Bayu An Dibrata 'Dipaksa' Jadi Juara
TABANAN, NusaBali
Mengenal chord gitar dari sang ayah saat kelas IV sekolah dasar, Kadek Bayu An Dibrata makin senang bermain musik. Saat kelas III SMPN 1 Tabanan, dia dipilih sebagai peserta lomba duet gitar klasik Festival Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) Provinsi Bali.
Saat itu dia menolak karena temannya yang lebih jago bermain gitar tidak mau ikut lomba. Namun akhirnya dia mau ikut dan meraih juara I di Provinsi Bali. Selanjutnya berangkat ke Jakarta untuk lomba serupa dan masuk 10 besar.
Kadek Bayu mengaku tidak begitu tertarik gitar klasik. “Waktu dipilih saya sempat ragu, teman saya yang main gitarnya lebih jago tidak mau ikut. Eh pak guru nelepon dan diterima ayah saya, kata ayah saya tidak boleh menolak. Saya pun ikut lomba,” kenang Kadek Bayu saat dijumpai di Tabanan, Minggu (11/10). Bersama Kadek Rama Kaharuni Deva dia berlatih di sekolah. Hampir setiap hari selama sekitar 4 bulan dilatih bermain gitar klasik oleh guru ekstrakurikuler, Agung.
Kadek Bayu mengaku kesulitan bermain gitar klasik karena jempol tak boleh kelihatan. “Jempol harus di belakang fred, kaki juga naik satu,” ungkap putra Putu Antika dan Made Emy Lestari ini. Lagu yang dibawakan saat lomba yakni Bendera dan Don Dapdape. Saat lomba, Kadek Bayu yang kini siswa SMAN 1 Tabanan ini mengaku tak punya feeling juara. “Saat cek sound mainnya sering salah. Beruntung saat pentas berjalan lancar. Kami akhirnya juara di provinsi dan dikirim ke Jakarta,” kenang pembentot bas grup Band Propaganda ini.
Hanya saja di Jakarta, Kadek Bayu dan Rama kurang beruntung. Meski sukses masuk 10 besar, namun tak bisa persembahkan piala untuk Bali. Menurutnya, peserta dari provinsi lain sangat jago. “Lihat gitar dan skil mereka saat cek sound sudah bikin grogi,” kenangnya. Hal itu berpengaruh saat mereka cek sound hingga sering salah main. “Untung saat pentas berjalan lancar karena mata silau sehingga tak lihat penonton. Bermain pun jadi lancar, cuma ga dapat juara,” ungkap gitaris Bayu Wishky ini. Pelajar SMAN 1 Tabanan ini pun kembali ikut lomba gitar solo FLS2N Provinsi Bali tingkat SMA, hanya meraih 9 besar. “Semoga ke depan bisa berprestasi lagi,” harap penggemar gitaris Lolot Band, Donie Lesmana ini. *k21
Kadek Bayu mengaku tidak begitu tertarik gitar klasik. “Waktu dipilih saya sempat ragu, teman saya yang main gitarnya lebih jago tidak mau ikut. Eh pak guru nelepon dan diterima ayah saya, kata ayah saya tidak boleh menolak. Saya pun ikut lomba,” kenang Kadek Bayu saat dijumpai di Tabanan, Minggu (11/10). Bersama Kadek Rama Kaharuni Deva dia berlatih di sekolah. Hampir setiap hari selama sekitar 4 bulan dilatih bermain gitar klasik oleh guru ekstrakurikuler, Agung.
Kadek Bayu mengaku kesulitan bermain gitar klasik karena jempol tak boleh kelihatan. “Jempol harus di belakang fred, kaki juga naik satu,” ungkap putra Putu Antika dan Made Emy Lestari ini. Lagu yang dibawakan saat lomba yakni Bendera dan Don Dapdape. Saat lomba, Kadek Bayu yang kini siswa SMAN 1 Tabanan ini mengaku tak punya feeling juara. “Saat cek sound mainnya sering salah. Beruntung saat pentas berjalan lancar. Kami akhirnya juara di provinsi dan dikirim ke Jakarta,” kenang pembentot bas grup Band Propaganda ini.
Hanya saja di Jakarta, Kadek Bayu dan Rama kurang beruntung. Meski sukses masuk 10 besar, namun tak bisa persembahkan piala untuk Bali. Menurutnya, peserta dari provinsi lain sangat jago. “Lihat gitar dan skil mereka saat cek sound sudah bikin grogi,” kenangnya. Hal itu berpengaruh saat mereka cek sound hingga sering salah main. “Untung saat pentas berjalan lancar karena mata silau sehingga tak lihat penonton. Bermain pun jadi lancar, cuma ga dapat juara,” ungkap gitaris Bayu Wishky ini. Pelajar SMAN 1 Tabanan ini pun kembali ikut lomba gitar solo FLS2N Provinsi Bali tingkat SMA, hanya meraih 9 besar. “Semoga ke depan bisa berprestasi lagi,” harap penggemar gitaris Lolot Band, Donie Lesmana ini. *k21
Komentar