Bangli Pesan 100 Kamar Hotel di Kuta untuk Isolasi
Hotel Karantina di Ubud Diduga Berhantu
BANGLI, NusaBali
Pemkab Bangli siapkan 100 kamar hotel di kawasan wisata Kuta, Badung untuk karantina pasien Covid-19 bergejala ringan dan orang tanpa gejala (OTG).
Rencananya, pasien Covid-19 dan OTG yang masih menjalani karantina mandiri di rumah masing-masing akan dievakuasi ke hotel tersebut, Jumat (9/10) besok. Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bangli, Ketut Gede Wiredana, mengatakan pihaknya sudah melakukan survei terhadap hotel yang akan dijadikan tempat karantina. Survei menyasar hotel di luar daerah, karena di Bangli tidak ada hotel sesuai standar yang ditetapkan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Dari survei tersebut, dipilihlah salah satu hotel di kawasan Kuta yang berisi 100 kamar.
Menurut Wiredana, ada beberapa hal yang harus dipenuhi pihak hotel yang digunakan temlpat karantina. Misalnya, satu kamar maksimal diisi oleh 2 orang. Selain itu, juga menyiapkan makan 3 kali sehari dan snack 2 kali sehari. Kemudian, layanan laundry, akses internet gratis, dan dilakukan penyemprotan disinfektan secara berkala. "Kami memilih hotel yang sesuai dengan ketentuan tersebut,” jelas Wiredana dalam keterangan persnya di Bangli, Rabu (7/10).
Wiredana menyebutkan, pasien Covid-19 gejala ringan dan OTG dari Bangli rencananya akan dievakuasi ke hotel di kawasan Kuta ini untuk karantina, Jumat besok. Saat ini, mereka masih menjalani isolasi mandiri di rumah masing-masing. “Sampai saat ini, tercatat ada 24 orang yang menjalani karantina mandiri di rumah,” beber birokrat asal Desa Tamanbali, Kecamatan Bangli ini.
Namun demikian, kata Wiredana, pihaknya memesan 100 kamar hotel yang bisa menampung 200 orang, untuk mengantisipasi meningkatnya jumlah pasien Covid-19 dan OTG di Bangli. "Kami akan koordinasikan dengan Sat Pol PP Bangli, karena ini penanganan orang sakit, apakah nanti melibatkan TNI/Polri untuk jaga atau bagaimana," katanya sembari menyebut saatr karantina PMI di hotel sebelumnya,m petugas Sat Pol PP Bangli ditugaskan berjaga dengan sistem shift.
Sementara itu, salah satu hotel di kawasan wisata Ubud, Gianyar yang digunakan untuk karantina pasien Covid-19 gejala ringan dan OTG diduga berhantu. Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) Covid-19 Kabupaten Gianyar, melalui Dinas Kesehatan, pun sampai mendatangkan seorang pamangku, Selasa (6/10) malam, untuk menggelar ritual mengusir hantu yang menghuni ruangan di hotel ter-sebut.
Informasi di lapangan, hotel tersebut diduga belum pernah dilakukan upacara menetralisir hawa negatif sebelum beroperasi. Karenanya, hotel tersebut menjadi angker, terlebih posisinya dikelilingi pepohonan besar dan dekat dengan beji (pemandian suci).
Kondisi semakin mencekam, karena sebagian ruangan hotel tidak terpakai, kecuali yang digunakan untuk isolasi pasien Covid-19. Hotel tersebut digunakan Pemkab Gianyar untuk karantina OTG dan PMI yang baru pulang ke Gianyar, sejak beberapa waktu lalu. Setiap hari ada 13 petugas dari unsur Sat Pol PP dan kepolisian yang berjaga. Mereka dibagi menjadi tiga shift: pagi, sore. dan malam.
Menurut penuturan seorang petugas yang bisa melihat wong samar (makhluk halus), dari depan hotelk sudah terlihat wong samar berwujud perempuan etnis Tionghoa. Masuk ke dalam hotel, terdapat wong samar berwujus anak kecil bersama perempuan dewasa. Di lokasi dekat beji, kerap terdengar keramaian, padahal lokasinya jauh dari pemukiman.
"Yang dikarantina di hotel ini belum pernah ada diganggu. Cuma, beberapa waktu lalu petugas yang jaga melihat makhluk halus, menyaksikan sosok tinggi besar. Kemungkinan hotel ini tidak pernah dinetralisir sebelum dipakai, makanya makhluk halus bebas berkeliaran di sini," ujar petugas yang enggan namanya dikorankan, Rabu kemarin.
Sementara, Sekda Kabupaten Gianyar, Made Gde Wisnu Wijaya, mengakui telah mendatangkan seorang pamangku ke hotel tersebut. Namun, kedatangan pamangku ini bukan untuk mengusir hantu, melainkan buat menetralisir aura negatif yang ada di hotel tersebut.
"Kita mengajak pamangku ke sana untuk minta izin secara niskala, karena menggunakan tempat itu. Bagaimana pun, kita mesti menetralisir kekuatan negatif yang ada di sana supaya yang menempati nantinya nyaman dan cepat sembuh,” jelas Wisnu Wijaya. *esa,nvi
Komentar