Kemendikbud Hadirkan Tokoh-tokoh Muda Pejuang Mimpi
JAKARTA, NusaBali
Dalam memperingati Hari Sumpah Pemuda, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) melalui Pusat Penguatan Karakter (Puspeka) kembali menggelar web seminar (webinar) bertema “Pemuda Penggagas Tanpa Batas”, dengan menghadirkan tokoh-tokoh muda pejuang mimpi.
Kepala Pusat Penguatan Karakter, Kemendikbud, Hendarman mengatakan, webinar kali ini diselenggarakan untuk membangkitkan semangat generasi muda melalui cerita inspiratif tokoh muda yang sukses mewujudkan cita-citanya. "Saya yakin pembicara-pembicara yang kami hadirkan kali ini dapat memberikan pencerahan dan membangkitkan motivasi berdasar pengalaman menempuh perjuangan di bidangnya masing-masing,” ucapnya saat membuka webinar yang berlangsung secara virtual di Jakarta, Sabtu (24/10).
Dipandu oleh Pebi Sukamdani dan penerjemah bahasa isyarat, Erna Husaena, webinar seri ketigabelas ini menghadirkan empat narasumber. Mereka adalah Ahmad Fuadi (novelis, pekerja sosial dan mantan wartawan), Sastia Prama Putri (Diaspora peneliti dan dosen di Osaka University Jepang), Stanley Ferdinandus (pendiri yayasan Heka Leka), dan Sri Hartini (pamong budaya ahli utama dan koordinator umum pekan kebudayaan nasional 2020).
Tampil pertama, Stanley Ferdinandus yang mengisahkan perjuangannya untuk membangun Maluku. Stanley memutuskan kembali ke Ambon, setelah menempuh pendidikan tingginya di luar kota. Semangat perjuangannya muncul dilatari karena melihat keterpurukan yang dialami masyarakat Maluku terutama paska konflik horisontal yang meluluhlantahkan Maluku sejak tahun 1999.
Keadaan ini mendorong beberapa pemuda yang ada di Ambon untuk bergerak bersama bagi Maluku. Meski di awal pergerakan kediaman Stanley sempat dibakar oknum masyarakat namun semangatnya membangun Maluku tidak surut. “Heka Leka” menjadi simbol semangat untuk terus berkolaborasi dengan sesama insan dan organisasi yang peduli untuk membangun dunia pendidikan di Maluku hingga ke pelosok. “Jangan pernah apatis sebagai pemuda, meskipun perjuangan kita belum didengar pemerintah. Apa yang kita lakukan adalah hal yang mulia”, tegas Stanley.
Pembicara kedua, Sri Hartini, menyampaikan bahwa Direktorat Jenderal (Ditjen) Kebudayaan, Kemendikbud senantiasa mendukung tumbuhnya inisiatif-inisiatif lokal bagi kemajuan daerah dan Indonesia. Hal ini sesuai dengan tema umum PKN yang akan digelar pada tanggal 31 Oktober-30 November 2020 mendatang yaitu “Ruang Bersama Indonesia Bahagia”. Sementara itu, mengingat Indonesia saat ini masih berjuang melawan pandemi Covid-19 maka Kemendikbud menggagas tema khusus PKN yakni “Penguatan Tubuh Masyarakat dalam Perspektif Kebudayaan”.
Ditjen Kebudayaan menginisiasi berbagai program yang menampilkan karya generasi muda baik produk maupun pagelaran budaya. Program ini lanjut Sri, dilakukan bekerja sama dengan platform penjualan (daring) untuk menyalurkan atau memasarkan produk-produk kebudayaan tersebut. “Tantangan bagi pemuda, isi kemerdekaan dengan banyak hal positif, jadilah penggagas, bukan pengikis,” pesan Sri.
Pembicara selanjutnya adalah perempuan peneliti Indonesia dari negeri Sakura, Sastia Prama Putri. Ia mengisahkan bagaimana tantangan seorang peneliti perempuan yang dirasakannya sangat tidak mudah. "Riset bukan hal yang mudah, dan kegagalan merupakan bagian darinya. Kita harus memiliki mental kuat untuk menjadi peneliti dan semangat positif setiap waktu," tegasnya.
Setelah menyelesaikan studi S3, Sastia masih tetap berjuang di bidangnya sebagai ilmuwan. Beberapa hasil dari perjuangan tersebut adalah Sastia mendapatkan Miyata Award 20 Oktober 2020 sebagai dosen muda di bidang Engineering yang mengantarkannya untuk berkunjung ke Harvard University di tahun 2021 dan 2022. “Teruslah belajar dan meraih mimpi yang lebih tinggi, jelajahi dunia dan majukan Indonesia,” pesan Sastia di akhir paparan.
Di penghujung acara, Ahmad Fuadi membagikan kisahnya berkeliling dunia yang bukan hanya sekadar untuk melanjutkan pendidikan dan meningkatkan kemampuan menulis namun juga untuk membagi pengalamannya menulis beberapa buku best seller. “Tulisan lebih kuat dari peluru, tulislah minimal satu buku dalam hidupmu,” terangnya.
Ia juga mengatakan, penting bagi seseorang untuk merantau demi melawan zona nyaman. Meski tidak nyaman, daya ikhlas menjadi penentu keberhasilan. Menurutnya, kesungguhan dalam berjuang dan daya impian, harus dibela dan didoakan. “Kuasai minimal salah satu bahasa asing untuk bisa kuasai pintu-pintu ilmu”, pesan pemeroleh 10 beasiswa luar negeri itu.
Kesulitannya selama menggapai cita-cita untuk memperoleh pendidikan yang baik, mendorong Ahmad Fuadi mendirikan komunitas Menara. Sebuah yayasan sosial untuk membantu pendidikan masyarakat yang kurang mampu, khususnya untuk usia pra sekolah. Saat ini, Komunitas Menara memiliki sebuah sekolah anak usia dini gratis.*
1
Komentar