Dua Reservoar di Sukadana Kesulitan Jaringan
Saat musim kemarau, warga beli air Rp 150.000 hingga Rp 200.000 per mobil tangki isian 5.000 liter.
AMLAPURA, NusaBali
Dua reservoar di Desa Sukadana, Kecamatan Kubu, Karangasem masih kesulitan jaringan untuk mengalirkan air ke pelanggan di lima banjar dinas. Reservoar di Banjar Bukit dan Banjar Kayuaya masing-masing berkapasitas 750 meterkubik. Sayang kedua reservoar ini belum maksimal alirkan air ke masyarakat. Jaringan yang diperlukan untuk melayani masyarakat di lima banjar dinas sebanyak 5.300 sambungan ke rumah-rumah penduduk.
Perbekel Desa Sukadana, I Gede Suardana, mengatakan warga belum terlayani PAM desa. Saat musim kemarau warga beli air Rp 150.000 hingga Rp 200.000 per mobil tangki isian 5.000 liter. Mengatasi kesulitan air, Pemerintah Desa Sukadana membangun dua reservoar di Banjar Bukit dan Banjar Kayuaya masing-masing dengan kapasitas 750 meterkubik. “Air sudah ada, hanya saja kesulitan jaringan untuk menyasar rumah penduduk di lima banjar dinas,” ungkap Gede Suardana saat dijumpai di ruang kerjanya, Selasa (20/10).
Gede Suardana mengaku sudah melakukan survei terkait kesulitan jaringan untuk mengalirkan air ke rumah penduduk. “Kami sudah ajukan usulan ke Dinas PUPR Provinsi Bali agar dapat bantuan jaringan,” jelas Gede Suardana. Dijelaskan, reservoar di Banjar Bukit dibangun tahun lalu, juga memanfaatkan sumur di Banjar Tigaron Kangin. Setelah dapat proyek Pamsimas didukung ADD (alokasi dana desa) dan swadaya masyarakat Rp 350 juta, serta PAM Desa Sukadana hanya mampu membangun jaringan pipa sepanjang 6.500 meter.
Gede Suardana mengatakan, Desa Sukadana mewilayahi delapan banjar. Banjar Tigaron Kangin dan Banjar Tigaron telah dapat air bersih. Pada tahun 2020 rencananya mengoptimalkan pelayanan di Banjar Bukit, Banjar Mekar Sari, Banjar Kayuaya, Banjar Lebah, dan Banjar Nusu, namun masih terkendala biaya pemasangan jaringan. BUMDes Desa Sukadana selama ini menjual air Rp 7.000 per meter kubik, jauh lebih mahal dibandingkan Perumda Tirta Tohlangkir yang menjual Rp 1.500 per meter kubik. Ketua BUMDes Desa Sukadana, I Made Sudiasa, mengakui penjualan air Rp 7.000 per meterkubik. “Kalau pelanggan bertambah, harga air bisa disesuaikan,” katanya. *k16
Perbekel Desa Sukadana, I Gede Suardana, mengatakan warga belum terlayani PAM desa. Saat musim kemarau warga beli air Rp 150.000 hingga Rp 200.000 per mobil tangki isian 5.000 liter. Mengatasi kesulitan air, Pemerintah Desa Sukadana membangun dua reservoar di Banjar Bukit dan Banjar Kayuaya masing-masing dengan kapasitas 750 meterkubik. “Air sudah ada, hanya saja kesulitan jaringan untuk menyasar rumah penduduk di lima banjar dinas,” ungkap Gede Suardana saat dijumpai di ruang kerjanya, Selasa (20/10).
Gede Suardana mengaku sudah melakukan survei terkait kesulitan jaringan untuk mengalirkan air ke rumah penduduk. “Kami sudah ajukan usulan ke Dinas PUPR Provinsi Bali agar dapat bantuan jaringan,” jelas Gede Suardana. Dijelaskan, reservoar di Banjar Bukit dibangun tahun lalu, juga memanfaatkan sumur di Banjar Tigaron Kangin. Setelah dapat proyek Pamsimas didukung ADD (alokasi dana desa) dan swadaya masyarakat Rp 350 juta, serta PAM Desa Sukadana hanya mampu membangun jaringan pipa sepanjang 6.500 meter.
Gede Suardana mengatakan, Desa Sukadana mewilayahi delapan banjar. Banjar Tigaron Kangin dan Banjar Tigaron telah dapat air bersih. Pada tahun 2020 rencananya mengoptimalkan pelayanan di Banjar Bukit, Banjar Mekar Sari, Banjar Kayuaya, Banjar Lebah, dan Banjar Nusu, namun masih terkendala biaya pemasangan jaringan. BUMDes Desa Sukadana selama ini menjual air Rp 7.000 per meter kubik, jauh lebih mahal dibandingkan Perumda Tirta Tohlangkir yang menjual Rp 1.500 per meter kubik. Ketua BUMDes Desa Sukadana, I Made Sudiasa, mengakui penjualan air Rp 7.000 per meterkubik. “Kalau pelanggan bertambah, harga air bisa disesuaikan,” katanya. *k16
Komentar