Penulis di Balik Buku Man of Contradictions: Joko Widodo and the Struggle to Remake Indonesia
DENPASAR, NusaBali.com
Press call KEMBALI20 yang berlangsung secara virtual pada Senin (26/10) tidak hanya mengungkapkan di balik keputusan penundaan Ubud Writers and readers Festival dan Ubud Food Festival 2020 yang kini hadir dalam wujud Festival KEMBALI20, namun juga menghadirkan sejumlah penulis yang bakal mengisi panel-panel diskusi selanjutnya di KEMBALI20.
Salah satu penulis yang turut hadir, yaitu Ben Bland, penulis buku Man of Contradictions: Joko Widodo and the struggle to remake Indonesia. Terbit pada September 2020, buku berbahasa Inggris ini merupakan buku yang membahas mengenai Presiden Ketujuh Indonesia, Joko Widodo, mulai dari perjalanan hidupnya, menjadi pengusaha furnitur, hingga terjun dalam dunia politik hingga kini menjadi Presiden Republik Indonesia.
Sang penulis, Ben Bland, merupakan Direktur Southeast Asia Project di Lowy Institute. Dirinya beberapa kali telah melakukan wawancara dengan Presiden RI ketujuh tersebut, sejak kiprahnya menjadi Walikota Solo, menjadi Gubernur DKI Jakarta, hingga menjadi Presiden pada 2014.
Dalam Press call KEMBALI20, Ben Bland mengungkapkan sedikit proses penulisan buku yang diterbitkan oleh Penguin Random House ini. Buku Man of Contradictions sendiri ditulis dalam Bahasa Inggris, sehingga menjangkau audiens secara internasional. “Ketika menulis buku seperti ini, kau benar-benar menulis untuk audiens internasional, dengan asumsi bahwa mereka tidak memiliki prior knowledge tentnag Indonesia. Tapi di saat bersamaan, ketika kau ingin buku itu menjadi relevan bagi orang-orang di negara tersebut, jadi saya mencoba yang terbaik,” ujarnya.
Sejauh ini, buku Man of Contradictions memang pertama kali diterbitkan di Australia, dan mengalami sedikit kendala dalam distribusinya ke Indonesia karena situasi pandemi Covid-19. Kendati demikian beberapa media Indonesia telah mereview buku ini.
Namun, diakui oleh sang penulis, bagi beberapa pembaca terdapat kesalah pahaman mengenai kata contradictions (kontradiksi, red) yang terdapat pada buku ini. “Saya pikir beberapa orang menganggap buku ini sebagai sebuah kritik keras bagi Presiden, terutama bagi beberapa pendukung lawan politiknya,” lanjut Ben Bland.
Meski kata ‘kontradiksi’ ini menuai beragam pandangan dari para pembaca, namun ada juga beberapa orang yang mempolitisasi istilah tersebut bahkan sebelum membaca bukunya. Meski demikian, Ben Bland menyambut antusiasme dari para pembaca ini. “Saya senang melihat orang-orang tertarik, dan semoga ke depannya ketika mereka mendapatkan bukunya, akan ada diskusi yang lebih menarik. Tapi ya, memang sangat sulit untuk menjembatani audiens yang berbeda-beda karena faktanya, di luar Indonesia, negara ini sayangnya belum banyak diketahui,” ungkap penulis yang juga merupakan Direktur Southeast Asia Project di Lowy Institute ini.*cr74
1
Komentar