Sementara dr Ratih juga membagikan tips mencegah timbulnya jerawat. Disarankan membersihkan wajah terutama malam sebelum tidur. Namun mencuci wajah disarankan jangan terlalu sering. “Maksimal 3 kali sehari, Karena terlalu sering mencuci wajah juga akan mencetuskan jerawat. Selain itu, tidak memakai make up yang komedogenik, yang terlalu menutupi pori-pori, serta menghindari makanan dengan indeks glisemik yang tinggi, seperti makanan yang manis-manis,” tandasnya. *ind
1
Komentar