Pengusaha Galian C Uruk Jalan di Sungai Embah Api
Selama jalan pintas amblas, untuk keluar kampung warga melintasi jalan melingkar sejauh 4 kilometer.
AMLAPURA, NusaBali
Jalan penghubung 13 banjar yang melintasi sungai Embah Api di Banjar Butus, Desa Bhuana Giri, Kecamatan Bebandem, Karangasem, amblas diterjang banjir, Minggu (11/10). Pengusaha galian C di Desa Bhuana Giri dan sekitarnya sumbangkan material untuk menguruk jalan yang putus, Senin (12/10). Puluhan truk digunakan mengangkut material dan menguruk jalan. Sekitar 4 jam dikerjakan, jalur yang menyeberangi sungai Embah Api sudah bisa dilintasi pengendara.
Perbekel Desa Bhuana Giri, I Nengah Diarsa, mengapresiasi respon para pengusaha galian C yang menyumbang material untuk menguruk jalan yang putus. Perbaikan jalan akan menghidupkan kembali roda perekonomian masyarakat, terutama truk-truk galian C bisa melintas. Hanya saja kekhawatirannya, jika kembali hujan turun dan air deras mengalir di sungai Embah Api yang berhulu di Gunung Agung, material kembali hanyut. “Saya berterima kasih atas respons para pengusaha galian C sumbangkan material sehingga jalur yang putus bisa dilintasi kembali,” ungkap Nengah Diarsa.
Sebelumnya, jalan penghubung 13 banjar ini juga amblas, Minggu (15/3). Selama jalur yang melintas sungai Embah Api itu amblas, warga yang tinggal di Banjar Nangka, Desa Bhuana Giri, mesti melintasi jalan pintas Banjar Kemoning, Banjar Gula, tembus TPA Banjar Linggasana, lanjut Desa Budakeling, Kecamatan Bebandem untuk bisa beraktivitas di Kota Amlapura. Begitu pula warga dari Banjar Bukit Paon, Banjar Umanyar Desa Bhuana Giri mesti melintasi Banjar Besang Desa Ababi, Kecamatan Abang, tembus Banjar Pande Besi (Desa Budakeling, Kecamatan Bebandem. Warga mencari jalan melingkar sejauh sekitar 4 kilometer untuk ke desa lainnya. “Ini memang bencana rutin setiap turun hujan lebat. Pemkab Karangasem menjanjikan pembangunan jembatan tahun 2020, namun belum bisa diwujudkan karena Covid-19,” kata I Nengah Diarsa.
Tokoh Banjar Nangka, Desa Bhuana Giri, Kecamatan Bebandem, I Wayan Atot Suragata, mengatakan selama jalan pintas amblas untuk keluar kampung mesti mencari jalan melingkar sejauh sekitar 4 kilometer. Pengusaha galian C, I Ketut Ngurah Subrata, mengaku, langsung berkoordinasi dengan para pengusaha galian C untuk melakukan pengurukan agar jalan berfungsi normal. “Semua pengusaha galian C yang beraktivitas di Banjar Butus, Banjar Bukit Paon dan sekitarnya, membawakan material. Makanya pengurukan jalan bisa cepat dan telah berfungsi normal,” kata I Ketut Ngurah Subrata.
Hal senada diungkapkan pengusaha galian C, I Gusti Made Tusan, yang mengerahkan sejumlah tronton mengangkut material galian C untuk menguruk jalan. “Saya rutin bawakan material setiap jalan itu amblas agar kendaraan bisa melintas,” kata I Gusti Made Tusan. Menurutnya, pembangunan jembatan paling tepat agar tidak bermasalah di setiap musim hujan. Hanya saja anggaran yang tersedia masih dialihkan untuk penanganan Covid-19. *k16
Jalan penghubung 13 banjar yang melintasi sungai Embah Api di Banjar Butus, Desa Bhuana Giri, Kecamatan Bebandem, Karangasem, amblas diterjang banjir, Minggu (11/10). Pengusaha galian C di Desa Bhuana Giri dan sekitarnya sumbangkan material untuk menguruk jalan yang putus, Senin (12/10). Puluhan truk digunakan mengangkut material dan menguruk jalan. Sekitar 4 jam dikerjakan, jalur yang menyeberangi sungai Embah Api sudah bisa dilintasi pengendara.
Perbekel Desa Bhuana Giri, I Nengah Diarsa, mengapresiasi respon para pengusaha galian C yang menyumbang material untuk menguruk jalan yang putus. Perbaikan jalan akan menghidupkan kembali roda perekonomian masyarakat, terutama truk-truk galian C bisa melintas. Hanya saja kekhawatirannya, jika kembali hujan turun dan air deras mengalir di sungai Embah Api yang berhulu di Gunung Agung, material kembali hanyut. “Saya berterima kasih atas respons para pengusaha galian C sumbangkan material sehingga jalur yang putus bisa dilintasi kembali,” ungkap Nengah Diarsa.
Sebelumnya, jalan penghubung 13 banjar ini juga amblas, Minggu (15/3). Selama jalur yang melintas sungai Embah Api itu amblas, warga yang tinggal di Banjar Nangka, Desa Bhuana Giri, mesti melintasi jalan pintas Banjar Kemoning, Banjar Gula, tembus TPA Banjar Linggasana, lanjut Desa Budakeling, Kecamatan Bebandem untuk bisa beraktivitas di Kota Amlapura. Begitu pula warga dari Banjar Bukit Paon, Banjar Umanyar Desa Bhuana Giri mesti melintasi Banjar Besang Desa Ababi, Kecamatan Abang, tembus Banjar Pande Besi (Desa Budakeling, Kecamatan Bebandem. Warga mencari jalan melingkar sejauh sekitar 4 kilometer untuk ke desa lainnya. “Ini memang bencana rutin setiap turun hujan lebat. Pemkab Karangasem menjanjikan pembangunan jembatan tahun 2020, namun belum bisa diwujudkan karena Covid-19,” kata I Nengah Diarsa.
Tokoh Banjar Nangka, Desa Bhuana Giri, Kecamatan Bebandem, I Wayan Atot Suragata, mengatakan selama jalan pintas amblas untuk keluar kampung mesti mencari jalan melingkar sejauh sekitar 4 kilometer. Pengusaha galian C, I Ketut Ngurah Subrata, mengaku, langsung berkoordinasi dengan para pengusaha galian C untuk melakukan pengurukan agar jalan berfungsi normal. “Semua pengusaha galian C yang beraktivitas di Banjar Butus, Banjar Bukit Paon dan sekitarnya, membawakan material. Makanya pengurukan jalan bisa cepat dan telah berfungsi normal,” kata I Ketut Ngurah Subrata.
Hal senada diungkapkan pengusaha galian C, I Gusti Made Tusan, yang mengerahkan sejumlah tronton mengangkut material galian C untuk menguruk jalan. “Saya rutin bawakan material setiap jalan itu amblas agar kendaraan bisa melintas,” kata I Gusti Made Tusan. Menurutnya, pembangunan jembatan paling tepat agar tidak bermasalah di setiap musim hujan. Hanya saja anggaran yang tersedia masih dialihkan untuk penanganan Covid-19. *k16
1
Komentar