Dread Team Berbagi Kiat Produksi Film, Apa Rahasianya?
Memulai dengan film drama, kini Dread Team rajin memproduksi film horror thriller dengan keunggulan artistik.
DENPASAR, NusaBali.com
Meraih penghargaan dalam nominasi Penata Artistik Terbaik NHFF 2020, rupanya Dread Team kerap produksi film horror-thriller. Dread Team dibentuk mulai tahun 2014 di Bali oleh Bagus Kesuma Yudha atau yang lebih akrab disapa dengan Agung Yudha bersama teman-temannya.
Berangkat dari ketertarikan pada film horor dan thriller, nama Dread Team sendiri terinspirasi dari nama majalah Dread Magz di Jakarta. Agung Yudha dan teman-teman juga menyadari bahwa film horor cukup jarang ditemui di Bali. Sejak dibentuk, Dread Team telah memiliki kanal Youtube sendiri dengan nama yang sama. Banyak konten horor yang menarik yang telah diunggah dalam Youtube Dread Team.
Dread Team sendiri telah memproduksi sejumlah film pendek yang juga diunggah dalam akun Youtube Dread Team. Beberapa di antaranya terdapat The Deep Dinner, Dreamcatcher, serta Leak dan film-film lainnya. Konsep pembuatan film yang diproduksi oleh Dread Team juga memiliki pakem khusus. Konsepnya bertemakan horror-thriller dengan plot twist.
Agung Yudha sendiri pertama kali membuat film pada tahun 2003 yang bernuansa drama. “Saya juga masih belajar sampai sekarang,” ungkapnya dengan sumringah. Menurutnya, penyelenggaraan NusaBali Horror Film Festival membuka jalan untuk sineas muda bisa berkarya lebih kreatif dan inovatif lagi khususnya pada film yang bergenre horor.
Selain merupakan seorang seniman multi-disiplin yang juga aktif sebagai filmmaker, fotografer, musisi, Agung Yudha juga saat ini bekerja sebagai dosen. Sebanyak sebelas film pendek yang ia produksi sejak tahun 2014 sampai 2019 pernah ikut dalam ajang Minikino Monthly Screening & Discussion pada bulan Maret 2019 lalu.
“Memang sineas muda saat ini perlu tetap punya mentalitas yang mau dibentuk. Berani menang karena bagus, jika kalah jadikan pelajaran,” ungkapnya menanggapi acara NHFF.
Ia juga menambahkan bahwa secara pribadi melihat sineas muda masih malas untuk develop cerita dan hanya fokus pada teknik. “Padahal keduanya penting (cerita dan teknik),” tambahnya lagi.
Sebagai filmmaker yang sudah cukup lama berkecimpung dalam dunia perfilman, Agung Yudha juga memberikan beberapa tips dan saran dalam proses berkarya. “Bisa karena terbiasa. Jangan pernah merasa terbatas dalam membuat karya. Cari yang kita sukai karena rasa suka menjadi dasar yang utama,” jelasnya.
Agung Yudha kemudian menambahkan bahwa apapun alatnya, fokus pada pencahayaan yang baik akan sangat berpengaruh. “Dalam hal teknis, audio harus jelas. Kemudian yang paling penting adalah cara membangun cerita,” ujarnya lagi.
Menurut Agung Yudha, film yang baik adalah film yang selesai. Berikan apresiasi agar bisa lebih menerima masukan dan arahan. “Nikmati proses pembuatannya tanpa perasaan tertekan,” pungkasnya.*cla
Komentar