Seluruh Desa Ditarget Punya TPST
Dari 53 desa dan 6 kelurahan di Kabupaten Klungkung, baru tiga desa yang memiliki tempat pengolahan sampah terpadu (TPST).
SEMARAPURA, NusaBali
Tiga desa itu, Desa Nyanglan dan Takmung, Kecamatan Banjarangkan, dan Desa Tangkas, Kecamatan Klungkung. Kini, Pemkab Klungkung gencar bersosialisasi agar semua desa nantinya punya TPST.
Hal itu terungkap dalam sosialisasi tentang penanganan sampah di Balai Desa Gunaksa, Kecamatan Dawan, Rabu (26/10) malam. Kegiatan ini dihadiri Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta.
Bupati Suwirta menjelaskan, penanganan masalah sampah tak cukup hanya dilakukan pemerintah. Oleh karena itu, dibutuhkan peran serta masyarakat untuk mengambil andil, terutama sampah plastik. Suwirta menjelaskn, salah satu terobosan yang sudah dilakukan di Kabupaten Klungkung yakni membentuk TPST di tingkat desa.
Hanya saja gebrakan TPST di bumi serombotan baru diterapkan di beberapa desa. desa yang masih dalam proses pembuatan TPST yakni Desa Paksebali, Kecamatan Dawan, Desa Banjarangkan, Kecamatan Banjarangkan, dan Desa Jumpai, Kecamatan Klungkung, serta desa lainnya.
Pemkab Klungkung, lanjut Suwirta, terus menggalakkan sosialiasi ke desa-desa agar bisa menggodok pembuatan TPST. Keunggulan TPST tidak menghasilkan bau, karena sampah yang sudah masuk TPST akan langsung dipilah antara sampah organik dan unorganik. TPST juga tidak menyebabkan pencemaran udara. “Kami berharap seluruh desa di Klungkung memiliki TPST,” ujar Bupati Suwirta. Kata dia, sampah di TPST juga bisa bernilai ekonomis.
Kepala DKP (Dinas Kebersihan dan Pertamanan) Klungkung AA Kirana mengatakan, kegiatan sosialisasi tentang TPST akan terus dilakukan di setiap desa di Klungkung. Karena TPST merupakan salah satu alternatif mencegah penumpukan sampah di TPA Sente. Kedepannya, desa yang sudah ada TPST bisa menjadikan sistem kelola sampah sebagai lapangan pekerjaan bagi masyarakat setempat. “Disamping itu desa akan kelihatan lebih bersih dan nyaman,” katanya.
Hadir pula Konsultan TPST dan Bank Sampah, Ketut Suarnaya yang salah seorang pemerhati sampah. Ia telah berkecimpung dalam pengolahan sampah selama 11 tahun. Kata dia, Pulau Bali sudah dikepung sampah dimana mana. Hampir setiap lahan kosong pasti digunakan sebagai tempat pembuangan sampah liar. Pria asal Denpasar ini telah berhasil membantu pengelolaan sejumlah TPST pada sejumlah tempat di Bali, termasuk di Klungkung. “Untuk 1.000 kepala keluarga (KK), hanya diperlukan lahan dua are untuk membangun sebuah TPST,” ujarnya. wa
Hal itu terungkap dalam sosialisasi tentang penanganan sampah di Balai Desa Gunaksa, Kecamatan Dawan, Rabu (26/10) malam. Kegiatan ini dihadiri Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta.
Bupati Suwirta menjelaskan, penanganan masalah sampah tak cukup hanya dilakukan pemerintah. Oleh karena itu, dibutuhkan peran serta masyarakat untuk mengambil andil, terutama sampah plastik. Suwirta menjelaskn, salah satu terobosan yang sudah dilakukan di Kabupaten Klungkung yakni membentuk TPST di tingkat desa.
Hanya saja gebrakan TPST di bumi serombotan baru diterapkan di beberapa desa. desa yang masih dalam proses pembuatan TPST yakni Desa Paksebali, Kecamatan Dawan, Desa Banjarangkan, Kecamatan Banjarangkan, dan Desa Jumpai, Kecamatan Klungkung, serta desa lainnya.
Pemkab Klungkung, lanjut Suwirta, terus menggalakkan sosialiasi ke desa-desa agar bisa menggodok pembuatan TPST. Keunggulan TPST tidak menghasilkan bau, karena sampah yang sudah masuk TPST akan langsung dipilah antara sampah organik dan unorganik. TPST juga tidak menyebabkan pencemaran udara. “Kami berharap seluruh desa di Klungkung memiliki TPST,” ujar Bupati Suwirta. Kata dia, sampah di TPST juga bisa bernilai ekonomis.
Kepala DKP (Dinas Kebersihan dan Pertamanan) Klungkung AA Kirana mengatakan, kegiatan sosialisasi tentang TPST akan terus dilakukan di setiap desa di Klungkung. Karena TPST merupakan salah satu alternatif mencegah penumpukan sampah di TPA Sente. Kedepannya, desa yang sudah ada TPST bisa menjadikan sistem kelola sampah sebagai lapangan pekerjaan bagi masyarakat setempat. “Disamping itu desa akan kelihatan lebih bersih dan nyaman,” katanya.
Hadir pula Konsultan TPST dan Bank Sampah, Ketut Suarnaya yang salah seorang pemerhati sampah. Ia telah berkecimpung dalam pengolahan sampah selama 11 tahun. Kata dia, Pulau Bali sudah dikepung sampah dimana mana. Hampir setiap lahan kosong pasti digunakan sebagai tempat pembuangan sampah liar. Pria asal Denpasar ini telah berhasil membantu pengelolaan sejumlah TPST pada sejumlah tempat di Bali, termasuk di Klungkung. “Untuk 1.000 kepala keluarga (KK), hanya diperlukan lahan dua are untuk membangun sebuah TPST,” ujarnya. wa
Komentar