Pandemi, Jumlah Lontar yang Dikonservasi Menurun
TABANAN, NusaBali
Pandemi Covid-19 tak menyurutkan niat Penyuluh Bahasa Bali di Tabanan untuk melakukan konservasi lontar.
Namun jumlah lontar yang berhasil dikonservasi menurun dibandingkan sebelum pandemi. Jumlah lontar sekarang yang berhasil dikonservasi sekitar 500 lontar, sedangkan sebelum pandemi Covid-19 lebih dari 1.000 lontar yang berhasil dikonservasi selama setahun.
Koordinator Penyuluh Bahasa Bali Kabupaten Tabanan I Gde Putu Adi Saka Wibawa, mengatakan konservasi lontar di tengah pandemi memang menurun. Penyebabnya karena terbatasnya ruang gerak akibat penerapan protokol kesehatan Covid-19. Bahkan pernah, ketika Penyuluh Bahasa Bali sudah deal untuk konservasi lontar, terpaksa dibatalkan karena ada masyarakat terpapar virus Corona. “Sekarang memang menurun, dibandingkan tahun 2019,” ungkap Saka Wibawa, Selasa (27/10).
Kendati demikian, konservasi lontar masih rutin dilakukan. Untuk di tahun 2020 atau saat masa pandemi ini, mulai aktif konservasi awal Oktober. Sehingga baru bisa konservasi sekitar 500 lontar. “Sebelumnya konservasi lontar tidak jalan karena protokol kesehatan, sekarang sudah mulai berjalan dan tetap mengedepankan protokol kesehatan Covid-19,” imbuhnya.
Untuk saat ini, kata Saka Wibawa, lontar yang berhasil dikonservasi belum ada ditemukan lontar unik. Lebih bersifat umum dan dominan adalah lontar Wariga, Usada, Kekawin atau Geguritan. “Jadi untuk sekarang hampir setiap kecamatan menggelar konservasi,” katanya.
Menurut Saka Wibawa, saat ini masyarakat yang memiliki lontar sudah mulai teredukasi. Sebab permintaan untuk konservasi lontar mulai banyak sejak Januari 2020. Selain itu masyarakat sudah mulai terbuka kalau mereka memiliki lontar. “Permintaan untuk konservasi sekarang sudah banyak, lain pada saat awal-awal konservasi,” tandasnya. *des
1
Komentar