Tergulung Ombak, Bapak–Anak Selamat
Dua orang nelayan berstatus bapak dan anak, I Ketut Laci, 51, dan I Made Ariasta, 31, tergulung ombak dan terombang-ambing di laut selama sekitar 30 menit, saat melaut di seputaran Pantai Pasut yang berlokasi di Banjar Tegal Temu, Desa Tibubiu, Kecamatan Kerambitan Tabanan, Sabtu (22/10).
Kipas Mesin Terlilit Jaring, Kapal Terbalik
TABANAN, NusaBali
Naas yang menimpa Laci dan Ariasta ini dikarenakan kipas mesin jukung mereka terlilit tali jaring yang dipasangnya. Beruntung, setelah sempat terombang-ambing sekitar 30 menit, keduanya selamat dari maut.
Peristiwa ini terjadi sekitar pukul 08.30 Wita. Saat itu kedua nelayan asal Banjar Yeh Gangga, Desa Sudimara, Kecamatan Tabanan, ini sedang memasang bubu sekaligus mengambil hasil tangkapan lobster di tengah laut dengan jarak sekitar 200 meter dari bibir pantai. Namun sial menghampiri bapak dan anak ini.
Saat tengah mengambil hasil tangkapan, tiba-tiba ombak besar datang. Bermaksud untuk menyelamatkan diri dari gempuran ombak, namun celaka ketika akan memacu mesin jukung, kipas mesin jukungnya terlilit jaring bubu yang mengakibatkan perahu terbalik.
“Saya lihat dari kejauhan mereka tergulung ombak. Seketika itu teman-teman yang sudah menepi, kembali ke laut untuk memberi pertolongan,” ungkap I Gusti Putu Sumadana, rekan sesama nelayan.
Akibat jukung terbalik, Laci dan Ariasta terombang-ambing di laut lepas. Selain menyelamatkan diri agar tidak tergulung ombak, Ariasta juga berusaha menyelamatkan hasil tangkapan dan jukungnya agar tidak terseret ombak.
“Saya lihat dari kejauhan mereka berenang sambil menarik-narik perahu agar terlepas dari belitan tali jaring. Sementara bapaknya Ariasta (Laci) lebih dulu berenang menepi, dibantu oleh nelayan yang kebetulan masih di laut saat itu,” imbuh Gusti Sumadana.
Setelah berusaha melepas tali jaring yang melilit, Ariasta berhasil selamat, begitu juga dengan hasil tangkapannya. Namun Laci mengalami luka memar di bagian kaki dan pinggang. “Semuanya selamat, tidak ada yang parah. Soalnya hal semacam ini sering terjadi saat melaut, karena ombaknya memang besar,” tutur Gusti Sumadana.
Akibat kejadian ini, perahu Laci mengalami rusak parah. Dua katir jukung, sisi kanan dan kiri, patah. Pada bagian ujung jukung juga patah, serta mesin jukung mengalami kerusakan karena terendam air laut. Setelah jukung berhasil dibawa ke tepi, langsung diangkut menggunakan truk untuk dibawa ke rumah Laci.
Ketika ditemui di lokasi kejadian, Ariasta mengakui tidak ada kepanikan saat di tengah laut. Karena dia berpegangan pada jukung, sehingga tenaganya tidak terlalu terkuras. Namun dia sempat merasakan lemas karena harus menarik jukungnya agar tidak terseret ombak.
Diungkapkannya, saat itu dirinya sedang mengambil tangkapan lobster seberat 1 kilogram, tiba-tiba ada ombak besar. Niatnya menyelamatkan diri, namun tidak bisa karena tali kipas mesin terlilit tali jaring. Meskipun saat itu mesin jukung sudah digas, namun tidak bisa juga karena lilitan tali jaring bubu sangat kuat. “Saya hanya pasrah, mau gimana lagi. Sudah siap-siap ikut terbalik bersama jukung,” jelasnya.
Dirinya menambahkan, tidak ada firasat apapun dirasakan sebelumnya olehnya maupun ayahnya. “Saya tidak apa-apa, hanya bapak saya mengalami keseleo bagian pinggang karena tertabrak jukung. Ini kejadian pertama kecelakaan di laut yang saya alami,” ungkap Ariasta.
Untuk saat ini Ariasta akan melaut numpang dengan temannya. Karena jukung miliknya masih akan diperbaiki. “Kira-kira satu minggu baru bisa melaut memakai jukung sendiri,” ucapnya. * cr61
TABANAN, NusaBali
Naas yang menimpa Laci dan Ariasta ini dikarenakan kipas mesin jukung mereka terlilit tali jaring yang dipasangnya. Beruntung, setelah sempat terombang-ambing sekitar 30 menit, keduanya selamat dari maut.
Peristiwa ini terjadi sekitar pukul 08.30 Wita. Saat itu kedua nelayan asal Banjar Yeh Gangga, Desa Sudimara, Kecamatan Tabanan, ini sedang memasang bubu sekaligus mengambil hasil tangkapan lobster di tengah laut dengan jarak sekitar 200 meter dari bibir pantai. Namun sial menghampiri bapak dan anak ini.
Saat tengah mengambil hasil tangkapan, tiba-tiba ombak besar datang. Bermaksud untuk menyelamatkan diri dari gempuran ombak, namun celaka ketika akan memacu mesin jukung, kipas mesin jukungnya terlilit jaring bubu yang mengakibatkan perahu terbalik.
“Saya lihat dari kejauhan mereka tergulung ombak. Seketika itu teman-teman yang sudah menepi, kembali ke laut untuk memberi pertolongan,” ungkap I Gusti Putu Sumadana, rekan sesama nelayan.
Akibat jukung terbalik, Laci dan Ariasta terombang-ambing di laut lepas. Selain menyelamatkan diri agar tidak tergulung ombak, Ariasta juga berusaha menyelamatkan hasil tangkapan dan jukungnya agar tidak terseret ombak.
“Saya lihat dari kejauhan mereka berenang sambil menarik-narik perahu agar terlepas dari belitan tali jaring. Sementara bapaknya Ariasta (Laci) lebih dulu berenang menepi, dibantu oleh nelayan yang kebetulan masih di laut saat itu,” imbuh Gusti Sumadana.
Setelah berusaha melepas tali jaring yang melilit, Ariasta berhasil selamat, begitu juga dengan hasil tangkapannya. Namun Laci mengalami luka memar di bagian kaki dan pinggang. “Semuanya selamat, tidak ada yang parah. Soalnya hal semacam ini sering terjadi saat melaut, karena ombaknya memang besar,” tutur Gusti Sumadana.
Akibat kejadian ini, perahu Laci mengalami rusak parah. Dua katir jukung, sisi kanan dan kiri, patah. Pada bagian ujung jukung juga patah, serta mesin jukung mengalami kerusakan karena terendam air laut. Setelah jukung berhasil dibawa ke tepi, langsung diangkut menggunakan truk untuk dibawa ke rumah Laci.
Ketika ditemui di lokasi kejadian, Ariasta mengakui tidak ada kepanikan saat di tengah laut. Karena dia berpegangan pada jukung, sehingga tenaganya tidak terlalu terkuras. Namun dia sempat merasakan lemas karena harus menarik jukungnya agar tidak terseret ombak.
Diungkapkannya, saat itu dirinya sedang mengambil tangkapan lobster seberat 1 kilogram, tiba-tiba ada ombak besar. Niatnya menyelamatkan diri, namun tidak bisa karena tali kipas mesin terlilit tali jaring. Meskipun saat itu mesin jukung sudah digas, namun tidak bisa juga karena lilitan tali jaring bubu sangat kuat. “Saya hanya pasrah, mau gimana lagi. Sudah siap-siap ikut terbalik bersama jukung,” jelasnya.
Dirinya menambahkan, tidak ada firasat apapun dirasakan sebelumnya olehnya maupun ayahnya. “Saya tidak apa-apa, hanya bapak saya mengalami keseleo bagian pinggang karena tertabrak jukung. Ini kejadian pertama kecelakaan di laut yang saya alami,” ungkap Ariasta.
Untuk saat ini Ariasta akan melaut numpang dengan temannya. Karena jukung miliknya masih akan diperbaiki. “Kira-kira satu minggu baru bisa melaut memakai jukung sendiri,” ucapnya. * cr61
1
Komentar