Dikelola Desa Adat Buleleng, Jadi Penunjang City Tour
Kayehan Kuno Warisan Kerajaan Buleleng Dipelaspas Pasca Restorasi
Lokasi kayehan kuno yang baru direstorasi ini berdekatan dengan Puri Agung Singaraja, Puri Kanginan Singaraja, Sasana Seni Budaya Singaraja, Museum Buleleng, dan Gedong Kirtya Singaraja
SINGARAJA, NusaBali
Tuntas sudah proses restorasi keyehan (permandian) kuno peninggalan zaman kerajaan di sebelah barat Pasar Buleleng, Kelurahan Paket Agung, Kecamatan Buleleng. Upacara pamelaspas telah dilakukan Desa Adat Buleleng pada Soma Pon Pahang, Senin (19/10) pagi. Pasca restorasi, kayehan kuno yang diperkirakan sudah ada sejak tahun 1917 dan dulunya dipakai sebagai pemandian umum ini, nantinya akan dijadikan penunjang DTW City Tour Singaraja dan sekitarnya.
Kayehan kuno yang diperkiarakan dibangun tahun 1917 ini sempat lama terbengkalai. Sampai akhirnya Desa Adat Buleleng yang mewilayahi kayehan kuno warisan sejarah ini mendapatkan suplai anggaran dari Bansos Pemprov Bali, melalui seorang anggota DPRD Bali Dapil Buleleng, sebesar Rp 155 juta.
Kayehan kuno yang dulunya berupa pancoran dengan tembok penyengker ini diputuskan untuk direstorasi, setelah Desa Adat Buleleng menemukan dokumentasi lama berupa foto asli pancoran kuno. Foto aslinya ditemukan di Puri Kanginan Singaraja, yang berlokasi tepat sebelah timur Catus Pata (Perempatan Agung) Singaraja atau timur laut kayehan kuno.
Rencana restorasi sudah disusun sejak tahun 2018, diawali dengan penataan kembali pancoran kuno, yang sebelumnya sempat dipakai tempat pembuangan sampah liar ini. Menurut Bendesa Adat Buleleng, Nyoman Sutrisna, kayehan kuno warisan sejarah yang berada di atas tanah ayahan Desa Adat Buleleng ini diretorasi seperti bentuk bangunan aslinya. Termasuk untuk paduraksa utama, perbaikan pagar yang aslinya berongga dan sempat ditutup penuh.
Selain itu, panitia pembangunan juga menghidupkan kembali pancoran kuno di tiga titik, dengan aliran air PDAM Buleleng. Sementara tembok pagar di sebelah barat pancoran juga ditinggikan, sehingga menutup akses warga membuang sampah. Saat ini, penataan kayehan kuni sudah dihiasi dengan beberapa pot bunga bantuan dari Pemkab Buleleng, untuk mempercantik tampilan.
Menurut Nyoman Sutrisna, setelah direstorasi, kayehan kuno warisan Kerajaan Buleleng ini akan dikelola Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Lila Citra Ulangun Desa Adat Buleleng. Kayehan kuno ini dimasukkan sebagai penunjang DTW City Tour Singaraja dan sekitarnya. Terlebih, lokasi kayehan kuno ini berada di sebelah timur Puri Seni Sasana Budaya Singaraja, Museum Buleleng, dan Museum Gedong Kirtya Sinbaraja.
“Tata kelolanya nanti akan dilakukan Pokdarwis Lila Citra Ulangun, termasuk penyajian materi dan narasi eduktif hingga membuat DTW ini lebih menarik dikunjungi wisatawan,” jelas Sutrisna yang notabene mantan Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Buleleng si sela acara pamelkaspas kayehan kuno pasca renovasi, di Singaraja, Senin kemarin.
Menurut Sutrisna, Desa Adat Buleleng bersama Pokdarwis Lila Citra Ulangun saat ini sedang mengupayakan pembuatan narasi dari kayehan kino yang pada zamannya dipakai sebagai permandian umum tersebut. Investasi DTW Kayehan Kuno ini juga akan dikerjasamakan dengan Pemkab Buleleng, sehingga dapat menjadi satu paket kunjungan wisata City Tour Singaraja dan sekitarnya.
DTW City Tour tersebut meliputi kawasan puri, Museum Buleleng, Ge-dong Kirtya Singaraja, Taman Bung Karno, Masjid Jami, Bekas Pelabuhan Buleleng, dan relief Bima Swarga di Setra Desa Adat Buleleng. Menurut Sutrisna, hal ini sangat memungkinkan dan akan ada saling keterkaitan dengan peninggalan sejarah lainnya di sekitar kayehan kuno, seperti Puri Kanginan Singaraja (sebelah utara Pasar Buleleng) dan Puri Agung Singaraja (sebelah selatan Pasar Buleleng).
Sutrisna memaparkan, jalur city tour yang dirancang bakal dimulai dari kawasan eks Pelabuhan Buleleng di Kampung Tinggi, Singaraja---sisi utara. Wisatawan yang memilih city tour nantinya tidak hanya menyaksikan jembatan peninggalan Belanda di Kampung Tinggi (sebelah barat Singaraja Square), tapi juga segara (laut) dan Klenteng tertua yang masih dalam satu kawasan dengan eks Pelabuhan Buleleng.
Dari eks Pelabuhan Buleleng, perjalanan wisata city tour akan menuju arah selatan, melalui Masjid Jami, yakni masjid tertua di Kabupaten Buleleng yang berlokasi di Kelurahan Kampung Kajanan, Kecamatan Buleleng. Di Masjid Jami ini terdapat salah satu Al Quran yang dibuat Raja Buleleng.
Nah, dari Masjid Jami, perjalanan lanjut ke arah selatan melalui Jalan Gajah Mada Singaraja, menuju relief Bima Swarga nan indah di depan Setra Desa Adat Buleleng. Dari sana, perjalanan lanjut ke kawasan Catus Pata Singaraja, yang di sekitarnya terdapat Puri Kanginan, Puri Agung Singaraja, Kayehan Kuno warisan Raja Buleleng, Museum Buleleng, Gedong Kirtya Singaraja, dan Bale Agung (di Kelurahan Paket Agung, Kecamatan Buleleng) yang merupakan rumah asal ibunda Bung Karno, Ni Nyoman Rai Srimben.
Dari Bale Agung, perjalanan wisata city tour berlanjut ke arah selatan menuju Taman Bung Karno di Kelurahan/Kecamatan Sukasada. Jika ingin melanjutkan perjalanan ke arah selatan, wisatawan bisa menuju Air Terjun di Desa Sambangan (Kecamatan Sukasada) dan Air Terjun di Desa Gitgit (Kecamatan Sukasada). *k23
Tuntas sudah proses restorasi keyehan (permandian) kuno peninggalan zaman kerajaan di sebelah barat Pasar Buleleng, Kelurahan Paket Agung, Kecamatan Buleleng. Upacara pamelaspas telah dilakukan Desa Adat Buleleng pada Soma Pon Pahang, Senin (19/10) pagi. Pasca restorasi, kayehan kuno yang diperkirakan sudah ada sejak tahun 1917 dan dulunya dipakai sebagai pemandian umum ini, nantinya akan dijadikan penunjang DTW City Tour Singaraja dan sekitarnya.
Kayehan kuno yang diperkiarakan dibangun tahun 1917 ini sempat lama terbengkalai. Sampai akhirnya Desa Adat Buleleng yang mewilayahi kayehan kuno warisan sejarah ini mendapatkan suplai anggaran dari Bansos Pemprov Bali, melalui seorang anggota DPRD Bali Dapil Buleleng, sebesar Rp 155 juta.
Kayehan kuno yang dulunya berupa pancoran dengan tembok penyengker ini diputuskan untuk direstorasi, setelah Desa Adat Buleleng menemukan dokumentasi lama berupa foto asli pancoran kuno. Foto aslinya ditemukan di Puri Kanginan Singaraja, yang berlokasi tepat sebelah timur Catus Pata (Perempatan Agung) Singaraja atau timur laut kayehan kuno.
Rencana restorasi sudah disusun sejak tahun 2018, diawali dengan penataan kembali pancoran kuno, yang sebelumnya sempat dipakai tempat pembuangan sampah liar ini. Menurut Bendesa Adat Buleleng, Nyoman Sutrisna, kayehan kuno warisan sejarah yang berada di atas tanah ayahan Desa Adat Buleleng ini diretorasi seperti bentuk bangunan aslinya. Termasuk untuk paduraksa utama, perbaikan pagar yang aslinya berongga dan sempat ditutup penuh.
Selain itu, panitia pembangunan juga menghidupkan kembali pancoran kuno di tiga titik, dengan aliran air PDAM Buleleng. Sementara tembok pagar di sebelah barat pancoran juga ditinggikan, sehingga menutup akses warga membuang sampah. Saat ini, penataan kayehan kuni sudah dihiasi dengan beberapa pot bunga bantuan dari Pemkab Buleleng, untuk mempercantik tampilan.
Menurut Nyoman Sutrisna, setelah direstorasi, kayehan kuno warisan Kerajaan Buleleng ini akan dikelola Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Lila Citra Ulangun Desa Adat Buleleng. Kayehan kuno ini dimasukkan sebagai penunjang DTW City Tour Singaraja dan sekitarnya. Terlebih, lokasi kayehan kuno ini berada di sebelah timur Puri Seni Sasana Budaya Singaraja, Museum Buleleng, dan Museum Gedong Kirtya Sinbaraja.
“Tata kelolanya nanti akan dilakukan Pokdarwis Lila Citra Ulangun, termasuk penyajian materi dan narasi eduktif hingga membuat DTW ini lebih menarik dikunjungi wisatawan,” jelas Sutrisna yang notabene mantan Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Buleleng si sela acara pamelkaspas kayehan kuno pasca renovasi, di Singaraja, Senin kemarin.
Menurut Sutrisna, Desa Adat Buleleng bersama Pokdarwis Lila Citra Ulangun saat ini sedang mengupayakan pembuatan narasi dari kayehan kino yang pada zamannya dipakai sebagai permandian umum tersebut. Investasi DTW Kayehan Kuno ini juga akan dikerjasamakan dengan Pemkab Buleleng, sehingga dapat menjadi satu paket kunjungan wisata City Tour Singaraja dan sekitarnya.
DTW City Tour tersebut meliputi kawasan puri, Museum Buleleng, Ge-dong Kirtya Singaraja, Taman Bung Karno, Masjid Jami, Bekas Pelabuhan Buleleng, dan relief Bima Swarga di Setra Desa Adat Buleleng. Menurut Sutrisna, hal ini sangat memungkinkan dan akan ada saling keterkaitan dengan peninggalan sejarah lainnya di sekitar kayehan kuno, seperti Puri Kanginan Singaraja (sebelah utara Pasar Buleleng) dan Puri Agung Singaraja (sebelah selatan Pasar Buleleng).
Sutrisna memaparkan, jalur city tour yang dirancang bakal dimulai dari kawasan eks Pelabuhan Buleleng di Kampung Tinggi, Singaraja---sisi utara. Wisatawan yang memilih city tour nantinya tidak hanya menyaksikan jembatan peninggalan Belanda di Kampung Tinggi (sebelah barat Singaraja Square), tapi juga segara (laut) dan Klenteng tertua yang masih dalam satu kawasan dengan eks Pelabuhan Buleleng.
Dari eks Pelabuhan Buleleng, perjalanan wisata city tour akan menuju arah selatan, melalui Masjid Jami, yakni masjid tertua di Kabupaten Buleleng yang berlokasi di Kelurahan Kampung Kajanan, Kecamatan Buleleng. Di Masjid Jami ini terdapat salah satu Al Quran yang dibuat Raja Buleleng.
Nah, dari Masjid Jami, perjalanan lanjut ke arah selatan melalui Jalan Gajah Mada Singaraja, menuju relief Bima Swarga nan indah di depan Setra Desa Adat Buleleng. Dari sana, perjalanan lanjut ke kawasan Catus Pata Singaraja, yang di sekitarnya terdapat Puri Kanginan, Puri Agung Singaraja, Kayehan Kuno warisan Raja Buleleng, Museum Buleleng, Gedong Kirtya Singaraja, dan Bale Agung (di Kelurahan Paket Agung, Kecamatan Buleleng) yang merupakan rumah asal ibunda Bung Karno, Ni Nyoman Rai Srimben.
Dari Bale Agung, perjalanan wisata city tour berlanjut ke arah selatan menuju Taman Bung Karno di Kelurahan/Kecamatan Sukasada. Jika ingin melanjutkan perjalanan ke arah selatan, wisatawan bisa menuju Air Terjun di Desa Sambangan (Kecamatan Sukasada) dan Air Terjun di Desa Gitgit (Kecamatan Sukasada). *k23
1
Komentar