Pembelajaran Luring Tatap Muka Dibagi dalam Kelompok Belajar
SINGARAJA, NusaBali
Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Buleleng melakukan pemantauan pelaksanaan pembelajaran luar jaringan (luring) di Desa Pedawa, Kecamatan Banjar Buleleng, Kamis (12/11).
Pemantauan langsung itu untuk melihat efektivitas pembelajaran dan pemahaman materi oleh siswa di masa pandemi Covid-19. Salah satu yang ditinjau adalah tatap muka langsung guru dan kelompok kecil siswa SDN 3 Pedawa. Kepala Disdikpora Buleleng Made Astika mengatakan pemantauan pertama kali semenjak pandemi Covid-19 sengaja menyasar wilayah yang sudah menjalankan luring. “Kami ingin melihat langsung aktivitas pembelajaran siswa dan guru dengan sistem luring. Pembelajaran luring tatap muka ini bisa dilakukan sepanjang tidak banyak orang,” ucap Astika.
Sistem pembelajaran tatap muka langsung guru dan siswa pun dapat menjadi alternatif selama masa pandemi. Sistem pembelajaran tatap muka yang dijadwalkan sekali seminggu selama satu jam dapat memberikan kesempatan para siswa menanyakan materi pembelajaran yang belum dipahami kepada guru pengajarnya. “Kegiatan luring dengan pola kelompok kecil dan tatap muka langsung ini cukup baik dan dapat ditiru satuan pendidikan untuk pencapaian target kurikulum,” imbuh dia.
Pemantauan pembelajaran luring dikatakan Kadis Astika akan dijalankan sepanjang pandemi. Termasuk ke areal yang memang tidak memungkinkan pembelajaran daring dan jarak sekolah dengan siswa jauh. Sedangkan untuk pembelajaran tatap muka langsung di sekolah disebut Astika masih memungkinkan. Tetapi harus menerapkan pola-pola dan juga skema serta ketentuan yang harus dipenuhi untuk protokol kesehatan Covid-19.
Sementara itu guru kelas 4 SDN 3 Pedawa, Ni Komang Susilawati menjelaskan pelaksanaan luring dengan tatap muka langsung dilakukan dengan membagi siswanya menjadi enam kelompok dari jumlah total 22 orang siswa. Kelompok belajar itu pun dikumpulkan berdasarkan jarak rumah siswa terdekat. “Jumlahnya tidak sama tergantung jarak satu rumah siswa dengan lainnya, pembelajaran dilakukan di salah satu rumah siswa karena di sekolah kan belum diizinkan,” ucap Susilawati.
Guru kontrak itu pun terbiasa berkeliling menyambangi kelompok siswanya tiga kali dalam seminggu. dalam satu pertemuan dilakukan selama satu jam penuh. Waktu tatap muka itu dimanfaatkan untuk menanyakan materi yang belum dimengerti. “Sejauh ini dari evaluasi pembelajaran luring dan daring memang berharap agar bisa tatap muka seperti sebelumnya, karena anak-anak dan orangtua saat pembelajaran daring dan luring tingkat pemahaman materi ajar menurun jika dibandingkan tatap muka langsung. Bahkan kadang diberi tugas soal, orangtuanya yang menjawabkan. Keluhannya memang lebih sulit saat ini,” jelasnya.*k23
Sistem pembelajaran tatap muka langsung guru dan siswa pun dapat menjadi alternatif selama masa pandemi. Sistem pembelajaran tatap muka yang dijadwalkan sekali seminggu selama satu jam dapat memberikan kesempatan para siswa menanyakan materi pembelajaran yang belum dipahami kepada guru pengajarnya. “Kegiatan luring dengan pola kelompok kecil dan tatap muka langsung ini cukup baik dan dapat ditiru satuan pendidikan untuk pencapaian target kurikulum,” imbuh dia.
Pemantauan pembelajaran luring dikatakan Kadis Astika akan dijalankan sepanjang pandemi. Termasuk ke areal yang memang tidak memungkinkan pembelajaran daring dan jarak sekolah dengan siswa jauh. Sedangkan untuk pembelajaran tatap muka langsung di sekolah disebut Astika masih memungkinkan. Tetapi harus menerapkan pola-pola dan juga skema serta ketentuan yang harus dipenuhi untuk protokol kesehatan Covid-19.
Sementara itu guru kelas 4 SDN 3 Pedawa, Ni Komang Susilawati menjelaskan pelaksanaan luring dengan tatap muka langsung dilakukan dengan membagi siswanya menjadi enam kelompok dari jumlah total 22 orang siswa. Kelompok belajar itu pun dikumpulkan berdasarkan jarak rumah siswa terdekat. “Jumlahnya tidak sama tergantung jarak satu rumah siswa dengan lainnya, pembelajaran dilakukan di salah satu rumah siswa karena di sekolah kan belum diizinkan,” ucap Susilawati.
Guru kontrak itu pun terbiasa berkeliling menyambangi kelompok siswanya tiga kali dalam seminggu. dalam satu pertemuan dilakukan selama satu jam penuh. Waktu tatap muka itu dimanfaatkan untuk menanyakan materi yang belum dimengerti. “Sejauh ini dari evaluasi pembelajaran luring dan daring memang berharap agar bisa tatap muka seperti sebelumnya, karena anak-anak dan orangtua saat pembelajaran daring dan luring tingkat pemahaman materi ajar menurun jika dibandingkan tatap muka langsung. Bahkan kadang diberi tugas soal, orangtuanya yang menjawabkan. Keluhannya memang lebih sulit saat ini,” jelasnya.*k23
Komentar