Sopir Angkot Kehilangan Penumpang
Dishub Karangasem sejak tahun 1998 tidak lagi mengeluarkan izin trayek baru, hanya memperpanjang izin armada.
AMLAPURA, NusaBali
Angkutan perkotaan (angkot) berhenti beroperasi sejak siswa belajar online dari rumah. Sopir angkot hanya mengandalkan siswa sebagai penumpang, terutama siswa SMP. Sedangkan penumpang pedagang diangkut angdes (angkutan pedesaan). Sejak sembilan bulan ini, para sopir kehilangan penumpang dan angkot terlihat langka di jalan.
Salah seorang sopir angkot, I Gede Ardana, mengakui sejak Maret 2020 tidak lagi beroperasi. “Tidak ada penumpang, masyarakat umum tidak lagi naik angkot. Kami hanya mengandalkan penumpang dari kalangan siswa,” ungkap Gede Ardana, Minggu (15/11). Ardana dan sopir angkot lainnya sangat tergantung dari siswa SMPN 1 Amlapura, SMPN 2 Amlapura, SMPN 5 Amlapura, dan MTsN Amlapura. “Saat siswa belajar normal ke sekolah, sehari bisa dapat pemasukan minimal Rp 150.000,” tambahnya.
Imbas siswa belajar online dari rumah, kendaraan angkot dikandangkan di garase. Tak dapat penghasilan, tetapi para sopir ini tetap patuhi kewajiban bayar Kir. Sementara sopir angkutan desa (angdes) trayek Amlapura-Desa Padangbai, I Wayan Sinta, mengaku belakangan hanya mengantar pedagang pindang ke Pasar Amlapura Timur. “Sebelumnya mengantar siswa dan pedagang sayur. Saat pandemi ini hanya ada pelanggan pedagang pindang,” ungkap Wayan Sinta.
Saat kondisi normal, Wayan Sinta mengaku punya pemasukan Rp 80.000 per hari. Saat pandemi seperti ini, rata-rata Rp 30.000 per hari. Selain banyak armada tidak beroperasi, sejak 20 tahun terakhir, angdes dan angkot berkurang sebanyak 285 armada. Awalnya ada 645 armada. Begitu armada rusak berat, tidak ada yang mengajukan izin peremajaan angdes sehingga jumlahnya berkurang. Dinas Perhubungan Karangasem sejak tahun 1998 tidak lagi mengeluarkan izin trayek baru, hanya memperpanjang izin armada.
Kepala UPT Pengujian Kendaraan Bermotor Karangasem, I Gusti Putu Mantra, mengungkapkan imbas pandemi pemilik angkutan umum berkurang melakukan uji kir. “Dalam daftar di tiap trayek banyak ada armada, kenyataannya tidak kelihatan yang beroperasi,” kata Gusti Putu Mantra. Sesuai daftar, dari 30 trayek terisi 645 angdes, banyak trayek yang mubazir. Di antaranya Amlapura-Sidemen (26 kilometer), Amlapura-Bebandem-Putung (30 kilometer), Amlapura-Bebandem dan Besakih (40 kilometer), Pesangkan-Menanga dan Klungkung (32 kilometer), Amlapura-Selat dan Besakih (38 kilometer), dan sebagainya. Jalur itu sepi angdes.
Trayek Amlapura-Selat dan Desa Besakih sesuai catatan armadanya cukup banyak mencapai 119 armada. Tetapi di lapangan tidak lagi terlihat ada armada melayani Amlapura-Besakih sebanyak itu. Trayek yang paling banyak armadanya, jurusan Amlapura-Manggis dan Desa Padangbai mencapai 139 armada, menempuh jarak 27 kilometer. Trayek yang paling jauh, Amlapura-Desa Bunutan (Kecamatan Abang) tembus ke Desa Tianyar (Kecamatan Kubu) sejauh 50 kilometer, disusul trayek Amlapura-Desa Abang tembus ke Desa Tianyar, jarak tempuh 45 kilometer. *k16
Angkutan perkotaan (angkot) berhenti beroperasi sejak siswa belajar online dari rumah. Sopir angkot hanya mengandalkan siswa sebagai penumpang, terutama siswa SMP. Sedangkan penumpang pedagang diangkut angdes (angkutan pedesaan). Sejak sembilan bulan ini, para sopir kehilangan penumpang dan angkot terlihat langka di jalan.
Salah seorang sopir angkot, I Gede Ardana, mengakui sejak Maret 2020 tidak lagi beroperasi. “Tidak ada penumpang, masyarakat umum tidak lagi naik angkot. Kami hanya mengandalkan penumpang dari kalangan siswa,” ungkap Gede Ardana, Minggu (15/11). Ardana dan sopir angkot lainnya sangat tergantung dari siswa SMPN 1 Amlapura, SMPN 2 Amlapura, SMPN 5 Amlapura, dan MTsN Amlapura. “Saat siswa belajar normal ke sekolah, sehari bisa dapat pemasukan minimal Rp 150.000,” tambahnya.
Imbas siswa belajar online dari rumah, kendaraan angkot dikandangkan di garase. Tak dapat penghasilan, tetapi para sopir ini tetap patuhi kewajiban bayar Kir. Sementara sopir angkutan desa (angdes) trayek Amlapura-Desa Padangbai, I Wayan Sinta, mengaku belakangan hanya mengantar pedagang pindang ke Pasar Amlapura Timur. “Sebelumnya mengantar siswa dan pedagang sayur. Saat pandemi ini hanya ada pelanggan pedagang pindang,” ungkap Wayan Sinta.
Saat kondisi normal, Wayan Sinta mengaku punya pemasukan Rp 80.000 per hari. Saat pandemi seperti ini, rata-rata Rp 30.000 per hari. Selain banyak armada tidak beroperasi, sejak 20 tahun terakhir, angdes dan angkot berkurang sebanyak 285 armada. Awalnya ada 645 armada. Begitu armada rusak berat, tidak ada yang mengajukan izin peremajaan angdes sehingga jumlahnya berkurang. Dinas Perhubungan Karangasem sejak tahun 1998 tidak lagi mengeluarkan izin trayek baru, hanya memperpanjang izin armada.
Kepala UPT Pengujian Kendaraan Bermotor Karangasem, I Gusti Putu Mantra, mengungkapkan imbas pandemi pemilik angkutan umum berkurang melakukan uji kir. “Dalam daftar di tiap trayek banyak ada armada, kenyataannya tidak kelihatan yang beroperasi,” kata Gusti Putu Mantra. Sesuai daftar, dari 30 trayek terisi 645 angdes, banyak trayek yang mubazir. Di antaranya Amlapura-Sidemen (26 kilometer), Amlapura-Bebandem-Putung (30 kilometer), Amlapura-Bebandem dan Besakih (40 kilometer), Pesangkan-Menanga dan Klungkung (32 kilometer), Amlapura-Selat dan Besakih (38 kilometer), dan sebagainya. Jalur itu sepi angdes.
Trayek Amlapura-Selat dan Desa Besakih sesuai catatan armadanya cukup banyak mencapai 119 armada. Tetapi di lapangan tidak lagi terlihat ada armada melayani Amlapura-Besakih sebanyak itu. Trayek yang paling banyak armadanya, jurusan Amlapura-Manggis dan Desa Padangbai mencapai 139 armada, menempuh jarak 27 kilometer. Trayek yang paling jauh, Amlapura-Desa Bunutan (Kecamatan Abang) tembus ke Desa Tianyar (Kecamatan Kubu) sejauh 50 kilometer, disusul trayek Amlapura-Desa Abang tembus ke Desa Tianyar, jarak tempuh 45 kilometer. *k16
Komentar