Bangkai Paus Sperma Seberat 2 Ton Ditemukan Mengapung
DENPASAR, NusaBali
Nelayan Kelurahan Serangan, Kecamatan Denpasar Selatan menemukan bangkai ikan paus jenis sperma (Sperm Whale) di lepas Pantai Mertasari, Sanur, Kecamatan Denpasar Selatan, Selasa (17/11) pukul 07.00 Wita.
Bangkai ikan dengan nama Latin Physeter Macrochepalus itu berukuran panjang 10 meter. Beratnya mencapai 2 ton. Bangkai paus itu ditemukan mengapung 500 meter dari daratan Pulau Serangan arah timur. Diperkirakan ikan tersebut telah mati seminggu sebelum ditemukan.
Kepala Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Denpasar, Permana Yudiarso, kemarin siang mengatakan kondisi hewan dilindungi itu sudah membusuk. Pada beberapa bagian tubuhnya mengalami luka. Bahkan sebagian usus ikan tersebut keluar melalui lubang anusnya.
"Kondisinya sudah membusuk. Pada sekujur tubuhnya ditemukan beberapa luka gores. Misalnya pada bagian belakang mata dan mulut sebelah kanan," ungkap Yudiarso. Yudiarso mengatakan belum mengetahui secara persis penyebab kematian ikan tersebut. Menurutnya ada tiga kemungkinan ikan tersebut mati, yakni karena sakit, karena disorientasi, dan akibat tertabrak kapal atau benda keras.
Lebih lanjut Yudiarso mengatakan pada tinggal dalam tubuh ikan tersebut sudah dipenuhi gas. Kemungkinan ikan tersebut telah mati seminggu lamanya. Sebab kalau ikan itu baru mati pasti tidak terapung. Karena di dalam rongga tubuhnya seperti perut dan usus dipenuhi gas makanya bangkai berukuran jumbo itu mengapung. "Kami belum bisa memastikan penyebab kematian ikan tersebut. Meski ditemukan luka di sekujur tubuhnya tapi tidak bisa disimpulkan akibat luka itu. Bisa saja luka itu terjadi setelah terseret arus dan membentur benda keras di lautan," ungkap Yudiarso.
Hingga pukul 12.00 Wita kemarin bangkai ikan tersebut belum dievakuasi ke darat. Bangkai itu tidak dievakuasi ke darat karena ditolak warga. Yudiarso mengatakan untuk penanganan ikan seperti itu ada tiga kemungkinan dilakukan, yakni dikubur, dibakar, dan ditenggelamkan.
Ketiga opsi itu sudah disiapkan oleh petugas. Nah, pada saat ditarik ke daratan Pulau Serangan mendapat penolakan dari warga. Jadi opsi yang bisa dilakukan adalah ditenggelamkan ke dasar laut. "Untuk menenggelamkannya butuh pemberat. Sebab kalau perut ikan itu ditusuk paksa maka berbahaya bagi petugas. Perut ikan itu bisa meledak," ungkapnya.
Sekitar pukul 15.00 Wita bangkai itu ditarik ke tengah laut untuk dilepaskan di sana. Tujuannya agar petugas bisa menyiapkan segala sesuatunya untuk menenggelamkan bangkai itu. "Ada kemungkinan bangkai itu balik lagi. Kalau tidak balik lagi berarti dibiarkan saja. Sejauh ini kami masih melakukan pemantauan," ungkap Yudiarso saat dikonfirmasi lagi tadi malam. *pol
Kepala Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Denpasar, Permana Yudiarso, kemarin siang mengatakan kondisi hewan dilindungi itu sudah membusuk. Pada beberapa bagian tubuhnya mengalami luka. Bahkan sebagian usus ikan tersebut keluar melalui lubang anusnya.
"Kondisinya sudah membusuk. Pada sekujur tubuhnya ditemukan beberapa luka gores. Misalnya pada bagian belakang mata dan mulut sebelah kanan," ungkap Yudiarso. Yudiarso mengatakan belum mengetahui secara persis penyebab kematian ikan tersebut. Menurutnya ada tiga kemungkinan ikan tersebut mati, yakni karena sakit, karena disorientasi, dan akibat tertabrak kapal atau benda keras.
Lebih lanjut Yudiarso mengatakan pada tinggal dalam tubuh ikan tersebut sudah dipenuhi gas. Kemungkinan ikan tersebut telah mati seminggu lamanya. Sebab kalau ikan itu baru mati pasti tidak terapung. Karena di dalam rongga tubuhnya seperti perut dan usus dipenuhi gas makanya bangkai berukuran jumbo itu mengapung. "Kami belum bisa memastikan penyebab kematian ikan tersebut. Meski ditemukan luka di sekujur tubuhnya tapi tidak bisa disimpulkan akibat luka itu. Bisa saja luka itu terjadi setelah terseret arus dan membentur benda keras di lautan," ungkap Yudiarso.
Hingga pukul 12.00 Wita kemarin bangkai ikan tersebut belum dievakuasi ke darat. Bangkai itu tidak dievakuasi ke darat karena ditolak warga. Yudiarso mengatakan untuk penanganan ikan seperti itu ada tiga kemungkinan dilakukan, yakni dikubur, dibakar, dan ditenggelamkan.
Ketiga opsi itu sudah disiapkan oleh petugas. Nah, pada saat ditarik ke daratan Pulau Serangan mendapat penolakan dari warga. Jadi opsi yang bisa dilakukan adalah ditenggelamkan ke dasar laut. "Untuk menenggelamkannya butuh pemberat. Sebab kalau perut ikan itu ditusuk paksa maka berbahaya bagi petugas. Perut ikan itu bisa meledak," ungkapnya.
Sekitar pukul 15.00 Wita bangkai itu ditarik ke tengah laut untuk dilepaskan di sana. Tujuannya agar petugas bisa menyiapkan segala sesuatunya untuk menenggelamkan bangkai itu. "Ada kemungkinan bangkai itu balik lagi. Kalau tidak balik lagi berarti dibiarkan saja. Sejauh ini kami masih melakukan pemantauan," ungkap Yudiarso saat dikonfirmasi lagi tadi malam. *pol
Komentar