Pelukis Sayan Harap Lukisan Young Artist Bertahan
GIANYAR, NusaBali
Salah seorang pelukis asal Banjar Kutuh, Desa Sayan, Kecamatan Ubud, Gianyar, I Nyoman Rustiawan mengikuti pameran di Hotel The Mansion, Desa Sayan.
Pameran dalam ajang The New Normal Of Tourism Conference – Expo, 10 - 12 Nopember 2020. Dia mengaku tertarik ikut pameran ini agar lukisan ciri khas Sayan yaitu young artist dapat bertahan. Siram, sapaan akrab pelukis ini, mengaku mulai belajar melukis young artist sejak duduk di bangku SD. Sehingga sampai saat ini, dia aktif melukis meski tidak ada pesanan sekalipun. “Lukisan saya memang ciri khas Desa Sayan, yang disebut gaya young artist. Yaitu tertuang di dalamnya adalah pemandangan, sekalipun ada orangnya adalah mereka yang beraktivitas di alam,” jelasnya, Jumat (13/11).
Dalam kesempatan itu, Siram hanya memamerkan 30 lukisannya. Ukuran terbesar 1,5 meter x 1 meter, dan terkecil 20 cm x 50 cm. Dia berharap dengan adanya ajang pameran tersebut generasi muda setidaknya mau mempertahankan seni rupa khas Sayan, agar tidak hilang ditelan zaman. “Harapannya, supaya generasi muda ikut melestarikan young artist ini agar tidak punah,” harapnya.
Sekretaris Kelompok Sadar Wisata Desa Sayan, Ni Made Gandhi Sanjiwani menjelaskan seni lukisan di Sayan tidak kalah menarik dengan daerah lain. Aliran seni lukis young artist dikembangkan oleh Arie Smith, pelukis legendaris dunia kepada anak – anak di Desa Sayan, hingga mendunia sejak 1960-an.
“Young artist menjadi satu – satunya aliran lukisan otentik di dunia yang menjadi living culture dan hanya bisa ditemukan di Desa Sayan, Ubud. Beberapa Sayan Young Artist Masters diantaranya, Ketut Soki, Ketut Tagen, Nyoman Cakra, Nyoman Tulus, Nyoman Sujana, dan lainnya. Maka, Desa Sayan dijuluki sebagai Home of Young Artist,” jelas alumnus Magister Pariwisata UGM ini. *nvi
Dalam kesempatan itu, Siram hanya memamerkan 30 lukisannya. Ukuran terbesar 1,5 meter x 1 meter, dan terkecil 20 cm x 50 cm. Dia berharap dengan adanya ajang pameran tersebut generasi muda setidaknya mau mempertahankan seni rupa khas Sayan, agar tidak hilang ditelan zaman. “Harapannya, supaya generasi muda ikut melestarikan young artist ini agar tidak punah,” harapnya.
Sekretaris Kelompok Sadar Wisata Desa Sayan, Ni Made Gandhi Sanjiwani menjelaskan seni lukisan di Sayan tidak kalah menarik dengan daerah lain. Aliran seni lukis young artist dikembangkan oleh Arie Smith, pelukis legendaris dunia kepada anak – anak di Desa Sayan, hingga mendunia sejak 1960-an.
“Young artist menjadi satu – satunya aliran lukisan otentik di dunia yang menjadi living culture dan hanya bisa ditemukan di Desa Sayan, Ubud. Beberapa Sayan Young Artist Masters diantaranya, Ketut Soki, Ketut Tagen, Nyoman Cakra, Nyoman Tulus, Nyoman Sujana, dan lainnya. Maka, Desa Sayan dijuluki sebagai Home of Young Artist,” jelas alumnus Magister Pariwisata UGM ini. *nvi
Komentar