Gelombang Pasang Gerus Pesisir Pantai Kubutambahan
Satu Bangunan Bale Bengong Terjungkal
SINGARAJA, NusaBali
Gelombang pasang yang mengamuk di pesisir pantai Desa/Kecamatan Kubutambahan, Buleleng dalam kuru sepekan terakhir, menimbulkan bencana di sejumlah titik.
Salah satunya, senderan penahan abrasi di pesisir pantai kawasan Banjar Dinas Tukad Ampel, Desa Kubutambahan ambruk. Sebnuah bangunan bale bengong pun ikut terjungkal ke laut.
Tim gabungan Dinas Lingkungan Hidup Buleleng dan Sat Pol PP Buleleng sempat terjun melakukan pengecekan terkait adanya dugaan eksploitasi sumber daya alam batu sikat ke lokasi bencana di pesisir pantai Banjar Dinas Tukad Ampel, Desa Kubutambahan, Selasa (20/10). Dari situ, terekam jelas bagaimana kehancuran senderan penahan abrasi akibat diterjang gelombang pasang.
Senderan penahan abrasi di pantai Banjar Dinas Tukad Ampel jebol sepanjang 10 meter, dengan lebar sekitar 1 meter. Senderan yang ambruk ini tepat berada di depan Vila Rumah Singa yang dihuni oleh warga negara asing (WNA) asal Belanda, Hendrick. Bangunan bale bengong di areal vila itulah yang juga ikut terjungkal ke laut.
Menurut kesaksian Hendrick, peristiwa ambruknya senderan penahan abrasi hingga menyeret bangunan bale bengong sakapat (beriang 4) di vilanya itu, terjadi akhir pekan lalu. “Sebelumnya memang sudah ada bagian senderan yang ambruk. Tapi, akhir pekan kemarin kondisinya tambah parah,” ujar Hendrick saat tim gabungan melakukan pemantauan di lokasi bencana, Selasa kemarin. Hendrick pun berharap pemerintah ke depannya dapat melakukan perbaikan dengan membangun kembali senderan untuk menjaga pantai.
Sementara itu, Perbekel Kubutambahan, Gede Pariadnyana, mengakui bukan hanya sekali ini terjadi abrasi di pesisir pantai setempat. Sebelumnya, juga sempat terjadi abrasi karena gelombang pasang.
“Yang terakhir ini memang karena gelombang pasang. Para nelayan di sini juga terpaksa menaikkan jukungnya ke jalan bersamaan denagn jebolnya senderan itu, karena besarnya gelombang pasang,” ungkap Ge-de Pariadnyana saat dikonfirmasi NusaBali terpisah, Selasa kemarin.
Saat ditanya dugaan eksploitasi alam berupa batu sikat di kawasan pantai Deswa Kubutambahan, Pariadnyana tidak menampik hal itu. Bahkan, kata dia, dulu sempat ada galian C di wilayah Banjar Dinas Kutabanding, Desa Kubutambahan yang diduga menjadi salah satu penyebab terjadinya abrasi. Kejadian itu sudah ditangani aparat desa bersama kecamatan dan Satpol PP Buleleng. Hanya saja, pencurian batu sikat masih saja terjadi di pesisir Desa Kubutambahan.
“Memang agak rawan dan sekarang pun masih ada warga yang mengambil batu sikat. Aparat selalu kucing-kucingan dengan mereka yang memang mencari batu sikat untuk dijual ke pengepul,” papar Pariadnyana.
Disebutkan, pemerintah desa juga akan melakukan kajian terkait dengan menjaga pesiisr pantai dari abrasi. Sejauh ini, pesisir pantai Kubutambahan sudah sempat mendapatkan bantuan senderan penahan abarasi sepanjang 500 meter (dari depan Kompi Bantuan Kubutambahan hingga depan Pura Penyusuhan). “Kami akan kaji dulu berapa wilayah yang sudah abrasi. Kalau datanya mengkhawatirkan, pasti kami akan ajukan untuk bantuan senderan penahan abrasi,” katanya.
Sementara, Kasi Pengaduan dan Penyelesaian Sengketa Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Buleleng, I Gusti Ayu Endang, mengatakan peninjauan lokasi bencana senderan ambruyk di pesisir pantai Kubutambahan, Selasa kemarin, dilakukan karena ada laporan masuk dari masyarakat soal dugaan eksploitasi alam batu sikap. Namun, dari hasil pengecekan lapangan dan berkoodinasi dengan pemilik lahan se-kitar, disimpulkan senderan ambruk karena gelombang pasang, bukan akibat eksploitasi batu sikat.
“Dari hasil pengecekan kami, senderan ambruk murni karena faktor alam gelombang pasang. Sejauh ini belum kami temukan pengambilan pasir dan batu sikat seperti laporan awal yang kami terima,” ungkap IGA Endang yang kemarin didampingi dan Kasi Kerusakan Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Buleleng, Putu Juwita. *k23
1
Komentar