Uji Coba Padi M70D Sukses di Subak Buug
SINGARAJA, NusaBali
Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng bekerjasama dengan Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) sedang ujicoba mengembangkan padi varietas baru M70D.
Varietas yang disebut dapat produktif di lahan kering ini pun dipanen perdana di lahan seluas 20 are di Subak Buug Desa Sari Mekar, Kecamatan/Kabupaten Buleleng, Jumat (13/11).
Arti M70D sendiri adalah Moeldoko 70 Day. Seperti diketahui, Moeldoko adalah Ketua HKTI. Dalam prosesnya, varietas ini disebut-sebut bisa panen sampai empat kali dalam setahun. Jika varietas biasa memerlukan waktu 100 hari ke atas, maka M70D hanya di kisaran 70 hari. Lebih sering dari varian padi lainnya.
Ketua HKTI Buleleng I Ketut Mertaya mengatakan uji coba di Desa Sari Mekar ini merupakan yang pertama. Selanjutnya akan diujicobakan kembali di lahan sawah desa lainnya di Buleleng yang memiliki pasokan air berbeda lokasi datarannya. “Varietas baru ini kami ujicobakan untuk membuktikan bisa bertahan di lahan kering, seperti di Subak Buug ini yang merupakan lahan krisis air. Setelah berhasil di sini nanti kami akan uji cobakan di lahan lain di desa yanga ada di Buleleng,” jelas dia.
Tingkat produktivitas yang tinggi disebut Mertaya sangat menjanjikan. Jika pada varietas padi yang ditanam petani pada umumnya satu hektare lahan maksimal dapat menghasilkan 6 ton gabah kering. Jumlah maksimal itu baru bisa didapatkan saat pasokan air subak memadai.
Varietas M70D disebutnya memiliki produktivitas sangat tinggi yakni 7-8 ton per hektare. Saat ujicobakan di lahan kritis minim air, masih bisa bertahan dnegan produksi 5,1 ton per hektare. “Selain itu masa panennya juga sangat singkat hanya 70-75 hari setelah disemai, lebih cepat sebulan jika dibandingkan varietas padi biasa yang baru bisa dipanen di usia 100 hari,” jelas dia.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng, I Made Sumiarta menyambut baik inovasi yang dilakukan HKTI Buleleng untuk membantu pemerintah mewujudkan ketahanan pangan utama yakni beras. Terlebih pada masa pandemi ini sektor pertanian sama sekali tidak terpengaruh dengan serangan virus Covid-19. “Pertanian tetap menjadi prioritas sebagai penyangga perekonomian dari Dinas Pertanian,” jelas dia.
Demplot yang dibuat HKTI Buleleng ini pun nanti bisa dijadikan bukti pada petani sebelum ditanam oleh petani. Sumiarta pun mengatakan selain di di lahan kritis, varietas padi baru ini juga akan dikembangkan di lahan pertanian lainnya yang memiliki ketersediaan air melimpah dan sedang, sehingga dapat terlihat jelas perbedaannya.
Intensifikasi pertanian juga akan dilakukan dengan penggunaan pupuk organik dan juga pembasmi hama organik yang disebut pestisida nabati. “Setelah ini berhasil, kami juga berharap HKTI bisa menyiapkan benih untuk petani, karena sejauh ini masih didatangkan dari luar daerah,” tegas Sumiarta.
Sementara itu Wakil Bupati Buleleng I Nyoman Sutjidra yang hadir dalam panen perdana padi M70D mengatakan varietas ini menjadi harapan baru petani untuk dapat lebih sejahtera. Produktivitasnya yang tinggi dan sifatnya yang bertahan di lahan kritis dapat meningkatkan indeks tanam padi saat ini yang baru 2 kali, minimal bisa menjadi 3 kali dalam setahun.
“Dengan varietas M70D, kesejahteraan petani meningkat. Dengan harga bagus dan bisa diserap. Harapan kami semua petana kesejahteraan meningkat dan lebih semangat jadi petani karena ini cukup menjanjikan. Kalau bisa intensifikasi bisa produksi beras sebagai lumbung pangan baru,” ucap Wabup yang juga dokter spesialis kandungan ini. *k23
Arti M70D sendiri adalah Moeldoko 70 Day. Seperti diketahui, Moeldoko adalah Ketua HKTI. Dalam prosesnya, varietas ini disebut-sebut bisa panen sampai empat kali dalam setahun. Jika varietas biasa memerlukan waktu 100 hari ke atas, maka M70D hanya di kisaran 70 hari. Lebih sering dari varian padi lainnya.
Ketua HKTI Buleleng I Ketut Mertaya mengatakan uji coba di Desa Sari Mekar ini merupakan yang pertama. Selanjutnya akan diujicobakan kembali di lahan sawah desa lainnya di Buleleng yang memiliki pasokan air berbeda lokasi datarannya. “Varietas baru ini kami ujicobakan untuk membuktikan bisa bertahan di lahan kering, seperti di Subak Buug ini yang merupakan lahan krisis air. Setelah berhasil di sini nanti kami akan uji cobakan di lahan lain di desa yanga ada di Buleleng,” jelas dia.
Tingkat produktivitas yang tinggi disebut Mertaya sangat menjanjikan. Jika pada varietas padi yang ditanam petani pada umumnya satu hektare lahan maksimal dapat menghasilkan 6 ton gabah kering. Jumlah maksimal itu baru bisa didapatkan saat pasokan air subak memadai.
Varietas M70D disebutnya memiliki produktivitas sangat tinggi yakni 7-8 ton per hektare. Saat ujicobakan di lahan kritis minim air, masih bisa bertahan dnegan produksi 5,1 ton per hektare. “Selain itu masa panennya juga sangat singkat hanya 70-75 hari setelah disemai, lebih cepat sebulan jika dibandingkan varietas padi biasa yang baru bisa dipanen di usia 100 hari,” jelas dia.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng, I Made Sumiarta menyambut baik inovasi yang dilakukan HKTI Buleleng untuk membantu pemerintah mewujudkan ketahanan pangan utama yakni beras. Terlebih pada masa pandemi ini sektor pertanian sama sekali tidak terpengaruh dengan serangan virus Covid-19. “Pertanian tetap menjadi prioritas sebagai penyangga perekonomian dari Dinas Pertanian,” jelas dia.
Demplot yang dibuat HKTI Buleleng ini pun nanti bisa dijadikan bukti pada petani sebelum ditanam oleh petani. Sumiarta pun mengatakan selain di di lahan kritis, varietas padi baru ini juga akan dikembangkan di lahan pertanian lainnya yang memiliki ketersediaan air melimpah dan sedang, sehingga dapat terlihat jelas perbedaannya.
Intensifikasi pertanian juga akan dilakukan dengan penggunaan pupuk organik dan juga pembasmi hama organik yang disebut pestisida nabati. “Setelah ini berhasil, kami juga berharap HKTI bisa menyiapkan benih untuk petani, karena sejauh ini masih didatangkan dari luar daerah,” tegas Sumiarta.
Sementara itu Wakil Bupati Buleleng I Nyoman Sutjidra yang hadir dalam panen perdana padi M70D mengatakan varietas ini menjadi harapan baru petani untuk dapat lebih sejahtera. Produktivitasnya yang tinggi dan sifatnya yang bertahan di lahan kritis dapat meningkatkan indeks tanam padi saat ini yang baru 2 kali, minimal bisa menjadi 3 kali dalam setahun.
“Dengan varietas M70D, kesejahteraan petani meningkat. Dengan harga bagus dan bisa diserap. Harapan kami semua petana kesejahteraan meningkat dan lebih semangat jadi petani karena ini cukup menjanjikan. Kalau bisa intensifikasi bisa produksi beras sebagai lumbung pangan baru,” ucap Wabup yang juga dokter spesialis kandungan ini. *k23
Komentar