Rarekual Tangkap Peluang Jadi Selegram
Nama rarekual yang sudah dikenal sebagai sekaa bondres baud (lucu) dari Buleleng, tak perlu waktu lama untuk menanti followers.
SINGARAJA, NusaBali
Eksistensi media sosial lima tahun terakhir memang cukup menjanjikan bagi penggunanya untuk mendapatkan penghasilan. Dengan satu kali klik unggah postingan seorang pengguna media sosial bisa meraup rupiah baik dengan cara endorse produk atau dengan mengumulkan jumlah like dan subscribe. Peluang itu pun diambil tak hanya oleh pedagang dan pebisnis, tetapi juga seniman Bondres Rarekual.
Kiprah sekaa bondres ini menanjak di dunia hiburan sejak 10 tahun terakhir, kini juga menjelajah dunia medsos. Tak sia-sia usaha yang dilakukan secara kontinyu mengantarkan sekaa topeng ini menjadi selegram (selebriti istagram).
Sekaa ini dinakhodai Ngurah Indra Wijaya. Dalam karakter topeng bondres, dia disapa Ngurah Joni. Akun instagram sekaa bernama rarekual_topeng, kini memiliki 42.000 lebih followers.
Saat ditemui di rumahnya, Banjar Dinas Mandul, Desa Panji, Kecamatan Sukasada, Buleleng, Ngurah Indra menceritakan kiprahnya di media social. Diawali sejak tahun 2010 silam. Saat itu sekaa bondres yang diperkuat 4 orang dengan karakter berbeda. Yakni, Kadek Agus Ria Arnawan sebagai slowly, Made Artana sebagai Bojes dan Made Sukantara Arpin memainkan karakter Ayuk. Mereka mengawali dengan mendokumentasikan aksi panggung saat pentas ngebondres.
“Dari dulu, kami kan memang pelawak panggung. Ya, iseng-iseng buat video,’’ cerita pria 36 tahun ini.
Kemudian video itu diupload di facebook. Rekaman video pakai handphone jadul, ternyata respon netizen sangat bagus. Salah seorang teman bernama Konot, menyarankan Rarekual serius di istagram. Karena unggahan di medos ini bisa dapat endorse. ‘’Saat itu, saya belum ngerti endorse-endorosan. Akhirnya, tahun 2014 baru serius buat konten di IG (istagram),” ujarnya.
Sebagai pemimpin sekaa, Ngurah pun mencoba menggali ide-ide segar untuk membuat konten video IG rarekual. Lawakan-lawakan lucu dengan video durasi pendek secara kontinyu di produksi. Nama rarekual yang sudah dikenal sebagai sekaa bondres baud (lucu) dari Buleleng, tak perlu waktu lama untuk menanti followers. Video lawakan terbarunya pun tetap dinanti-nanti nitizen.
Endorse pertama yang didapatkan mereka setelah dua tahun mengelola akun IG. “Order endorse pertama dari salah satu rumah makan, sampai saat ini cukup banyak yang kerjasama. Ada yang per tahun ada yang satu kali saja, tergantung permintaan,” kata ayah dua anak ini.
Pria bertato ini memaparkan, dalam produksi kontens video lawak maupun endorse di IG, mereka tetap kompak. Meskipun dalam satu konten tak selalu menghadirkan keempat personel Rarekual. Namun dalam penggarapan video yang diunggah itu tetap menggunakan topeng karakter yang mereka bawakan. Namun dalam tampilan busana tak memakai pakaian bondres. Hal ini sebagai bagian dari strategi agar lebih mudah dikenali masyarakat luas.
Meski kini sudah masuk dalam golongan selegram, Rarekual mengaku tak memasang harga saklek kepada siapa saja yang ingin menggunakan jasanya. Hal itu dilakoni sama saat ada undangan nopeng (bermain bondres). “Soal harga bervariasi kami tidak pasang ‘harga dewa’. Karena tak pakai managemen, semuanya dikelola sendiri. Kalau teman baik pakai harga menyama braya (persaudaraan) juga,” ucap alumni Jurusan Bahasa Undiksha Singaraja ini.
Ngurah mengaku, Rarekual sangat merasakan manfaat dari penghasilan sebagai selegram. Terutama saat musim pandemi yang sudah berjalan delapan bulan terakhir. Jobnya untuk nopeng langsung sangat menurun drastis. Selama delapan bulan berjalan pandemi, Rarekual yang biasanya hampir manggung setiap hari, namun saat pandemi baru hanya 6 kali. “Di situasi begini cukup membantu lah bagi kami para seniman yang memang tidak bisa berkutik saat pandemi untuk nopeng langsung. Meskipun dari hasil endorse ini hanya cukup untuk makan,” kata Ngurah Joni yang dalam bondres juga bertindak sebagai penasar.
Dalam satu kali produksi konten video lawakan maupun yang bersifat endorse, mereka kerjakan hanya dalam hitungan tak lebih dari satu jam. Ngurah sebagai sutradara biasanya sudah menyiapkan ide yang akan diangkat, sekaligus memberikan arahan kepada pemain lain tentang jalan cerita. Setelah siap Bojes, Slowly, dan Ayuk akan dipanggil untuk pengambilan video. Seniman asal Desa Bondalem, Kecamatan Tejakula, Buleleng ini juga mengaku tidak memakai naskah dan skrip dalam penggarapan konten videonya. Semuanya dibiarkan mengalir seperti air. Dia hanya mementukan alur cerita dan ide lawakan yang akan diangkat. “Pernah pakai naskah sekali, tetapi hasilnya tidak bagus dan jadi kaku. Karena pakai naskah, teman-teman tidak bisa berimporvisasi. Kendala lain, menghafalkan naskah juga susah, akhirnya putuskan tidak pakai,” akunya serius.
Namun belakangan, Rarekual pun mulai mengajak seorang teman yang mahir videografi. Group ini juga melibatkan beberapa aktor cilik yang sering muncul dalam videonya. Hal itu untuk memenuhi tuntutan pengendorse mendapatkan kualitas gambar video yang lebih jernih, berkualitas. Tak jarang juga dua anak lelakinya, I Gusti Ngurah Damendra Mayun dan Gung Wah Guntur Raindra Mayun, yang masih anak-anak sering muncul dalam kontennya.
“Ide lawakan itu kadang memang datang saat kita bergaul di masyarakat, saat di rumah, saat ngobrol sama teman bahkan saat anak-anak bermain begini juga sering kali saya rekam secara spontan. Lihat situasi saat berpotensi akan lucu langsung nyalakan tombol recorder,” kata suami dari Putu Diah Trisnayani Dwipa ini.
Empat personel Rarekual saat ini masih teguh berkomitmen. Mereka menjaga kesenian Bali dengan mengatur diri masing-masing dengan cara menyesuaikan tugas atau peean masing-masing. Menurut Ngurah Joni hal itu dilakukan untuk menghindari lawakan garing yang keluar saat manggung atau dalam konten video yang diunggah. Terlebih saat ini ada banyak orang yang memanfaatkan media sosial dan membuat video lawak sehingga ada banyak pesaing.
Seluruh tema yang pernah diangkat tercatat rapi oleh Slowly. Bahkan dia juga mencatat tempat nopeng mereka. Sehingga saat diundang kembali nopeng atau membuat video, tidak mengeluarkan lawakan yang sudah pernah dilontarkan. Sedangkan Ngurah Joni sendiri sebagai penasar bertugas mencari ide lawakan dan tema yang akan diangkat. Bojes yang identik dengan rambut kribonya, mencari lagu-lagu terbaru yang diolah kembali dalam pementasan. Sedangkan Ayuk yang diperankan Sukantara Arpin, bertugas mencari gerak tari baru. “Kami sementara yang mengatur dengan cara begitu. Sehingga lawakannya berusaha tidak itu-itu saja. Biar masyarakat tidak bosan melihat dan mendengar kami,” jelasnya.
Group kesenian yang kompak sejak 12 tahun ini pun tetap meneladani nasihat-nasihat mendiang maestro Bondres Buleleng, I Nyoman Durpa. Durpa, antara lain, menekankankan jangan setengah-setengah dalam berkesenian. Bahkan keempatnya dengan basis pendidikan keguruan menanggalkan pekerjaan mereka sebagai guru kontrak dan honorer. Mereka fokus berkesenian. “Keputusannya memang harus diambil. Karena ingat pesan guru (Durpa, Red) dulu, amen be kadong meceleban de nengkleng (kalau sudah kadong berkecimpung jangan setengah-setengah),” ujar Ngurah mengenang wejangan Durpa.
Bondres asal Buleleng ini juga tak melepaskan ciri khas logat bahasa Bulelengnya. Sejak pertama manggung, Rarekual memang tak canggung menggunakan bahasa pergaulan Buleleng yang dinilai cenderung kasar daripada bahasa Bali di wilayah lain. Namun logat bahasa Buleleng saat dibawakan di atas panggung, tentu disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Ngurah Joni pun memaparkan dalam setiap kali pementasannya, dia selalu memberikan permakluman atas bahasa yang mereka gunakan. Hanya saja Rarekual tetap konsisten pada ciri khas bahasa itu. “Setiap nopeng sebelum terlalu jauh, kami sering observasi lima menit dengan melibatkan beberapa penonton. Setelah dirasa baik-baik saja, semuanya tertawa, maka kami lanjut. Tetapi kalau ada yang kelihatan tak berkenan, maka kami langsung beri permakluman dan langsung sarankan jangan mengundang kami jika tidak ingin mendengar kata kasar,” katanya sambil melayani anak-anaknya bermain.
Dia pun menekankan dalam setiap kali pentas bondres memberikan penjelasan bahwa logat bahasa Buleleng yang kasar. Jenis bahasa ini hanya akan diucapkan pada teman dan kawan yang sudah akrab. Orang Buleleng asli tidak akan langsung berkata kasar pada orang yang baru dikenalnya.*K23
Eksistensi media sosial lima tahun terakhir memang cukup menjanjikan bagi penggunanya untuk mendapatkan penghasilan. Dengan satu kali klik unggah postingan seorang pengguna media sosial bisa meraup rupiah baik dengan cara endorse produk atau dengan mengumulkan jumlah like dan subscribe. Peluang itu pun diambil tak hanya oleh pedagang dan pebisnis, tetapi juga seniman Bondres Rarekual.
Kiprah sekaa bondres ini menanjak di dunia hiburan sejak 10 tahun terakhir, kini juga menjelajah dunia medsos. Tak sia-sia usaha yang dilakukan secara kontinyu mengantarkan sekaa topeng ini menjadi selegram (selebriti istagram).
Sekaa ini dinakhodai Ngurah Indra Wijaya. Dalam karakter topeng bondres, dia disapa Ngurah Joni. Akun instagram sekaa bernama rarekual_topeng, kini memiliki 42.000 lebih followers.
Saat ditemui di rumahnya, Banjar Dinas Mandul, Desa Panji, Kecamatan Sukasada, Buleleng, Ngurah Indra menceritakan kiprahnya di media social. Diawali sejak tahun 2010 silam. Saat itu sekaa bondres yang diperkuat 4 orang dengan karakter berbeda. Yakni, Kadek Agus Ria Arnawan sebagai slowly, Made Artana sebagai Bojes dan Made Sukantara Arpin memainkan karakter Ayuk. Mereka mengawali dengan mendokumentasikan aksi panggung saat pentas ngebondres.
“Dari dulu, kami kan memang pelawak panggung. Ya, iseng-iseng buat video,’’ cerita pria 36 tahun ini.
Kemudian video itu diupload di facebook. Rekaman video pakai handphone jadul, ternyata respon netizen sangat bagus. Salah seorang teman bernama Konot, menyarankan Rarekual serius di istagram. Karena unggahan di medos ini bisa dapat endorse. ‘’Saat itu, saya belum ngerti endorse-endorosan. Akhirnya, tahun 2014 baru serius buat konten di IG (istagram),” ujarnya.
Sebagai pemimpin sekaa, Ngurah pun mencoba menggali ide-ide segar untuk membuat konten video IG rarekual. Lawakan-lawakan lucu dengan video durasi pendek secara kontinyu di produksi. Nama rarekual yang sudah dikenal sebagai sekaa bondres baud (lucu) dari Buleleng, tak perlu waktu lama untuk menanti followers. Video lawakan terbarunya pun tetap dinanti-nanti nitizen.
Endorse pertama yang didapatkan mereka setelah dua tahun mengelola akun IG. “Order endorse pertama dari salah satu rumah makan, sampai saat ini cukup banyak yang kerjasama. Ada yang per tahun ada yang satu kali saja, tergantung permintaan,” kata ayah dua anak ini.
Pria bertato ini memaparkan, dalam produksi kontens video lawak maupun endorse di IG, mereka tetap kompak. Meskipun dalam satu konten tak selalu menghadirkan keempat personel Rarekual. Namun dalam penggarapan video yang diunggah itu tetap menggunakan topeng karakter yang mereka bawakan. Namun dalam tampilan busana tak memakai pakaian bondres. Hal ini sebagai bagian dari strategi agar lebih mudah dikenali masyarakat luas.
Meski kini sudah masuk dalam golongan selegram, Rarekual mengaku tak memasang harga saklek kepada siapa saja yang ingin menggunakan jasanya. Hal itu dilakoni sama saat ada undangan nopeng (bermain bondres). “Soal harga bervariasi kami tidak pasang ‘harga dewa’. Karena tak pakai managemen, semuanya dikelola sendiri. Kalau teman baik pakai harga menyama braya (persaudaraan) juga,” ucap alumni Jurusan Bahasa Undiksha Singaraja ini.
Ngurah mengaku, Rarekual sangat merasakan manfaat dari penghasilan sebagai selegram. Terutama saat musim pandemi yang sudah berjalan delapan bulan terakhir. Jobnya untuk nopeng langsung sangat menurun drastis. Selama delapan bulan berjalan pandemi, Rarekual yang biasanya hampir manggung setiap hari, namun saat pandemi baru hanya 6 kali. “Di situasi begini cukup membantu lah bagi kami para seniman yang memang tidak bisa berkutik saat pandemi untuk nopeng langsung. Meskipun dari hasil endorse ini hanya cukup untuk makan,” kata Ngurah Joni yang dalam bondres juga bertindak sebagai penasar.
Dalam satu kali produksi konten video lawakan maupun yang bersifat endorse, mereka kerjakan hanya dalam hitungan tak lebih dari satu jam. Ngurah sebagai sutradara biasanya sudah menyiapkan ide yang akan diangkat, sekaligus memberikan arahan kepada pemain lain tentang jalan cerita. Setelah siap Bojes, Slowly, dan Ayuk akan dipanggil untuk pengambilan video. Seniman asal Desa Bondalem, Kecamatan Tejakula, Buleleng ini juga mengaku tidak memakai naskah dan skrip dalam penggarapan konten videonya. Semuanya dibiarkan mengalir seperti air. Dia hanya mementukan alur cerita dan ide lawakan yang akan diangkat. “Pernah pakai naskah sekali, tetapi hasilnya tidak bagus dan jadi kaku. Karena pakai naskah, teman-teman tidak bisa berimporvisasi. Kendala lain, menghafalkan naskah juga susah, akhirnya putuskan tidak pakai,” akunya serius.
Namun belakangan, Rarekual pun mulai mengajak seorang teman yang mahir videografi. Group ini juga melibatkan beberapa aktor cilik yang sering muncul dalam videonya. Hal itu untuk memenuhi tuntutan pengendorse mendapatkan kualitas gambar video yang lebih jernih, berkualitas. Tak jarang juga dua anak lelakinya, I Gusti Ngurah Damendra Mayun dan Gung Wah Guntur Raindra Mayun, yang masih anak-anak sering muncul dalam kontennya.
“Ide lawakan itu kadang memang datang saat kita bergaul di masyarakat, saat di rumah, saat ngobrol sama teman bahkan saat anak-anak bermain begini juga sering kali saya rekam secara spontan. Lihat situasi saat berpotensi akan lucu langsung nyalakan tombol recorder,” kata suami dari Putu Diah Trisnayani Dwipa ini.
Empat personel Rarekual saat ini masih teguh berkomitmen. Mereka menjaga kesenian Bali dengan mengatur diri masing-masing dengan cara menyesuaikan tugas atau peean masing-masing. Menurut Ngurah Joni hal itu dilakukan untuk menghindari lawakan garing yang keluar saat manggung atau dalam konten video yang diunggah. Terlebih saat ini ada banyak orang yang memanfaatkan media sosial dan membuat video lawak sehingga ada banyak pesaing.
Seluruh tema yang pernah diangkat tercatat rapi oleh Slowly. Bahkan dia juga mencatat tempat nopeng mereka. Sehingga saat diundang kembali nopeng atau membuat video, tidak mengeluarkan lawakan yang sudah pernah dilontarkan. Sedangkan Ngurah Joni sendiri sebagai penasar bertugas mencari ide lawakan dan tema yang akan diangkat. Bojes yang identik dengan rambut kribonya, mencari lagu-lagu terbaru yang diolah kembali dalam pementasan. Sedangkan Ayuk yang diperankan Sukantara Arpin, bertugas mencari gerak tari baru. “Kami sementara yang mengatur dengan cara begitu. Sehingga lawakannya berusaha tidak itu-itu saja. Biar masyarakat tidak bosan melihat dan mendengar kami,” jelasnya.
Group kesenian yang kompak sejak 12 tahun ini pun tetap meneladani nasihat-nasihat mendiang maestro Bondres Buleleng, I Nyoman Durpa. Durpa, antara lain, menekankankan jangan setengah-setengah dalam berkesenian. Bahkan keempatnya dengan basis pendidikan keguruan menanggalkan pekerjaan mereka sebagai guru kontrak dan honorer. Mereka fokus berkesenian. “Keputusannya memang harus diambil. Karena ingat pesan guru (Durpa, Red) dulu, amen be kadong meceleban de nengkleng (kalau sudah kadong berkecimpung jangan setengah-setengah),” ujar Ngurah mengenang wejangan Durpa.
Bondres asal Buleleng ini juga tak melepaskan ciri khas logat bahasa Bulelengnya. Sejak pertama manggung, Rarekual memang tak canggung menggunakan bahasa pergaulan Buleleng yang dinilai cenderung kasar daripada bahasa Bali di wilayah lain. Namun logat bahasa Buleleng saat dibawakan di atas panggung, tentu disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Ngurah Joni pun memaparkan dalam setiap kali pementasannya, dia selalu memberikan permakluman atas bahasa yang mereka gunakan. Hanya saja Rarekual tetap konsisten pada ciri khas bahasa itu. “Setiap nopeng sebelum terlalu jauh, kami sering observasi lima menit dengan melibatkan beberapa penonton. Setelah dirasa baik-baik saja, semuanya tertawa, maka kami lanjut. Tetapi kalau ada yang kelihatan tak berkenan, maka kami langsung beri permakluman dan langsung sarankan jangan mengundang kami jika tidak ingin mendengar kata kasar,” katanya sambil melayani anak-anaknya bermain.
Dia pun menekankan dalam setiap kali pentas bondres memberikan penjelasan bahwa logat bahasa Buleleng yang kasar. Jenis bahasa ini hanya akan diucapkan pada teman dan kawan yang sudah akrab. Orang Buleleng asli tidak akan langsung berkata kasar pada orang yang baru dikenalnya.*K23
Komentar