Jenazah Kakak Adik Korban Jembatan Roboh Diabenkan
Dua jenazah bocah kakak adik korban ambruknya Jembatan Kuning penghubung Nusa Ceningan-Nusa Lembongan, Ni Putu Putri Krisna Dewi, 9, dan Ni Kadek Mustika Safitri, 6, telah diabenkan keluarganya di Setra Desa Pakraman Lembongan, Kecamatan Nusa Penida, Klungkung pada Buda Paing Krulut, Rabu (19/10).
Desa Lembongan Siapkan Upacara Pamarisudha Bumi
SEMARAPURA, NusaBali
Sementara, Desa Pakraman Lembongan siapkan upacara Labuh Gentuh lan Pamarisudha Bumi, menyusul bencana ambruknya Jembatan Kuning.
Prosesi pengabenan jenazah kakak adik Ni Putu Putri Krisna Dewi (bocah Kelas III SD) dan Ni Kadek Mustika Safitri (murid TK) dilaksanakan di Setra Desa Pakraman Lembongan, Rabu sore, dengan ditingkahi isak tangis keluarganya. Kedua bocah perempuan kakak adik ini merupakan anak dari pasangan I Gede Sulianta dan Ni Ketut Wirati, pasutri yang tinggal di Banjar Ancak, Desa Lembongan, Nusa Penida.
Saat musibah ambruknya Jembatan Kuning yang merenggut nyawa dua bocah kakak adik ini, Minggu (16/10) petang pukul 18.10 Wita, pasutri Gede Sulianta-Ketut Wirati bersama 3 anaknya, termasuk di bungsu I Komang Giri Mahesa Pramasta, 1,5, melintas di jembatan sepanjang 100 meter tersebut hendak tangkil ke Pura Bakung.
Mereka semua menggunakan pakaian adat, termasuk dua bocah yang tewas. Ketika jembatan ambruk, mereka berlima nyemplung ke laut. Gede Sulianta hanya sempat menyelamat putra bungsunya, Komang Giri. Sedangkan sang istri berhasil diselamatkan warga. Namun, dua anak perempuannya tewas karena jatuhnya cukup jauh.
Kakak adik Ni Putu Putri Krisna Dewi dan Kadek Mustika Safitri merupakan satu dari total 8 korban tewas akibat bencana jembatan ambruk petang itu.
Sebagian besar dari 8 korban tewas berasal tinggal di Desa Jungut Batu, Kecamatan Nusa Penida, termasuk ibu dan anaknya, Ni Ketut Werni, 55 dan I Putu Surya, 3. Menurut Bendesa Pakraman Lembongan, I Made Sukadana, upacara pengabenan para korban tewas dilakukan keluarganya masing-masing. “Kuhusus dua bocah kakak adik dari Banjar Ancak, Desa Lembongan sudah diabenkan keluarganya hari ini (Rabu sore),” jelas Made Sukadana saat dikonfirmasi NusaBali, Rabu kemarin.
Desa Pakraman Lembongan sendiri, kata Sukadana, telah putuskan untuk menggelar uapcara Labuh Gentuh lan Pamarisudha Bumi menuyusul bencana ambruknya Jembatan Kuning. Upacara tersebut rencananya baru dilaksanakan pada Purnamaning Kadasa tahun 2017 mendatang. Menurut Sukadana, keputusan gelar upacara ini diambil melalui paruman di Bale Banjar Lembongam, Selasa (17/10) malam.
Sukadana menyebutkan, upacara Labuh Gentuh lan Pamarisudha Bumi nantinya akan dilaksanakan di dua lokasi berbeda. Pertama, di Catus Pata (perempatan) Desa Pakraman Lembongan, sebagai simbolik titik nol. Kedua, di areal Jembatan Kuning jalur laut Nusa Lembongan-Nusa Ceningan. Upacara ini untuk digelar untuk pembersihakan alam maupun di laut secara niskala, agar normal kembali dan tidak terjadi lagi malapetaka di kemudian hari. “Upacara ini pernah digelar di Desa Pakraman Lembongan sekitar 75 tahun silam,” ungkap Sukadana.
Sementrara itu, kepolisian mulai mendalami dugaan kelalaian dalam petaka ambruknya Jembatan Kuning penyeberangan Nusa Lembongan-Nusa Ceningan, yang menyebabkan 8 orang tewas dan 34 korban terluka. Kapolda Bali Irjen Sugeng Priyanto mengatakan, pihaknya sudah menurunkan tim untuk menyelidiki penyebab ambruknya Jembatan Kuning.
“Sekarang tim masih bekerja untuk mengetahui penyebab ambruknya jembatan,” jelas Kapollda Sugeng Priyanto di Denpasar, Rabu kemarin. Dia mengatakan, selain menyelidiki penyebab ambruknya jembatan, kepolisian juga akan mendalami unsur kelalaian dalam kejadian tersebut. Namun, untuk menentukan kelalaian ini harus ekstra hati-hati. Apalagi, jembatan ini cukup berumur dan rawan ambruk. “Nanti akan kita cari siapa yang harus bertanggung jawab merawat, menjaga, termasuk memberikan informasi jika jembatan tersebut sudah tidak layak lagi,” katanya. wa,rez
Komentar