Disbudpar Belum Terpikir Cara 'Jual' Tembok Polpolan
Bangli tak hanya memiliki bentang alam yang indah sebagai daya tarik wisata, namun juga memiliki ‘warisan’ bangunan tradisional yang unik.
BANGLI, NusaBali
Salah satunya tembok panyengker tradisional berbahan tanah liat, disebut juga tembok polpolan, yang tersebar di banyak desa di Bangli. Di antaranya di Desa Sekardadi, Desa Bayung Gede di Kecamatan Kintamani. Sedang di Kecamatan Bangli di antaranya di Desa Pengotan dan Desa Kayu Bihi. Demikian juga di dua kecamatan lainnya, di Kecamatan Susut , di antaranya di Desa Pengiangan dan KecamatanTembuku di Desa Yangapi, Undisan, dan sekitarnya. Hanya saja potensi daya tarik wisata ini terabaikan.
I Ketut Aman, salah seorang warga Banjar Songlandak, Desa Pengiangan, menuturkan tembok panyengker dari tanah liat memang kerap mengundang wisatawan. Terutama wisatawan manca negara yang bersepeda melintasi jalur Kayuamba, Desa Tiga Kecamatan Susut hingga ke Bitera (Gianyar). “Ada saja wisatawan yang datang melihat-lihat,” ungkap Aman, Jumat (28/10).
Namun jumlah keluarga yang mempertahankan tembok polpolan tidak banyak lagi. Selain tembok tersebut banyak yang jebol, tidak sedikit pemiliknya membongkarnya dan mendirikan tembok modern berbahan batako, dan campuran semen lainnya. “Karenanya sekarang tak banyak lagi,” tambah Aman.
Meski terbatas, namun keunikan itu menarik perhatian wisatawan. Dikatakan, ada beberapa wisatawan yang rela sekadar memberi sumbangan jika menikmati keunikan tembok tanah polpolan tersebut.”Ya, ada kadang diberi sepuluh ribu rupiah,” ungkap Aman, salah seorang pemilik tembok polpolan. Dia menunjuk tembok panyengker polpolan pekarangan rumahnya. “Cara membuatnya konon lama,” kata Aman. Justru karena proses pembuatan lama, proses pembuatan yang ‘rumit’, tembok polpolan tetap utuh.
Dinas Budaya dan Pariwisata Kabupaten Bangli, mengakui ‘warisan’ tembok tradisional tanah liat atau tembok polpolan, sebagai salah satu daya tarik wisata di Bangli. Namun Disbudpar mengaku belum berpikir bagaimana ‘menjual’ daya tarik tembok polpolan itu. Alasannya masih banyak potensi wisata lain yang perlu digarap dan dibina. “Kita bertahap tentunya,” ujar Kabid Bina Objek Disbupar Bangli I Wayan Bona. k17
Salah satunya tembok panyengker tradisional berbahan tanah liat, disebut juga tembok polpolan, yang tersebar di banyak desa di Bangli. Di antaranya di Desa Sekardadi, Desa Bayung Gede di Kecamatan Kintamani. Sedang di Kecamatan Bangli di antaranya di Desa Pengotan dan Desa Kayu Bihi. Demikian juga di dua kecamatan lainnya, di Kecamatan Susut , di antaranya di Desa Pengiangan dan KecamatanTembuku di Desa Yangapi, Undisan, dan sekitarnya. Hanya saja potensi daya tarik wisata ini terabaikan.
I Ketut Aman, salah seorang warga Banjar Songlandak, Desa Pengiangan, menuturkan tembok panyengker dari tanah liat memang kerap mengundang wisatawan. Terutama wisatawan manca negara yang bersepeda melintasi jalur Kayuamba, Desa Tiga Kecamatan Susut hingga ke Bitera (Gianyar). “Ada saja wisatawan yang datang melihat-lihat,” ungkap Aman, Jumat (28/10).
Namun jumlah keluarga yang mempertahankan tembok polpolan tidak banyak lagi. Selain tembok tersebut banyak yang jebol, tidak sedikit pemiliknya membongkarnya dan mendirikan tembok modern berbahan batako, dan campuran semen lainnya. “Karenanya sekarang tak banyak lagi,” tambah Aman.
Meski terbatas, namun keunikan itu menarik perhatian wisatawan. Dikatakan, ada beberapa wisatawan yang rela sekadar memberi sumbangan jika menikmati keunikan tembok tanah polpolan tersebut.”Ya, ada kadang diberi sepuluh ribu rupiah,” ungkap Aman, salah seorang pemilik tembok polpolan. Dia menunjuk tembok panyengker polpolan pekarangan rumahnya. “Cara membuatnya konon lama,” kata Aman. Justru karena proses pembuatan lama, proses pembuatan yang ‘rumit’, tembok polpolan tetap utuh.
Dinas Budaya dan Pariwisata Kabupaten Bangli, mengakui ‘warisan’ tembok tradisional tanah liat atau tembok polpolan, sebagai salah satu daya tarik wisata di Bangli. Namun Disbudpar mengaku belum berpikir bagaimana ‘menjual’ daya tarik tembok polpolan itu. Alasannya masih banyak potensi wisata lain yang perlu digarap dan dibina. “Kita bertahap tentunya,” ujar Kabid Bina Objek Disbupar Bangli I Wayan Bona. k17
1
Komentar