Tim Peneliti SMAN Bali Mandara Sabet Emas dan Perak
Kompetisi Penelitian Siswa Indonesia (KoPSI) 2020 Gelaran Kemendikbud
Medali emas dipersembahkan tim peneliti tentang waktu yang tepat untuk kawinkan tanaman vanili, sementara medali perak diraih melalui tim peneliti soal kemandulan sapi betina
SINGARAJA, NusaBali
Masa pandemi Covid-19 tidak menghambat siswa-siswi SMAN Bali Mandara, Buleleng untuk berprestasi. Buktinya, dua tim peneliti SMAN Bali Mandara sukses sabet medali emas dan perak dalam ajang Kompetisi Penelitian Siswa Indonesia (KoPSI) 2020, yang dilaksanakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI secara virtual, Jumat (6/11) lalu.
Tim peneliti SMAN Bali Mandara yang sukses sabet medali emas KoPSI 2020 adalah Tim Vanilla Smart Detektor (Vastor). Tim Vastor ini diperkuat I Gusti Ngurah Sucahya Satria Adi Prama, 16 (siswa Kelas XI SMAN Bali Mandara) dan Ni Putu Ari Budiani, 16 (siswa Kelas XI MIPA SMAN Bali Mandara). Mereka sukses sabet medali emas Bidang Fisika Terapan dan Rekayasa.
Vaskor adalah alat yang dapat mendeteksi kapan waktu yang tepat untuk mengawinkan tanaman vanili. Saat penjurian oleh tim pusat, alat Vaskor ciptaan dua siswa SMAN Bali Mandara ini diketahui memiliki nilai akurasi 80 persen. Sementara 20 persen lainnya masih masuk sebagai margin eror dari sensor yang belum maksimal dalami pengukuran warna yang sangat sensitif.
Dengan referensi pengamatan tanaman vanili dari Dinas Pertanian Jembrana, IGN Sucahya Satria Adi Prama dan Putu Ari Budiani menda-patkan objek yang harus diamati. Dari sejumlah sampel tanaman vanili di wilayah Keamatan Mendoyo, Jembrana, didapatkan karakteristik sebagai pengukur warna batang dan juga suhu tanaman pagi hari, pukul 06.00-10.00 Wita.
Komponen penguji lalu diakselerasi dengan alat sensor yang kemudian dapat mendeteksi kapan waktu yang tepat untuk mengawinkan tanaman vanili. Dengan teknologi terapan sederhana dari dua siswa SMAN Bali Mandara ini, diharapkan dapat memberikan sumbangsih kepada masyarakat luas, baik petani maupun pemerintah, untuk memaksimalkan hasil pertaniannya.
Sedangkan tim peneliti SMAN Bali Mandara yang sukses sabet medali emas KoPSI 2020 adalah Tim Cow Sterility Detector (Costor). Tim Vastor ini diperkuat I Wayan Darma Yasa, 19 (siswa Kelas XII MIPA SMAN Bali Mandara) dan I Wayan Swastika, 17 (siswa Kelas XII IPS SMAN Bali Mandara).
Costor adalah alat yang berfungsi untuk mengetahui kemandulan sapi betina, sehingga layak untuk dipotong. Penelitian yang dilakukan oleh dua siswa asal Kabupaten Karangasem Darma Yasa dan Swastika. Keduanya memutuskan untuk melakukan penelitian untuk melindungi sapi betina produktif yang kadang saat ini dilarang untuk di potong memenuhi kebutuhan daging konsumsi. Sedangkan sapi betina yang sudah tak produktif memungkinkan untk di potong agar peternak tidak merugi.
Wayan Darma Yasa dan Wayan Swastika melakukan penelitian dengan sampel 100 ekor sapi betina, baik yang produktif maupun non produktif. Penentuan kriteria produktif dipilih dari peternak yang sudah gagal mengawinkan sapi betinanya 6-7 kali. Dari penelitian yang dilakukan, Tim Costor SMAN Bali Mandara menemukan karakteristik perbedaan sapi betina yang produktif dan yang non produktif. Karakte-ristik itu pun kemudian ditanamkan pada alat sensor. Dari hasil uji coba, akurasi alat Castor ini mencapai 100 persen.
Guru Pembina Penelitian SMAN Bali Mandara, Kadek Yuli Artama ST MPd, menjelaskan ajang KoPSI ini memang rutin diikuti siswa-siswi sekolahnya. Dulu, kompetisi ini bernama OPSI. SMAN Bali Mandara yang memang mewajibkan setiap siswanya memiliki satu penelitian sebelum dinyatakan lulus. Penelitian itulah yang disertakan dalam ajang KoPSI.
Menurut Yuli Artama, dalam KoPSI 2020 ini SMAN Bali Mandara mengirimkan 71 proposal penelitian ke panitia pusat. Mereka bersaing dengan 1.740 posposal dari seluruh Indonesia. Dari 71 proposal penelitian yang diajukan SMAN Bali Mandara ke pusat, 4 proposal di antaranya dintatrakan lolos sebagai finalis.
“Kami bersyukur, karena dari 4 tim peneliti yang lolos sebagai finalis itu, 2 tim berhasil sabet medali. Tim Vastor berhasil sabet mendapat emas dalam KoPSI 2020, sementara Tim Costor sabet medali perak,” ungkap Yuli Artama saat dikonfirmasi NusaBali di SMAN Bali Mandara, Desa/Kecamatan Kubutambahan, Buleleng, Minggu (8/11).
Menurut Yuli Artama, seluruh tahapan kompetisi penelitian nasional tahun ini dilangsungkan secara virtual, karena situasi pandemi Covid-19, mulai dari pengumpulan berkas hingga presentasi, pameran, dan penilaian dewan juri.
Siswa SMAN Bali Mandara sendiri sudah mempersiapkan ide dan gagasan yang akan diteliti, sejak Januari 2020 lalu---sebelum pandemi Covid-19. Sehingga saat pandemi sejak Maret 2020, mereka tidak lagi berada di asrama, melainkan di rumah asal masing-masing. Mereka diberikan kesempatan untuk mengumpulkan data dan referensi penelitian sebanyak-banyaknya.
“Memang karena pandemi Covid-19 ini, kami agak terbatas melakukan pembinaan yang biasanya bisa setiap saat di sekolah. Untuk tahun ini, melalui online semua. Jadi, anak-anak sebelum dipulangkan Maret 2020 lalu, sudah memegang ide dan gagasan penelitian. Mereka kami berikan keleluasaan mengumpulkan data penelitian. Pembinaan tetap dilakukan seminggu sekali dengan evaluasi dan diskusi permasalaha yang dihadapi,” papar Yuli Artama.
Yuli Artama menyebutkan, guru pembina penelitian di SMAN Bali Mandara berjumlah 3 orang, terus memantau penelitian siswanya. Tim peneliti diberikan run down dan jadwla apa yang harus mereka kerjakan dan tahapan penelitian. Jika tim menemukan kendala dalam penelitiannya, akan dilaporkan dan didiskusikan pada hari yang sudah disepakati, sepekan sekali.
Terkait keterbatasan alat dan fasilitas siswa dalam penyelesiakan penelitiannya, kata Yuli Artama, semua diakomodasi dan difasilitasi oleh sekolah. Ada pun 4 tim peneliti yang dinyatakan lolos ke babak final KoPSI 2020, beberapa kali sempat melakukan pembinaan di sekolah, termasuk saat tanggal presentasi secara virtual, 2-7 November 2020 lalu.
“Mereka memang menyiapkan pameran dan presentasi di sekolah saat pemaparan dan penjurian. Semua itu tetap atas persetujuan orangtua dan dilakukan dengan penerapan protokol kesehatan,” tegas Yuli Artama.
Menurut Yuli Artama, banyaknya proposal yang diajukan SMAN Bali Mandara ikut KoPSI 2020 juga sempat terkendala anggaran. Biasanya, kendala anggaran tertutupi oleh donasi kegiatan kunjungan tamu ke SMAN Bali Mandara. Namun, karena situasi pandemi, donasi tersebut tidak memungkinkan.
Beruntung, ada bantuan dari Kemendikbud sebesar Rp 50 juta untuk pengembangan dan minat siswa. Bantuan itulah yang digunakan untuk memenuhi anggaran kebutuhan biaya penelitian siswa. “Dengan 71 proposal, anggarannya cukup besar. Tetapi itu adalah gebrakan dari Pak Kasek (Kasek SMAN Bali Mandara, I Nyoman Darta, Red) yang menekankan di era pandemi kita harus tetap sehat dan produktif,” katanya. *k23
Masa pandemi Covid-19 tidak menghambat siswa-siswi SMAN Bali Mandara, Buleleng untuk berprestasi. Buktinya, dua tim peneliti SMAN Bali Mandara sukses sabet medali emas dan perak dalam ajang Kompetisi Penelitian Siswa Indonesia (KoPSI) 2020, yang dilaksanakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI secara virtual, Jumat (6/11) lalu.
Tim peneliti SMAN Bali Mandara yang sukses sabet medali emas KoPSI 2020 adalah Tim Vanilla Smart Detektor (Vastor). Tim Vastor ini diperkuat I Gusti Ngurah Sucahya Satria Adi Prama, 16 (siswa Kelas XI SMAN Bali Mandara) dan Ni Putu Ari Budiani, 16 (siswa Kelas XI MIPA SMAN Bali Mandara). Mereka sukses sabet medali emas Bidang Fisika Terapan dan Rekayasa.
Vaskor adalah alat yang dapat mendeteksi kapan waktu yang tepat untuk mengawinkan tanaman vanili. Saat penjurian oleh tim pusat, alat Vaskor ciptaan dua siswa SMAN Bali Mandara ini diketahui memiliki nilai akurasi 80 persen. Sementara 20 persen lainnya masih masuk sebagai margin eror dari sensor yang belum maksimal dalami pengukuran warna yang sangat sensitif.
Dengan referensi pengamatan tanaman vanili dari Dinas Pertanian Jembrana, IGN Sucahya Satria Adi Prama dan Putu Ari Budiani menda-patkan objek yang harus diamati. Dari sejumlah sampel tanaman vanili di wilayah Keamatan Mendoyo, Jembrana, didapatkan karakteristik sebagai pengukur warna batang dan juga suhu tanaman pagi hari, pukul 06.00-10.00 Wita.
Komponen penguji lalu diakselerasi dengan alat sensor yang kemudian dapat mendeteksi kapan waktu yang tepat untuk mengawinkan tanaman vanili. Dengan teknologi terapan sederhana dari dua siswa SMAN Bali Mandara ini, diharapkan dapat memberikan sumbangsih kepada masyarakat luas, baik petani maupun pemerintah, untuk memaksimalkan hasil pertaniannya.
Sedangkan tim peneliti SMAN Bali Mandara yang sukses sabet medali emas KoPSI 2020 adalah Tim Cow Sterility Detector (Costor). Tim Vastor ini diperkuat I Wayan Darma Yasa, 19 (siswa Kelas XII MIPA SMAN Bali Mandara) dan I Wayan Swastika, 17 (siswa Kelas XII IPS SMAN Bali Mandara).
Costor adalah alat yang berfungsi untuk mengetahui kemandulan sapi betina, sehingga layak untuk dipotong. Penelitian yang dilakukan oleh dua siswa asal Kabupaten Karangasem Darma Yasa dan Swastika. Keduanya memutuskan untuk melakukan penelitian untuk melindungi sapi betina produktif yang kadang saat ini dilarang untuk di potong memenuhi kebutuhan daging konsumsi. Sedangkan sapi betina yang sudah tak produktif memungkinkan untk di potong agar peternak tidak merugi.
Wayan Darma Yasa dan Wayan Swastika melakukan penelitian dengan sampel 100 ekor sapi betina, baik yang produktif maupun non produktif. Penentuan kriteria produktif dipilih dari peternak yang sudah gagal mengawinkan sapi betinanya 6-7 kali. Dari penelitian yang dilakukan, Tim Costor SMAN Bali Mandara menemukan karakteristik perbedaan sapi betina yang produktif dan yang non produktif. Karakte-ristik itu pun kemudian ditanamkan pada alat sensor. Dari hasil uji coba, akurasi alat Castor ini mencapai 100 persen.
Guru Pembina Penelitian SMAN Bali Mandara, Kadek Yuli Artama ST MPd, menjelaskan ajang KoPSI ini memang rutin diikuti siswa-siswi sekolahnya. Dulu, kompetisi ini bernama OPSI. SMAN Bali Mandara yang memang mewajibkan setiap siswanya memiliki satu penelitian sebelum dinyatakan lulus. Penelitian itulah yang disertakan dalam ajang KoPSI.
Menurut Yuli Artama, dalam KoPSI 2020 ini SMAN Bali Mandara mengirimkan 71 proposal penelitian ke panitia pusat. Mereka bersaing dengan 1.740 posposal dari seluruh Indonesia. Dari 71 proposal penelitian yang diajukan SMAN Bali Mandara ke pusat, 4 proposal di antaranya dintatrakan lolos sebagai finalis.
“Kami bersyukur, karena dari 4 tim peneliti yang lolos sebagai finalis itu, 2 tim berhasil sabet medali. Tim Vastor berhasil sabet mendapat emas dalam KoPSI 2020, sementara Tim Costor sabet medali perak,” ungkap Yuli Artama saat dikonfirmasi NusaBali di SMAN Bali Mandara, Desa/Kecamatan Kubutambahan, Buleleng, Minggu (8/11).
Menurut Yuli Artama, seluruh tahapan kompetisi penelitian nasional tahun ini dilangsungkan secara virtual, karena situasi pandemi Covid-19, mulai dari pengumpulan berkas hingga presentasi, pameran, dan penilaian dewan juri.
Siswa SMAN Bali Mandara sendiri sudah mempersiapkan ide dan gagasan yang akan diteliti, sejak Januari 2020 lalu---sebelum pandemi Covid-19. Sehingga saat pandemi sejak Maret 2020, mereka tidak lagi berada di asrama, melainkan di rumah asal masing-masing. Mereka diberikan kesempatan untuk mengumpulkan data dan referensi penelitian sebanyak-banyaknya.
“Memang karena pandemi Covid-19 ini, kami agak terbatas melakukan pembinaan yang biasanya bisa setiap saat di sekolah. Untuk tahun ini, melalui online semua. Jadi, anak-anak sebelum dipulangkan Maret 2020 lalu, sudah memegang ide dan gagasan penelitian. Mereka kami berikan keleluasaan mengumpulkan data penelitian. Pembinaan tetap dilakukan seminggu sekali dengan evaluasi dan diskusi permasalaha yang dihadapi,” papar Yuli Artama.
Yuli Artama menyebutkan, guru pembina penelitian di SMAN Bali Mandara berjumlah 3 orang, terus memantau penelitian siswanya. Tim peneliti diberikan run down dan jadwla apa yang harus mereka kerjakan dan tahapan penelitian. Jika tim menemukan kendala dalam penelitiannya, akan dilaporkan dan didiskusikan pada hari yang sudah disepakati, sepekan sekali.
Terkait keterbatasan alat dan fasilitas siswa dalam penyelesiakan penelitiannya, kata Yuli Artama, semua diakomodasi dan difasilitasi oleh sekolah. Ada pun 4 tim peneliti yang dinyatakan lolos ke babak final KoPSI 2020, beberapa kali sempat melakukan pembinaan di sekolah, termasuk saat tanggal presentasi secara virtual, 2-7 November 2020 lalu.
“Mereka memang menyiapkan pameran dan presentasi di sekolah saat pemaparan dan penjurian. Semua itu tetap atas persetujuan orangtua dan dilakukan dengan penerapan protokol kesehatan,” tegas Yuli Artama.
Menurut Yuli Artama, banyaknya proposal yang diajukan SMAN Bali Mandara ikut KoPSI 2020 juga sempat terkendala anggaran. Biasanya, kendala anggaran tertutupi oleh donasi kegiatan kunjungan tamu ke SMAN Bali Mandara. Namun, karena situasi pandemi, donasi tersebut tidak memungkinkan.
Beruntung, ada bantuan dari Kemendikbud sebesar Rp 50 juta untuk pengembangan dan minat siswa. Bantuan itulah yang digunakan untuk memenuhi anggaran kebutuhan biaya penelitian siswa. “Dengan 71 proposal, anggarannya cukup besar. Tetapi itu adalah gebrakan dari Pak Kasek (Kasek SMAN Bali Mandara, I Nyoman Darta, Red) yang menekankan di era pandemi kita harus tetap sehat dan produktif,” katanya. *k23
Komentar