Pencinta Lingkungan Tuangkan Eco Enzyme di Sungai
AMLAPURA, NusaBali
Puluhan pencinta lingkungan ramai-ramai tuangkan cairan eco enzyme di Sungai Subangan, Banjar Ujung Pesisi, Desa Tumbu, Kecamatan Karangasem, Minggu (25/10) pagi.
Eco enzyme merupakan cairan hasil fermentasi untuk menetraliris pencemaran. Kegiatan ini rencananya digelar secara rutin di Karangasem serangkaian HUT ke-1 Nusantara Eco Enzyme.
Koordinator kegiatan, dr I Ketut Budiarta didampingi Sekretaris I Wayan Suartawa, mengatakan eco enzyme merupakan hasil fermentasi yang merupakan campuran molase (sisa pengolahan gula dan mengandung asam organik), bercampur sampah organik terutama dari buah, sayur, dan air, yang difermentasi selama tiga bulan. Budiarta mengajak seluruh pencinta lingkungan se-Karangasem membawa eco enzyme hasil produknya sendiri untuk dituangkan bersama-sama di Sungai Subangan yang telah tercemar. “Setelah dituangkan eco enzyme, maka air sungai kembali normal karena kotoran yang ada dinetralisir eco enzyme,” kata Budiarta.
Budiarta menegaskan, kegiatan ini sekaligus mengajak masyarakat tidak sembarangan buang sampah ke sungai. Sehingga sungai tidak tercemar, ekosistem di air bisa hidup. Juga bertujuan mengurangi beban TPA (tempat pembuangan akhir) dengan memisahkan sampah organik dengan sampah anorganik. Sampah organik diolah jadi eco enzyme, sedangkan sampah anorganik dibuang ke TPA. Disebutkan, eco enzyme tak hanya digunakan untuk mencegah pencemaran lingkungan, juga untuk penyubur tanaman, pembersih alat-alat rumah tangga, pembersih lantai, menghilangkan bau di kamar mandi, dapur, dan bisa untuk pengharum ruangan.
Wayan Suartawa menambahkan, komunitas eco enzyme sepakat sama-sama memproduksi untuk keperluan sendiri. Bagi yang ingin mengetahui cara membuat eco enzyme, Suartawa siap berikan pelatihan. Caranya sangat sederhana, hanya sediakan molase, sampah sayur dan buah, serta air. Perbandingannya 1 molase berbanding 3 sampah sayur dan buah, serta 10 air, semuanya mesti ditimbang agar takarannya tepat. Selanjutnya dimasukkan ke botol yang tertutup. Setelah tiga bulan menghasilkan eco enzyme.
Desak Made Suasti dari Perumnas Lingkungan Paya, Kelurahan Padangkerta, Kecamatan Karangasem mengaku memproduksi eco enzyme sejak Maret 2020. “Saya baru menghasilkan 2 liter eco enzyme, cukup untuk keperluan sendiri,” jelas Desak Made Suasti. Selain untuk bersih-bersih lantai, alat dapur, kamar mandi, pupuk, juga bisa digunakan untuk sabun cuci. *k16
Koordinator kegiatan, dr I Ketut Budiarta didampingi Sekretaris I Wayan Suartawa, mengatakan eco enzyme merupakan hasil fermentasi yang merupakan campuran molase (sisa pengolahan gula dan mengandung asam organik), bercampur sampah organik terutama dari buah, sayur, dan air, yang difermentasi selama tiga bulan. Budiarta mengajak seluruh pencinta lingkungan se-Karangasem membawa eco enzyme hasil produknya sendiri untuk dituangkan bersama-sama di Sungai Subangan yang telah tercemar. “Setelah dituangkan eco enzyme, maka air sungai kembali normal karena kotoran yang ada dinetralisir eco enzyme,” kata Budiarta.
Budiarta menegaskan, kegiatan ini sekaligus mengajak masyarakat tidak sembarangan buang sampah ke sungai. Sehingga sungai tidak tercemar, ekosistem di air bisa hidup. Juga bertujuan mengurangi beban TPA (tempat pembuangan akhir) dengan memisahkan sampah organik dengan sampah anorganik. Sampah organik diolah jadi eco enzyme, sedangkan sampah anorganik dibuang ke TPA. Disebutkan, eco enzyme tak hanya digunakan untuk mencegah pencemaran lingkungan, juga untuk penyubur tanaman, pembersih alat-alat rumah tangga, pembersih lantai, menghilangkan bau di kamar mandi, dapur, dan bisa untuk pengharum ruangan.
Wayan Suartawa menambahkan, komunitas eco enzyme sepakat sama-sama memproduksi untuk keperluan sendiri. Bagi yang ingin mengetahui cara membuat eco enzyme, Suartawa siap berikan pelatihan. Caranya sangat sederhana, hanya sediakan molase, sampah sayur dan buah, serta air. Perbandingannya 1 molase berbanding 3 sampah sayur dan buah, serta 10 air, semuanya mesti ditimbang agar takarannya tepat. Selanjutnya dimasukkan ke botol yang tertutup. Setelah tiga bulan menghasilkan eco enzyme.
Desak Made Suasti dari Perumnas Lingkungan Paya, Kelurahan Padangkerta, Kecamatan Karangasem mengaku memproduksi eco enzyme sejak Maret 2020. “Saya baru menghasilkan 2 liter eco enzyme, cukup untuk keperluan sendiri,” jelas Desak Made Suasti. Selain untuk bersih-bersih lantai, alat dapur, kamar mandi, pupuk, juga bisa digunakan untuk sabun cuci. *k16
1
Komentar