Dilengkapi Perahu Bambu dan Rumah Bali Nguni sebagai Ikon
Mengintip Restoran Unik di Kawasan Desa Keliki, Kecamatan Tegallalang, Gianyar
Rumah tempo dulu yang lengkap berisi parahyangan dan pelemahan, dibangun bukan untuk ditempati, melainkan dijadikan Kelas Melukis gaya Keliki dan Kelas Menari Bali bagi kalangan anak-anak.
GIANYAR, NusaBali
Sebuah restoran di kawasan Desa Keliki, Kecamatan Tegallalang, Gianyar yang baru buka awal November 2020, menyiapkan fasilitas unik sebagai ikon. Restoran ini dilengkapi perahu besar dengan panjang 12 meter dan tinggi 8 meter terbuat dari bambu, yang sandar di tengah sawah. Selain perahu, juga ada Rumah Bali Nguni (masa lampau) sebagai ikon.
Pemilik restoran, I Made Merta, 34, mengaku ingin menyediakan tempat makan yang berkesan bagi pengunjung, dengan keberadaan perahu bambu di tengah sawah tersebut. Di atas perahu tersebut, pengunjung bisa menikmati hidangan sambil menikmati pemandangan indah persawahan.
Menurut Made Merta, tempat usahanya yang eksotik ini digarap sejak 3 tahun lalu dan baru resmi dibuka 1 November 2020. Tempat ini dilengkapi Rumah Bali Nguni, lengkap berisi parahyangan (sanggah) dan palemahan (bale daja, bale dangin, bale delod, hingga dapur).
“Rumah Bali Nguni ini tidak untuk ditempati. Ini khusus dibangun sebagai wahana edukasi kepada pengunjung maupun masyarakat luas tentang rumah Bali tempo dulu,” ungkap Made Merta saat ditemui NusaBali di tempat usahanya yang berlokasi di Banjar/Desa Keliki, Kecamatan Tegallalang, Senin (9/11).
Di area Rumah Bali Nguni ini, Made Merta juga membuka Kelas Melukis gaya Keliki dan Kelas Menari Bali untuk kalangan anak-anak. "Tempat ini baru kami buka 1 November 2020. Target sasaran sebenarnya wisatawan asing. Tapi, karena situasi pandemi Covid-19, kita alihkan ke wisatawan domestik dan warga lokal," jelas alumni Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa (dulu bernama IHDN, Red) Denpasar ini.
Untuk menarik minat pengunjung, Made Merta memberikan free entrance alias masuk gratis sekadar buat selfie-selfie. Pria asli Banjar/Desa Keliki ini juga memberikan diskon 30 persen untuk menu restoran dan diskon hingga 50 persen untuk area wahana bermain anak-anak.
Di lahan seluas 35 are ini, Made Merta bersama Manajer Operasionalnya, I Wayan Sujana, membuat cukup banyak spot foto menarik. Diawali dari pemandangan Rumah Bali Nguni setelah pintu masuk. Kemudian, menyusuri jalan setapak di tengah sawah, selanjutnya bisa naik ke perahu tinggi besar berbahan bambu untuk menikmati menu makanan.
Pengunjung juga bisa duduk santai di bawah pepohonan yang rindang. Ada pula sebuah Patung Kepala Singa, ibaratkan sebuah goa. Tak kalah menarik, di tempat ini terdapat arena swing atau ayunan dan beberapa sangkar burung besar untuk tempat selfie. Di atas salah satu tempat burung, terdapat Patung Burung Hantu berbahan batok kelapa.
"Patung Burung Hantu berbahan batok kelapa dan Perahu Bambu ini dibuat oleh seniman lokal asal Banjar Kelingkung, Desa Lodtunduh, Kecamatan Ubud (Gianyar) dan Desa Belega, Kecamatan Blahbatuh (Gianyar)," terang suami dari Ni Wayan Seri ini.
Untuk membangun tempat usahanya ini, Made Merta menghabiskan biasa hingga Rp 3 miliar. Biaya sebesar itu belum termasuk untuk membuat kolam renang. "Rencananya sudah matang, nanti sekaligus mau buat kolam renang. Karena situasi pandemi, pembuatan kolam renangnya kita tunda dulu," papar wirausaha berusia 34 tahun ini.
Selain membuka usaha restoran, kelas melukis, dan kelas menari, Made Merta termasuk seorang perajin dream catcher atau gantungan bulu ayam. Dia membuka art shop di Banjar Gentong dan Banjar Andong, Desa/Kecamatan Tegallalang. "Art shop saat ini stagnan, ada permintaan tapi tidak banyak. Makanya, saya mencoba peruntungan di usaha restoran," tutur Made Merta.
Made Merta menyebutkan, konsep restorannya di Desa Keliki ini tidak terfokus pada sajian makanan, tapi juga cenderung memperhatikan seni budaya. Maka itu, Made Merta membangun Rumah Bali Nguni dengan segala perlengkapannya. "Di rumah Bali Nguni ini saya mau pakai tempat anak-anak belajar melukis dan menari, demi membangkitkan budaya kita," katanya.
Menurut Made Merta, dirinya tidak sembarang membangun Rumah Bali Nguni. Konon, pembangunanj Rumah Bali Nguni ini sesuai petunjuk Ida Pedanda berdasarkan Asta Kosala Kosali untuk menentukan ukuran, letak, dan hal terkait lainnya. Made Merta optimistis tempat usahanya ini ke depan akan menjadi daya tarik baru di Kabupaten Gianyar. “Apalagi, tempat ini berada di jalur strategis dari arah Ubud menuju Desa Taro-Tegallalang-Payangan atau Kintamani,” tandas Made Merta. *nvi
Sebuah restoran di kawasan Desa Keliki, Kecamatan Tegallalang, Gianyar yang baru buka awal November 2020, menyiapkan fasilitas unik sebagai ikon. Restoran ini dilengkapi perahu besar dengan panjang 12 meter dan tinggi 8 meter terbuat dari bambu, yang sandar di tengah sawah. Selain perahu, juga ada Rumah Bali Nguni (masa lampau) sebagai ikon.
Pemilik restoran, I Made Merta, 34, mengaku ingin menyediakan tempat makan yang berkesan bagi pengunjung, dengan keberadaan perahu bambu di tengah sawah tersebut. Di atas perahu tersebut, pengunjung bisa menikmati hidangan sambil menikmati pemandangan indah persawahan.
Menurut Made Merta, tempat usahanya yang eksotik ini digarap sejak 3 tahun lalu dan baru resmi dibuka 1 November 2020. Tempat ini dilengkapi Rumah Bali Nguni, lengkap berisi parahyangan (sanggah) dan palemahan (bale daja, bale dangin, bale delod, hingga dapur).
“Rumah Bali Nguni ini tidak untuk ditempati. Ini khusus dibangun sebagai wahana edukasi kepada pengunjung maupun masyarakat luas tentang rumah Bali tempo dulu,” ungkap Made Merta saat ditemui NusaBali di tempat usahanya yang berlokasi di Banjar/Desa Keliki, Kecamatan Tegallalang, Senin (9/11).
Di area Rumah Bali Nguni ini, Made Merta juga membuka Kelas Melukis gaya Keliki dan Kelas Menari Bali untuk kalangan anak-anak. "Tempat ini baru kami buka 1 November 2020. Target sasaran sebenarnya wisatawan asing. Tapi, karena situasi pandemi Covid-19, kita alihkan ke wisatawan domestik dan warga lokal," jelas alumni Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa (dulu bernama IHDN, Red) Denpasar ini.
Untuk menarik minat pengunjung, Made Merta memberikan free entrance alias masuk gratis sekadar buat selfie-selfie. Pria asli Banjar/Desa Keliki ini juga memberikan diskon 30 persen untuk menu restoran dan diskon hingga 50 persen untuk area wahana bermain anak-anak.
Di lahan seluas 35 are ini, Made Merta bersama Manajer Operasionalnya, I Wayan Sujana, membuat cukup banyak spot foto menarik. Diawali dari pemandangan Rumah Bali Nguni setelah pintu masuk. Kemudian, menyusuri jalan setapak di tengah sawah, selanjutnya bisa naik ke perahu tinggi besar berbahan bambu untuk menikmati menu makanan.
Pengunjung juga bisa duduk santai di bawah pepohonan yang rindang. Ada pula sebuah Patung Kepala Singa, ibaratkan sebuah goa. Tak kalah menarik, di tempat ini terdapat arena swing atau ayunan dan beberapa sangkar burung besar untuk tempat selfie. Di atas salah satu tempat burung, terdapat Patung Burung Hantu berbahan batok kelapa.
"Patung Burung Hantu berbahan batok kelapa dan Perahu Bambu ini dibuat oleh seniman lokal asal Banjar Kelingkung, Desa Lodtunduh, Kecamatan Ubud (Gianyar) dan Desa Belega, Kecamatan Blahbatuh (Gianyar)," terang suami dari Ni Wayan Seri ini.
Untuk membangun tempat usahanya ini, Made Merta menghabiskan biasa hingga Rp 3 miliar. Biaya sebesar itu belum termasuk untuk membuat kolam renang. "Rencananya sudah matang, nanti sekaligus mau buat kolam renang. Karena situasi pandemi, pembuatan kolam renangnya kita tunda dulu," papar wirausaha berusia 34 tahun ini.
Selain membuka usaha restoran, kelas melukis, dan kelas menari, Made Merta termasuk seorang perajin dream catcher atau gantungan bulu ayam. Dia membuka art shop di Banjar Gentong dan Banjar Andong, Desa/Kecamatan Tegallalang. "Art shop saat ini stagnan, ada permintaan tapi tidak banyak. Makanya, saya mencoba peruntungan di usaha restoran," tutur Made Merta.
Made Merta menyebutkan, konsep restorannya di Desa Keliki ini tidak terfokus pada sajian makanan, tapi juga cenderung memperhatikan seni budaya. Maka itu, Made Merta membangun Rumah Bali Nguni dengan segala perlengkapannya. "Di rumah Bali Nguni ini saya mau pakai tempat anak-anak belajar melukis dan menari, demi membangkitkan budaya kita," katanya.
Menurut Made Merta, dirinya tidak sembarang membangun Rumah Bali Nguni. Konon, pembangunanj Rumah Bali Nguni ini sesuai petunjuk Ida Pedanda berdasarkan Asta Kosala Kosali untuk menentukan ukuran, letak, dan hal terkait lainnya. Made Merta optimistis tempat usahanya ini ke depan akan menjadi daya tarik baru di Kabupaten Gianyar. “Apalagi, tempat ini berada di jalur strategis dari arah Ubud menuju Desa Taro-Tegallalang-Payangan atau Kintamani,” tandas Made Merta. *nvi
Komentar