Bangun Perspektif Baru Sebagai Rumah Kreasi
80 Komunitas Seni Eksplore Keberadaan Taman Budaya Bali
DENPASAR, NusaBali
Sebanyak 80 komunitas seni baik sanggar, kelompok, sekaa, maupun yayasan seni difasilitasi oleh Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Taman Budaya Provinsi Bali untuk menampilkan peragaan dan pementasan kesenian dengan menggunakan media virtual.
Langkah ini sebagai upaya membangun perspektif baru terkait keberadaan Taman Budaya Provinsi Bali sebagai Rumah Kreasi.
Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, Prof Dr I Wayan ‘Kun’ Adnyana’ SSn MSn mengatakan, para seniman dari 8 komunitas seni tersebut mengeksplorasi berbagai sudut bangunan hingga koleksi yang dimiliki Taman Budaya. Karya-karya seni mereka ditampilkan secara virtual melalui kanal YouTube Disbud Prov Bali dari sejak pertengahan Juni hingga 3 November 2020. Peragaan dan pementasan kesenian dalam bentuk media virtual yang ditampilkan oleh 80 sanggar atau komunitas seni ini melibatkan tiga kurator, yakni Warih Wisatsana, I Putu Gede Indra Parusha dan I Gede Gusman Adhi Gunawan.
“Dari karya seni virtual yang ditampilkan itu, kita tidak saja bisa melihat arsitektur Taman Budaya yang indah dan megah, tetapi juga tersimpan upaya-upaya kreatif baru, berangkat dari keberadaan arsitektur di Taman Budaya,” ujar Kadis Kun Adnyana, Rabu (11/11).
Lanjutnya, dengan melibatkan berbagai komunitas seni ini, Dinas Kebudayaan Provinsi Bali berupaya untuk mempublikasikan Taman Budaya sebagai Rumah Kreasi. Tidak hanya melalui publikasi yang verbal saja, tetapi keberadaan Taman Budaya benar-benar dieksplorasi menjadi bagian inti dari karya seniman, mulai dari bangunan dan sarana prasarananya.
Dengan demikian, dia berharap ketika situasi kembali normal dan masyarakat bisa bersuka cita dan bisa beramai-ramai datang ke Taman Budaya Provinsi Bali, maka akan tersimpan memori-memori bagaimana 80 komunitas menerjemahkan keberadaan Taman Budaya sebagai ruang kreatif dengan berbagai kemungkinan intuisi dan penafsiran keberadaan Taman Budaya.
“Jadi, dari hasil karya para seniman ini, selain mentransformasi dan mengadaptasi berbagai piranti teknologi virtual, sekaligus ada upaya secara sadar untuk merespons, menginspirasi dan membangun perspektif baru terkait keberadaan Taman Budaya sebagai Rumah Kreasi,” jelasnya didampingi didampingi Plt Kepala UPTD Taman Budaya, Ni Wayan Sulastriani.
Format virtual dipilih karena menurut akademisi ISI Denpasar ini, media tersebut dirasa efektif memberikan ruang berkarya selama masa pandemi yang belum tentu kapan akan berakhir. Di tengah pandemi Covid-19, Dinas Kebudayaan Provinsi Bali terus berupaya agar para seniman bisa tetap kreatif dan sekaligus bisa memberikan hiburan berupa karya seni yang bermutu kepada masyarakat Bali.
Selama penggarapan hingga penyajian, ke-80 komunitas seni itu tetap harus mematuhi protokol kesehatan dan mengimplementasikan kebijakan dari Pemprov Bali. Antara lain, dalam satu ‘frame’ tidak boleh menampilkan pemain lebih dari 10 orang dan properti yang digunakan tidak boleh berbahan plastik sekali pakai sesuai dengan Pergub Bali Nomor 97 Tahun 2018 tentang Pembatasan Timbulan Sampah Plastik Sekali Pakai.
Sementara itu, Warih Wisatsana menambahkan, masing-masing komunitas seni yang terlibat mendapatkan dana Rp 10 juta untuk penciptaan karya seni. Dari 80 komunitas seni itu, sebanyak 45 sanggar atau komunitas dengan latar belakang seni pertunjukan dan 35 sisanya merupakan sanggar atau komunitas seni rupa.
Peragaan dan pementasan seni virtual dan penyajiannya itupun dirasa merupakan langkah strategis karena ada proses transformasi sosial kultural sekaligus alih pengetahuan.
“Sekarang kehadiran teknologi informasi itu mendorong mereka (para seniman, red) untuk memahami sebagai elan kreatif penciptaan. Bisa kita bayangkan dari 80 komunitas, sanggar, sekaa, yayasan seni di Bali, jika masing-masing menyertakan sekitar 35 anggotanya, betapa jumlah masyarakat atau kreator Bali yang memperoleh pemahaman apa itu seni virtual, apa seni kontemporer dan bagaimana hadir dengan seketika dan serentak melalui perangkat teknologi informasi,” ungkapnya.
Menurut Warih, di tengah kondisi pandemi ini masyarakat atau pencinta seni di Bali pun sangat lentur melakukan adaptasi dan inovasi, bahkan dengan berbagi kemungkinannya yang tak terduga, yang dapat disaksikan langsung melalui kanal YouTube Disbud Prov Bali. “Contohnya untuk yang seni rupa, mereka tak saja berangkat membincangkan karya seni rupa semata, tetapi hadir dengan alih kreasi dan alih medianya. Tentu kata kuncinya ada sinergi dan kolaborasi,” demikian Warih. *ind
Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, Prof Dr I Wayan ‘Kun’ Adnyana’ SSn MSn mengatakan, para seniman dari 8 komunitas seni tersebut mengeksplorasi berbagai sudut bangunan hingga koleksi yang dimiliki Taman Budaya. Karya-karya seni mereka ditampilkan secara virtual melalui kanal YouTube Disbud Prov Bali dari sejak pertengahan Juni hingga 3 November 2020. Peragaan dan pementasan kesenian dalam bentuk media virtual yang ditampilkan oleh 80 sanggar atau komunitas seni ini melibatkan tiga kurator, yakni Warih Wisatsana, I Putu Gede Indra Parusha dan I Gede Gusman Adhi Gunawan.
“Dari karya seni virtual yang ditampilkan itu, kita tidak saja bisa melihat arsitektur Taman Budaya yang indah dan megah, tetapi juga tersimpan upaya-upaya kreatif baru, berangkat dari keberadaan arsitektur di Taman Budaya,” ujar Kadis Kun Adnyana, Rabu (11/11).
Lanjutnya, dengan melibatkan berbagai komunitas seni ini, Dinas Kebudayaan Provinsi Bali berupaya untuk mempublikasikan Taman Budaya sebagai Rumah Kreasi. Tidak hanya melalui publikasi yang verbal saja, tetapi keberadaan Taman Budaya benar-benar dieksplorasi menjadi bagian inti dari karya seniman, mulai dari bangunan dan sarana prasarananya.
Dengan demikian, dia berharap ketika situasi kembali normal dan masyarakat bisa bersuka cita dan bisa beramai-ramai datang ke Taman Budaya Provinsi Bali, maka akan tersimpan memori-memori bagaimana 80 komunitas menerjemahkan keberadaan Taman Budaya sebagai ruang kreatif dengan berbagai kemungkinan intuisi dan penafsiran keberadaan Taman Budaya.
“Jadi, dari hasil karya para seniman ini, selain mentransformasi dan mengadaptasi berbagai piranti teknologi virtual, sekaligus ada upaya secara sadar untuk merespons, menginspirasi dan membangun perspektif baru terkait keberadaan Taman Budaya sebagai Rumah Kreasi,” jelasnya didampingi didampingi Plt Kepala UPTD Taman Budaya, Ni Wayan Sulastriani.
Format virtual dipilih karena menurut akademisi ISI Denpasar ini, media tersebut dirasa efektif memberikan ruang berkarya selama masa pandemi yang belum tentu kapan akan berakhir. Di tengah pandemi Covid-19, Dinas Kebudayaan Provinsi Bali terus berupaya agar para seniman bisa tetap kreatif dan sekaligus bisa memberikan hiburan berupa karya seni yang bermutu kepada masyarakat Bali.
Selama penggarapan hingga penyajian, ke-80 komunitas seni itu tetap harus mematuhi protokol kesehatan dan mengimplementasikan kebijakan dari Pemprov Bali. Antara lain, dalam satu ‘frame’ tidak boleh menampilkan pemain lebih dari 10 orang dan properti yang digunakan tidak boleh berbahan plastik sekali pakai sesuai dengan Pergub Bali Nomor 97 Tahun 2018 tentang Pembatasan Timbulan Sampah Plastik Sekali Pakai.
Sementara itu, Warih Wisatsana menambahkan, masing-masing komunitas seni yang terlibat mendapatkan dana Rp 10 juta untuk penciptaan karya seni. Dari 80 komunitas seni itu, sebanyak 45 sanggar atau komunitas dengan latar belakang seni pertunjukan dan 35 sisanya merupakan sanggar atau komunitas seni rupa.
Peragaan dan pementasan seni virtual dan penyajiannya itupun dirasa merupakan langkah strategis karena ada proses transformasi sosial kultural sekaligus alih pengetahuan.
“Sekarang kehadiran teknologi informasi itu mendorong mereka (para seniman, red) untuk memahami sebagai elan kreatif penciptaan. Bisa kita bayangkan dari 80 komunitas, sanggar, sekaa, yayasan seni di Bali, jika masing-masing menyertakan sekitar 35 anggotanya, betapa jumlah masyarakat atau kreator Bali yang memperoleh pemahaman apa itu seni virtual, apa seni kontemporer dan bagaimana hadir dengan seketika dan serentak melalui perangkat teknologi informasi,” ungkapnya.
Menurut Warih, di tengah kondisi pandemi ini masyarakat atau pencinta seni di Bali pun sangat lentur melakukan adaptasi dan inovasi, bahkan dengan berbagi kemungkinannya yang tak terduga, yang dapat disaksikan langsung melalui kanal YouTube Disbud Prov Bali. “Contohnya untuk yang seni rupa, mereka tak saja berangkat membincangkan karya seni rupa semata, tetapi hadir dengan alih kreasi dan alih medianya. Tentu kata kuncinya ada sinergi dan kolaborasi,” demikian Warih. *ind
Komentar