Pandemi, Puluhan ODHA Putus Obat
Putus obat sementara akan membuat imunnya berkurang, sel kekebalan tubuh juga menurun. Maka otomatis virus HIV aktif kembali.
GIANYAR, NusaBali
Puluhan Orang Dengan HIV/Aids (ODHA) di Kabupaten Gianyar putus obat selama pandemi Covid-19. Penyebabnya, para ODHA enggan mengambil obat rutin ke Pusat Layanan Kesehatan atau Puskesmas. Kondisi ini dapat berpengaruh negatif pada daya tahan tubuh ODHA.
Sekretaris Komisi Penanggulangan Aids (KPA) Gianyar AA Gede Agung Suardana, Rabu (4/11), mengungkapkan data komulatif hingga Agustus 2020, tercatat 1.727 kasus HIV/Aids di Kabupaten Gianyar. Sementara tahun ini terjadi penambahan 77 kasus. Tambahan tahun ini lebih kecil dibandingkan 2019 lalu, yang tercatat penambahan 170 kasus. " Hingga Agustus ini memang terjadi penurunan kasus dibandingkan tahun sebelumnya," tegasnya.
Dia menduga penurunan ini terjadi karena warga takut datang ke rumah sakit untuk menjalani tes, di tengah pandemi Covid-19. Selain itu, karena sejumlah pelayanan puskesmas dan rumah sakit yang sempat tutup. "Kemungkinan juga karena stigma masyarakat yang tidak berani tes semenjak pandemi. Selain itu, karena pelayanan terganggu akibat pandemi Covid-19, yakni Puskesmas sampai ada yang tutup, " katanya.
Tidak hanya berdampak pada deteksi warga, papar Agung Suardana, kondisi ini juga berdampak pada warga aktif HIV/Aids yang putus obat. Diduga mereka juga tidak berani mengambil obat ke rumah sakit semenjak pandemi Covid-19. " Dari 300-an warga yang aktif, ada sekitar 50-an yang putus obat. Kebanyakan dari mereka mengaku tidak berani datang ke rumah sakit, " katanya.
Dijelaskan, putus obat bagi ODHA akan berdampak pada kesehatan warga aktif. Bila tidak mengkonsumsi obat, virus dalam tubuh mereka akan kembali aktif. "Putus obat sementara akan membuat imunnya berkurang, sel kekebalan tubuh juga menurun. Maka otomatis virus HIV aktif kembali, karena tidak minum obat, otomatis penyakit penyerta mulai muncul. Kalau sampai ini drop maka akan berbahaya untuk warga tersebut, " bebernya.
Menyikapi kondisi ini, Agung Suardana sudah mencoba menghubungi puluhan warga yang aktif. Namun mereka tetap menolak untuk datang ke rumah sakit dengan alasan pandemi Covid-19 masih berlangsung. "Untuk mengambil obat, mereka harus datang langsung ke rumah sakit. Karena di rumah sakit ini juga mereka menjalani pemeriksaan kesehatan, " jelasnya.
Bila petugas mendatangi langsung rumah warga, menurutnya, hal itu tidak memungkinkan. Agung Suardana mengaku sudah berkoordinasi kembali dengan KPA Provinsi Bali. "Ini sedang dalam pembahasan di provinsi. Kalau misal kami datangi langsung ke rumah, nanti seperti apa teknisnya, " tandasnya. *nvi
Puluhan Orang Dengan HIV/Aids (ODHA) di Kabupaten Gianyar putus obat selama pandemi Covid-19. Penyebabnya, para ODHA enggan mengambil obat rutin ke Pusat Layanan Kesehatan atau Puskesmas. Kondisi ini dapat berpengaruh negatif pada daya tahan tubuh ODHA.
Sekretaris Komisi Penanggulangan Aids (KPA) Gianyar AA Gede Agung Suardana, Rabu (4/11), mengungkapkan data komulatif hingga Agustus 2020, tercatat 1.727 kasus HIV/Aids di Kabupaten Gianyar. Sementara tahun ini terjadi penambahan 77 kasus. Tambahan tahun ini lebih kecil dibandingkan 2019 lalu, yang tercatat penambahan 170 kasus. " Hingga Agustus ini memang terjadi penurunan kasus dibandingkan tahun sebelumnya," tegasnya.
Dia menduga penurunan ini terjadi karena warga takut datang ke rumah sakit untuk menjalani tes, di tengah pandemi Covid-19. Selain itu, karena sejumlah pelayanan puskesmas dan rumah sakit yang sempat tutup. "Kemungkinan juga karena stigma masyarakat yang tidak berani tes semenjak pandemi. Selain itu, karena pelayanan terganggu akibat pandemi Covid-19, yakni Puskesmas sampai ada yang tutup, " katanya.
Tidak hanya berdampak pada deteksi warga, papar Agung Suardana, kondisi ini juga berdampak pada warga aktif HIV/Aids yang putus obat. Diduga mereka juga tidak berani mengambil obat ke rumah sakit semenjak pandemi Covid-19. " Dari 300-an warga yang aktif, ada sekitar 50-an yang putus obat. Kebanyakan dari mereka mengaku tidak berani datang ke rumah sakit, " katanya.
Dijelaskan, putus obat bagi ODHA akan berdampak pada kesehatan warga aktif. Bila tidak mengkonsumsi obat, virus dalam tubuh mereka akan kembali aktif. "Putus obat sementara akan membuat imunnya berkurang, sel kekebalan tubuh juga menurun. Maka otomatis virus HIV aktif kembali, karena tidak minum obat, otomatis penyakit penyerta mulai muncul. Kalau sampai ini drop maka akan berbahaya untuk warga tersebut, " bebernya.
Menyikapi kondisi ini, Agung Suardana sudah mencoba menghubungi puluhan warga yang aktif. Namun mereka tetap menolak untuk datang ke rumah sakit dengan alasan pandemi Covid-19 masih berlangsung. "Untuk mengambil obat, mereka harus datang langsung ke rumah sakit. Karena di rumah sakit ini juga mereka menjalani pemeriksaan kesehatan, " jelasnya.
Bila petugas mendatangi langsung rumah warga, menurutnya, hal itu tidak memungkinkan. Agung Suardana mengaku sudah berkoordinasi kembali dengan KPA Provinsi Bali. "Ini sedang dalam pembahasan di provinsi. Kalau misal kami datangi langsung ke rumah, nanti seperti apa teknisnya, " tandasnya. *nvi
Komentar