Pasar Bona Rampung, Bendesa Siapkan Studi Banding
GIANYAR, NusaBali
Pasar Desa Adat Bona, Desa Bona, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar, yang sebelumnya ludes terbakar beberapa tahun lalu, telah direvitalisasi.
Para pedagang sudah tak sabar menempati pasar ini. Namun sebelum ditempati pedagang, Bendesa Adat Bona I Gusti Nyoman Yasa mengaku akan studi banding terlebih dahulu untuk mempelajari tata cara pengelolaan pasar.
‘’Kami berencana menerapkan sistem manajemen profesional dalam mengelola pasar adat ini,’’ ujar Bendesa Adat Bona I Gusti Nyoman Yasa, saat dihubungi Minggu (1/11). Dia mengatakan, saat ini proyek revitalisasi pasar sudah mendekati finishing, hanya tinggal pembersihan, pemasangan pintu, dan sebagainya. Total anggaran yang digunakan sekitar Rp 2,4 miliar. Kata dia, pedagang akan pindah ke pasar baru ini pada Januari 2021. "Astungkara, kalau tidak ada halangan, Januari 2021 semua pedagang sudah pindah dari pasar sementara ke bangunan pasar baru ini," ujar anggota Fraksi PDIP DPRD Gianyar ini.
Gusti Yasa menilai bangunan pasar hasil revitalisasi ini sangat memuaskan. Kepuasan ini bukan hanya dirasakan pedagang tetapi juga masyarakat. Sangat memuaskan dimaksud, jelas dia, bangunan tersebut kini nampak megah, dan menjadi salah satu ikon di Desa Bona. Dia mengungkapkan, sebelum pasar terbakar, pasar tersebut dibuat secara swadaya. Karena itu bangunannya biasa-biasa saja, bahkan terkesan kumuh. Tak hanya itu, bangunannya pun sempit sehingga para pedagang sampai berdesakan. Namun saat ini sudah terjadi perluasan, penambahan kios, dan saat ini terdapat lahan parkir yang lapang.
Melihat perubahan signifikan ini, kata dia, pihaknya akan mengelola pasar tersebut secara profesional. Karena itu, sebelum pasar beroperasi, pihaknya akan studi ke pasar-pasar yang sudah maju. Ada pun hal penting yang harus dipelajari, mulai dari pengaturan pedagang, jam buka, sistem kontrak, dan sebagainya. "Nanti kami akan studi ke pasar-pasar yang sudah maju. Dulu saat pasar lama, hanya dijalankan begitu saja. Pedagang berdesakan, pokoknya seadanya saja," ujarnya.
Terkait pedagang yang akan diberikan tempat di pasar baru ini, Gusti Yasa akan mengutamakan pedagang sebelumnya yang berjumlah sekitar 50 orang. Namun dia mengaku banyak pedagang dari luar desa tertarik berjualan di pasar ini. Tapi dia belum bisa memutuskan apakah akan menerima pedagang dari luar desa atau tidak. Banyaknya warga luar desa tertarik berjualan ke desa ini karena masa pandemi, banyak masyarakat menjadi pedagang. Bahkan pedagang dadakan dari luar desa banyak yang mau ngontrak di Pasar Bona. ‘’Tapi kami belum bisa pastikan. Dalam studi nanti, kami juga akan pelajari penerimaan pedagang dadakan ini. Yang jelas, pedagang yang sudah pasti diterima di pasar baru ini adalah pedagang yang sudah berjualan saat pasar ini ludes terbakar," ujarnya.
Gusti Yasa menegaskan, pengelolaan pasar ini nantinya tidak berorientasi bisnis adat. Artinya, desa adat tidak melihat pasar ini sebagai ladang penghasilan. Keberadaan pasar ini, kata dia, hanya sebagai tempat perputaran ekonomi.
Pantauan NusaBali, bangunan pasar baru yang terletak di sisi timur Jalan Raya Bona, tepatnya di depan Kantor Perbekel Bona, sudah hampir tuntas digarap. *nvi
‘’Kami berencana menerapkan sistem manajemen profesional dalam mengelola pasar adat ini,’’ ujar Bendesa Adat Bona I Gusti Nyoman Yasa, saat dihubungi Minggu (1/11). Dia mengatakan, saat ini proyek revitalisasi pasar sudah mendekati finishing, hanya tinggal pembersihan, pemasangan pintu, dan sebagainya. Total anggaran yang digunakan sekitar Rp 2,4 miliar. Kata dia, pedagang akan pindah ke pasar baru ini pada Januari 2021. "Astungkara, kalau tidak ada halangan, Januari 2021 semua pedagang sudah pindah dari pasar sementara ke bangunan pasar baru ini," ujar anggota Fraksi PDIP DPRD Gianyar ini.
Gusti Yasa menilai bangunan pasar hasil revitalisasi ini sangat memuaskan. Kepuasan ini bukan hanya dirasakan pedagang tetapi juga masyarakat. Sangat memuaskan dimaksud, jelas dia, bangunan tersebut kini nampak megah, dan menjadi salah satu ikon di Desa Bona. Dia mengungkapkan, sebelum pasar terbakar, pasar tersebut dibuat secara swadaya. Karena itu bangunannya biasa-biasa saja, bahkan terkesan kumuh. Tak hanya itu, bangunannya pun sempit sehingga para pedagang sampai berdesakan. Namun saat ini sudah terjadi perluasan, penambahan kios, dan saat ini terdapat lahan parkir yang lapang.
Melihat perubahan signifikan ini, kata dia, pihaknya akan mengelola pasar tersebut secara profesional. Karena itu, sebelum pasar beroperasi, pihaknya akan studi ke pasar-pasar yang sudah maju. Ada pun hal penting yang harus dipelajari, mulai dari pengaturan pedagang, jam buka, sistem kontrak, dan sebagainya. "Nanti kami akan studi ke pasar-pasar yang sudah maju. Dulu saat pasar lama, hanya dijalankan begitu saja. Pedagang berdesakan, pokoknya seadanya saja," ujarnya.
Terkait pedagang yang akan diberikan tempat di pasar baru ini, Gusti Yasa akan mengutamakan pedagang sebelumnya yang berjumlah sekitar 50 orang. Namun dia mengaku banyak pedagang dari luar desa tertarik berjualan di pasar ini. Tapi dia belum bisa memutuskan apakah akan menerima pedagang dari luar desa atau tidak. Banyaknya warga luar desa tertarik berjualan ke desa ini karena masa pandemi, banyak masyarakat menjadi pedagang. Bahkan pedagang dadakan dari luar desa banyak yang mau ngontrak di Pasar Bona. ‘’Tapi kami belum bisa pastikan. Dalam studi nanti, kami juga akan pelajari penerimaan pedagang dadakan ini. Yang jelas, pedagang yang sudah pasti diterima di pasar baru ini adalah pedagang yang sudah berjualan saat pasar ini ludes terbakar," ujarnya.
Gusti Yasa menegaskan, pengelolaan pasar ini nantinya tidak berorientasi bisnis adat. Artinya, desa adat tidak melihat pasar ini sebagai ladang penghasilan. Keberadaan pasar ini, kata dia, hanya sebagai tempat perputaran ekonomi.
Pantauan NusaBali, bangunan pasar baru yang terletak di sisi timur Jalan Raya Bona, tepatnya di depan Kantor Perbekel Bona, sudah hampir tuntas digarap. *nvi
1
Komentar