Pasokan ke Hotel Macet, Pengusaha Pilih Buka Wisata Petik Langsung Strawberry
TABANAN, NusaBali
Dampak dari pandemi Covid-19 membuat pelaku usaha I Ketut Madriana, 45, putar otak.
Karena pasokan buah strawberry untuk hotel dan restoran macet, dia memilih buka wisata petik langsung. Beralamat di Banjar Candikuning I, Desa Candikuning, Kecamatan Baturiti, Tabanan, dia menanam strawberry di atas lahan seluas 70 are. Sebelum pandemi, buah yang dihasilkan ini dikirim ke sejumlah hotel dan restoran. Namun saat pandemi, pasokan ke hotel dan restoran macet dan banyak buah strawberry yang terbuang. “Akhirnya saya berpikir dan mencoba membuka wisata petik buah strawberry langsung dari pohonnya,” ujar Madriana, Minggu (18/10).
Usaha yang baru digeluti sekitar 4 bulan ini ternyata direspons masyarakat. Padahal saat memulai membuka usaha petik langsung buah strawberry, dia belum siap secara optimal. Bersyukur banyak yang memberi dukungan sehingga di pekan pertama respons masyarakat lumayan baik.
Menurut Madriana, di tengah pandemi ini respons masyarakat untuk berwisata petik langsung buah strawberry lumayan banyak. Sehari ada saja yang berkunjung sehingga bisa menghasilkan omzet kisaran Rp 1 juta sampai Rp 2 juta. Bahkan di akhir pekan dan hari libur, omzetnya bisa mencapai Rp 5 juta per hari.
“Jadi kalau akhir pekan itu atau hari libur yang dipetik bisa mencapai 100 kilogram buah, dan kalau hari biasa kisaran 20 kilogram buah yang dipetik pengunjung,” tutur Madriana.
Untuk diketahui wisata petik strawberry ini, pengunjung langsung datang ke kebun tanpa membayar tiket masuk. Pengunjung hanya membayar banyaknya buah yang dipetik. Per kilogram buah yang dipetik dibandrol harga Rp 50 ribu. “Jadi pengunjung itu bebas petik berapa boleh. Setengah kilo juga boleh, nanti bayar sesuai harga,” ucap Madriana.
Namun menurut Madriana, meskipun wisata petik langsung ini bisa lebih untung dibanding memasok buah strawberry ke hotel dan restoran, ternyata ada tantangan tersendiri. Dia harus selalu bisa menyediakan buah yang siap dipetik. “Kami harus selalu siapkan buah yang siap dipetik, dan ini adalah tantangannya,” katanya.
Ditambahkannya, memelihara tanaman strawberry ini sama dengan memelihara tanaman pada umumnya. Agar buah yang dihasilkan berkualitas, harus dipelihara dengan baik mulai dari membersihkan daun yang kering sampai dengan pemupukan agar tidak diserang hama. “Buah strawberry bisa dipanen/dipetik setelah tiga bulan dari penanaman. Dan setiap 1 bulan, daun yang kering dan layu harus dibersihkan,” tutur Madriana.
Sementara itu pekerja yang merawat tanaman strawberry, Ni Nyoman Dastri, 52, mengaku meskipun di tengah pandemi Covid-19, yang datang berkunjung ke kebun lumayan banyak. Ada wisatawan lokal dan luar Bali. “Biasanya akhir pekan dan hari libur yang ramai,” ujarnya. *des
Usaha yang baru digeluti sekitar 4 bulan ini ternyata direspons masyarakat. Padahal saat memulai membuka usaha petik langsung buah strawberry, dia belum siap secara optimal. Bersyukur banyak yang memberi dukungan sehingga di pekan pertama respons masyarakat lumayan baik.
Menurut Madriana, di tengah pandemi ini respons masyarakat untuk berwisata petik langsung buah strawberry lumayan banyak. Sehari ada saja yang berkunjung sehingga bisa menghasilkan omzet kisaran Rp 1 juta sampai Rp 2 juta. Bahkan di akhir pekan dan hari libur, omzetnya bisa mencapai Rp 5 juta per hari.
“Jadi kalau akhir pekan itu atau hari libur yang dipetik bisa mencapai 100 kilogram buah, dan kalau hari biasa kisaran 20 kilogram buah yang dipetik pengunjung,” tutur Madriana.
Untuk diketahui wisata petik strawberry ini, pengunjung langsung datang ke kebun tanpa membayar tiket masuk. Pengunjung hanya membayar banyaknya buah yang dipetik. Per kilogram buah yang dipetik dibandrol harga Rp 50 ribu. “Jadi pengunjung itu bebas petik berapa boleh. Setengah kilo juga boleh, nanti bayar sesuai harga,” ucap Madriana.
Namun menurut Madriana, meskipun wisata petik langsung ini bisa lebih untung dibanding memasok buah strawberry ke hotel dan restoran, ternyata ada tantangan tersendiri. Dia harus selalu bisa menyediakan buah yang siap dipetik. “Kami harus selalu siapkan buah yang siap dipetik, dan ini adalah tantangannya,” katanya.
Ditambahkannya, memelihara tanaman strawberry ini sama dengan memelihara tanaman pada umumnya. Agar buah yang dihasilkan berkualitas, harus dipelihara dengan baik mulai dari membersihkan daun yang kering sampai dengan pemupukan agar tidak diserang hama. “Buah strawberry bisa dipanen/dipetik setelah tiga bulan dari penanaman. Dan setiap 1 bulan, daun yang kering dan layu harus dibersihkan,” tutur Madriana.
Sementara itu pekerja yang merawat tanaman strawberry, Ni Nyoman Dastri, 52, mengaku meskipun di tengah pandemi Covid-19, yang datang berkunjung ke kebun lumayan banyak. Ada wisatawan lokal dan luar Bali. “Biasanya akhir pekan dan hari libur yang ramai,” ujarnya. *des
Komentar