Jembrana, Bangli, Karangasem Lebih 'Beruntung'
PAD Mengalami Pertumbuhan di Masa Pandemi
Kabupaten yang memiliki hotel, restoran dan DTW tidak terlalu banyak, masih mampu mencatatkan
PAD positif.
DENPASAR,NusaBali
Pandemi Covid-19 membuat perekonomian Bali babak belur. Betapa tidak, sektor pariwisata yang menjadi ujung tombak mengalami kemacetan sejak tujuh bulan silam. Tak ayal terjadi kontraksi pertumbuhan ekonomi minus 10,98 persen pada kuartal II tahun 2020.
Namun dari Sembilan kabupaten/kota di Bali, masih ada kabupaten yang Pendapatan Asli Daerah (PAD) masih ‘aman’. “PAD Jembrana, Bangli dan Karangasem tumbuh positif di triwulan III tahun 2020,” kata pengamat ekonomi yang juga Deputi Direktur Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali (KPwBI Bali) M Setyawan Santoso, Kamis (8/10).
Dibandingkan periode sama tahun 2019, PAD Jembrana tumbuh 7,5 persen, Bangli 3,4 persen dan Karangasem 0,48 persen. “Selamatnya PAD ketiga daerah tersebut karena relatif tidak bergantung pada sektor pajak pariwisata yakni PHR (Pajak Hotel dan Restoran),” kata M San, sapaan M Setyawan Santoso.
Sebaliknya enam daerah lain, Badung, Denpasar, Gianyar, Buleleng, Tabanan, dan Klungkung, disebut cenderung negatif lantaran PAD-nya dominan bertumpu pada pendapatan PHR. Sementara itu jumlah hotel, restoran dan daerah tujuan wisata (DTW) yang ada di Jembrana, Bangli dan Karangasem, sangat sedikit dibanding enam daerah lainnya. Karangasem hanya terdapat sekitar 548 hotel, Jembrana 84 hotel, sedangkan Bangli hanya 28 hotel.
Jumlah hotel ketiga kabupaten kota ini jauh sangat kecil dibandingkan dengan Badung dan Gianyar yang masing masing memiliki sekitar 1.278 dan 1.630 hotel. Demikian juga dengan keberadaan restoran. Jembrana, Bangli dan Karangasem masing-masing memiliki sekitar 76, 36 dan 120 restoran. “Jauh lebih sedikit dibandingkan Badung dan Gianyar yang memiliki sekitar 823 dan 622 restauran,” papar M San.
Demikian juga DTW. Jembrana, Bangli dan Karangasem memiliki 15, 42 dan 15 DTW. Jauh di bawah Badung dan Gianyar yang memiliki 36 dan 61 DTW.
Untuk diketahui pandemi Covid-19 sangat berdampak pada sektor pariwisata di Bali sehingga mengakibatkan penerimaan daerah yang berasal dari PHR menurun secara drastis. Mengingat daerah-daerah di Bali kebanyakan mengandalkan sektor pariwisata sebagai pendukung utama perekonomianya, tak heran jika sejak pandemi terjadi, sebagian besar PAD mengalami penurunan. Semakin besar peranan pajak hotel dan restoran di suatu daerah, semakin penurunan PAD itu terjadi.
Karena relatif tidak bergantung pada sektor pariwisata itulah tidak terjadi penurunan secara drastis PHR di daerah Jembrana, Bangli dan Karangasem. Bahkan, terjadi kenaikan pada pos pos PAD lainnya seperti Retribusi, Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dan Penerimaan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (PBHTB), Jasa Usaha dan Jasa Umum. “Semakin besar peranan pajak hotel dan restoran di suatu daerah, maka semakin tajam penurunan PAD itu terjadi,” pungkas M San. *k17
Namun dari Sembilan kabupaten/kota di Bali, masih ada kabupaten yang Pendapatan Asli Daerah (PAD) masih ‘aman’. “PAD Jembrana, Bangli dan Karangasem tumbuh positif di triwulan III tahun 2020,” kata pengamat ekonomi yang juga Deputi Direktur Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali (KPwBI Bali) M Setyawan Santoso, Kamis (8/10).
Dibandingkan periode sama tahun 2019, PAD Jembrana tumbuh 7,5 persen, Bangli 3,4 persen dan Karangasem 0,48 persen. “Selamatnya PAD ketiga daerah tersebut karena relatif tidak bergantung pada sektor pajak pariwisata yakni PHR (Pajak Hotel dan Restoran),” kata M San, sapaan M Setyawan Santoso.
Sebaliknya enam daerah lain, Badung, Denpasar, Gianyar, Buleleng, Tabanan, dan Klungkung, disebut cenderung negatif lantaran PAD-nya dominan bertumpu pada pendapatan PHR. Sementara itu jumlah hotel, restoran dan daerah tujuan wisata (DTW) yang ada di Jembrana, Bangli dan Karangasem, sangat sedikit dibanding enam daerah lainnya. Karangasem hanya terdapat sekitar 548 hotel, Jembrana 84 hotel, sedangkan Bangli hanya 28 hotel.
Jumlah hotel ketiga kabupaten kota ini jauh sangat kecil dibandingkan dengan Badung dan Gianyar yang masing masing memiliki sekitar 1.278 dan 1.630 hotel. Demikian juga dengan keberadaan restoran. Jembrana, Bangli dan Karangasem masing-masing memiliki sekitar 76, 36 dan 120 restoran. “Jauh lebih sedikit dibandingkan Badung dan Gianyar yang memiliki sekitar 823 dan 622 restauran,” papar M San.
Demikian juga DTW. Jembrana, Bangli dan Karangasem memiliki 15, 42 dan 15 DTW. Jauh di bawah Badung dan Gianyar yang memiliki 36 dan 61 DTW.
Untuk diketahui pandemi Covid-19 sangat berdampak pada sektor pariwisata di Bali sehingga mengakibatkan penerimaan daerah yang berasal dari PHR menurun secara drastis. Mengingat daerah-daerah di Bali kebanyakan mengandalkan sektor pariwisata sebagai pendukung utama perekonomianya, tak heran jika sejak pandemi terjadi, sebagian besar PAD mengalami penurunan. Semakin besar peranan pajak hotel dan restoran di suatu daerah, semakin penurunan PAD itu terjadi.
Karena relatif tidak bergantung pada sektor pariwisata itulah tidak terjadi penurunan secara drastis PHR di daerah Jembrana, Bangli dan Karangasem. Bahkan, terjadi kenaikan pada pos pos PAD lainnya seperti Retribusi, Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dan Penerimaan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (PBHTB), Jasa Usaha dan Jasa Umum. “Semakin besar peranan pajak hotel dan restoran di suatu daerah, maka semakin tajam penurunan PAD itu terjadi,” pungkas M San. *k17
1
Komentar