SOS Lanjutkan Misi Pembagian 2.500 Paket Makanan
SOS World Food Day 2020
DENPASAR, NusaBali
Kegiatan yang telah dilakukan Scholar of Sustenance (SOS), atau yang juga dikenal dengan nama Yayasan Derma Atas Pangan sejak pertengahan Juni 2020, yaitu memasak dan mendistribusikan paket makanan kepada mereka yang membutuhkan terutama di masa pandemi, masih berlanjut.
Bahkan, SOS memperingati momen spesial SOS World Food Day 2020 dengan melanjutkan kegiatan masak yang disiarkan secara langsung ke berbagai media sosial, Jumat (16/10).
“Hari ini juga World Food Day, jadi kami melakukan sesuatu yang lebih luar biasa. Kita bikin bungkus yang namanya bungkus luar biasa, nutrisinya lebih tinggi lagi, lebih besar juga, dan rencananya mau bikin lebih dari 2.500 (bungkus) dan didistribusi ke mana saja,” ujar Chef Nicholaas Kimman, Head Chef Scholar of Sustenance (SOS) pada NusaBali.
Tak hanya kegiatan masak yang dilakukan dari pagi hingga menjelang siang, SOS juga mengundang perwakilan berbagai organisasi sosial utuk menjadi pembicara pada kegiatan SOS World Food Day 2020 yang dilanjutkan pada sore hari, yang berbasis di Rumah Sanur Creative Hub, Jalan Danau Poso 51A, Sanur, Kecamatan Denpasar Selatan.
Para pembicara ini, yaitu Rudolf Dethu sebagai co-director Rumah Sanur, Bo Holmgreen sebagai founder SOS, Satya Wibawa sebagai founder AkuforBali, Alexandre Wettstein dari Kawan Baik dan Fair Future Foundation, Benny Santoso founder iniTempe Bali, Jeroen Van Overbeek dari Socialimpakt, , Christine R. Manson selaku Executive Director Terrawater, dan Achintya Nilsen selaku founder Give Them a Future. “Pada dasarnya semua akan berdiskusi bersama tentang bagaimana membantu Bali dan masyarakatnya dan membuat efek yang besar,” lanjut Nicholaas Kimman.
Menyambut momen World Food Day ini, target 2.500 bungkus makanan pun disiapkan mulai dari pukul 3 pagi, yang mengolah 200 kilogram beras. “Saya mulai jam 3 pagi untuk masak supaya semuanya jadi cepat. So everything is done, dan nasi bungkusnya bisa dikirim untuk makan siang,” tambah chef yang fasih berbahasa Indonesia ini.
SOS sendiri sebelumnya merupakan sebuah yayasan yang aktif dalam pengelolaan makanan sisa dari restoran-restoran berbintang. Sejak berdirinya di tahun 2017, yayasan ini secara rutin mengumpulkan kelebihan makanan di restoran-restoran bintang lima di Bali untuk disalurkan kepada mereka yang membutuhkan.
Namun dengan situasi Covid-19 yang membuat matinya pariwisata dan tutupnya restoran-restoran ini, maka hilang pulalah donasi makanan ini. Kendati demikian, SOS membuat sejumlah program alternatif untuk tetap melanjutkan misinya. Tiga di antara program-program ini yakni ‘Cook for SOS’ yakni sebuah program bagi para restoran yang memasak secara terpisah untuk kemudian diikutkan dalam donasi SOS, ‘SOS Community Fridge’ yakni penempatan lemari pendingin makanan di 11 titik yang nantinya diisi oleh masyarakat umum yang mendonasikan makanan, dan terakhir SOS Rescue Kitchen.*cr74
Komentar