Dulu Sehari Kantongi Rp 800.000, Kini Rp 50.000 Sudah Beruntung
Dampak Pandemi Covid-19 Bagi 'Anak Pantai' Instruktur Surfing
MANGUPURA, NusaBali
Dampak pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung nyaris 8 bulan 'melumpuhkan' aktivitas masyarakat, tak terkecuali mereka yang mengais rezeki dari pariwisata.
Salah satu aktivitas yang merasakan adalah para instruktur surfing yang ada di Pantai Kuta, Kecamatan Kuta, Badung. Sejak pandemi ini, pendapatan mereka turun drastis, bahkan ada yang sama sekali tidak mendapatkan pemasukan.
Salah satu penyedia jasa papan surfing di Pantai Kuta, Ewaldus Somba, 24, mengungkapkan setelah mencuatnya wabah global Covid-19 ini, dirinya sangat merasakan dampaknya. Pasalnya, aktivitas surfing banyak digemari oleh wisatawan asing. Namun, saat pariwisata ditutup, para ‘anak pantai’ penyedia jasa papan surfing ini sama sekali tidak mendapatkan pemasukan.
"Kalau bilang terdampak, tentu sangat terdampak. Apalagi, sebagain besar yang menggunakan jasa kita di sini (Pantai Kuta) adalah wisatawan asing. Toh sekarang sudah tidak ada lagi wisatawan yang datang, kalaupun ada, itu hanya yang masih tersisa di Bali," bebernya saat ditemui, Jumat (30/10) siang.
Diceritakan pria asal Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT) ini, sebelum wabah mencuat, dirinya bisa mengais rezeki dari menyewakan papan surfing plus memberikan pendampingan terhadap wisatawan asing rata-rata sehari Rp 800.000. Namun, saat ini belum tentu mendapatkan Rp 50.000 per hari, bahkan dia kerap pulang dengan tangan hampa. "Kalau sebelum Covid-19, saya biasanya mengajari wisatawan asing untuk surfing. Jadi, selain menyewa papan, saya juga sekalian menjadi instruktur. Sehingga, bayarannya sekitar Rp 200.000 per dua jam. Ya, kalau sekarang untung-untungan kalau dapat Rp 50.000," cerita Ewaldus yang sudah tiga tahun belakangan menjadi instruktur surfing di Pantai Kuta.
Dia juga mengaku, meski saat ini pariwisata untuk wisatawan mancanegara belum dibuka, untungnya tetap saja ada wisatawan domestik yang datang di pantai. Meski mereka hanya sebatas menyewa papan surfing, namun hal itu tentu membantu dirinya yang hidup dari pariwisata. "Kalau sebelumnya untuk seluruh aktivitas di Pantai Kuta memang ditutup sama sekali. Tapi, sejak dua bulan belakang ini sudah mulai dibuka lagi dan untungnya tetap ada wisatawan domestic (wisdom) yang sewa papan surfing. Ya, paling tidak bisa menutupi biaya hidup sehari-hari," terangnya.
Dia berharap agar wabah global Covid-19 ini cepat berlalu, sehingga geliat pariwisata mulai hidup, hal ini karena banyak orang yang menggantungkan hidupnya dari pariwisata, termasuk dirinya. "Tentu bukan hanya saya dan rekan-rekan instruktur surfing yang seperti ini. Tapi, semua yang hidup dari sektor pariwisata tentu sangat terdampak. Harapannya agar semua cepat berlalu dan pulih seperti sediakala," harapnya. *dar
Salah satu penyedia jasa papan surfing di Pantai Kuta, Ewaldus Somba, 24, mengungkapkan setelah mencuatnya wabah global Covid-19 ini, dirinya sangat merasakan dampaknya. Pasalnya, aktivitas surfing banyak digemari oleh wisatawan asing. Namun, saat pariwisata ditutup, para ‘anak pantai’ penyedia jasa papan surfing ini sama sekali tidak mendapatkan pemasukan.
"Kalau bilang terdampak, tentu sangat terdampak. Apalagi, sebagain besar yang menggunakan jasa kita di sini (Pantai Kuta) adalah wisatawan asing. Toh sekarang sudah tidak ada lagi wisatawan yang datang, kalaupun ada, itu hanya yang masih tersisa di Bali," bebernya saat ditemui, Jumat (30/10) siang.
Diceritakan pria asal Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT) ini, sebelum wabah mencuat, dirinya bisa mengais rezeki dari menyewakan papan surfing plus memberikan pendampingan terhadap wisatawan asing rata-rata sehari Rp 800.000. Namun, saat ini belum tentu mendapatkan Rp 50.000 per hari, bahkan dia kerap pulang dengan tangan hampa. "Kalau sebelum Covid-19, saya biasanya mengajari wisatawan asing untuk surfing. Jadi, selain menyewa papan, saya juga sekalian menjadi instruktur. Sehingga, bayarannya sekitar Rp 200.000 per dua jam. Ya, kalau sekarang untung-untungan kalau dapat Rp 50.000," cerita Ewaldus yang sudah tiga tahun belakangan menjadi instruktur surfing di Pantai Kuta.
Dia juga mengaku, meski saat ini pariwisata untuk wisatawan mancanegara belum dibuka, untungnya tetap saja ada wisatawan domestik yang datang di pantai. Meski mereka hanya sebatas menyewa papan surfing, namun hal itu tentu membantu dirinya yang hidup dari pariwisata. "Kalau sebelumnya untuk seluruh aktivitas di Pantai Kuta memang ditutup sama sekali. Tapi, sejak dua bulan belakang ini sudah mulai dibuka lagi dan untungnya tetap ada wisatawan domestic (wisdom) yang sewa papan surfing. Ya, paling tidak bisa menutupi biaya hidup sehari-hari," terangnya.
Dia berharap agar wabah global Covid-19 ini cepat berlalu, sehingga geliat pariwisata mulai hidup, hal ini karena banyak orang yang menggantungkan hidupnya dari pariwisata, termasuk dirinya. "Tentu bukan hanya saya dan rekan-rekan instruktur surfing yang seperti ini. Tapi, semua yang hidup dari sektor pariwisata tentu sangat terdampak. Harapannya agar semua cepat berlalu dan pulih seperti sediakala," harapnya. *dar
1
Komentar