Paus Sperma Ditemukan Membusuk di Pantai Bengiat, Nusa Dua
BPSPL Kubur Bangkai di Pesisir Pantai
MANGUPURA, NusaBali
Bangkai paus sperma ditemukan di Pantai Bengiat, kawasan Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC), Nusa Dua, Kecamatan Kuta Selatan, Badung pada Rabu (18/11) pagi.
Bangkai paus dengan panjang 13 meter lebih itu ditemukan dalam kondisi membusuk dan mengeluarkan aroma tidak sedap. Bangkai paus tersebut langsung dikuburkan di pesisir pantai untuk mencegah aroma menyengat.
Kepala Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Permana Yudiarso, menerangkan bangkai paus sperma yang terdampar di pesisir Pantai Bengiat, Nusa Dua itu ditemukan pada Rabu pagi pukul 08.00 Wita oleh warga. Dilaporkan, bangkai paus sperma itu dalam kondisi membusuk dan mengeluarkan aroma tidak sedap. Tim dari BPSPL kemudian turun ke lokasi untuk melakukan pemeriksan ihwal matinya paus itu. Dari pemeriksaan awal, paus naas yang memiliki panjang 13,5 meter dengan perkiraan bobot mencapai 3 ton, mati sekitar dua pekan sebelum ditemukan. "Hal ini diperkuat karena kondisi paus itu sudah membusuk dan beberapa bagian tubuhnya sudah terurai,” kata Permana saat dikonfirmasi, Rabu (18/11) siang.
Dijelaskannya, paus yang ditemukan di Pantai Bengiat, Nusa Dua, itu berbeda dengan temuan paus sebelumnya di Pantai Serangan, Denpasar Selatan. Dari kondisi fisik, paus yang ditemukan di Serangan diperkirakan memiliki panjang 9 – 10 meter. Selain itu, kondisi paus sperma itu masih dalam keadaan utuh. Namun, yang ditemukan di Pantai Bengiat, Nusa Dua mencapai 13,5 meter lebih. Pun kondisinya sudah membusuk dan terurai. Hal inilah yang membuat pihaknya menduga bahwa ada dua paus yang ditemukan mati dua hari terakhir. Setelah melakukan pemeriksaan, bangkai paus itu langsung dikuburkan di dekat lokasi temuan dengan menggunakan dua alat berat milik Dinas LHK Badung yang kebetulan berada di dekat lokasi. “Ada kemungkinan individu yang berbeda dengan temuan kemarin. Terlihat dari ukuran dan kondisi saat ditemukan. Kalau yang pertama kemungkinan belum lama matinya, sementara yang di Nusa Dua itu diperkirakan sudah dua pekan mati,” imbuh Permana.
Terkait penyebab kematian dua paus sperma itu, pihaknya sampai saat ini masih melakukan pemeriksaan mendalam. Perlu dilakukan pemeriksaan itu karena ada tiga indikasi awal terkait adanya kematian paus. Pertama, karena sakit. Kedua, karena menabrak atau tertabrak kapal. Ketiga, karena terganggunya sonar paus lantaran dekompresi. Menurut Permana, penyebab kematian ketiga ini bisa karenakan kapal yang berlayar di perairan Selatan Bali itu menggunakan echosounder, sehingga mengganggu sinyal atau frekuensi yang kebetulan sama dengan yang dimiliki paus. Ketika frekuensi sama, maka paus merespons dan kaget. Sehingga, dengan cepat naik ke atas/permukaan laut.
“Ini yang menyebabkan kerusakan paru-paru paus. Hal tersebut bisa menyebabkan paru-paru pecah,” ungkap Permana. Dia menyebut populasi paus ini migrasi melalui perairan Indonesia, termasuk Selatan Bali, Selatan Nusa Tenggara Barat hingga NTT. *dar
Kepala Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Permana Yudiarso, menerangkan bangkai paus sperma yang terdampar di pesisir Pantai Bengiat, Nusa Dua itu ditemukan pada Rabu pagi pukul 08.00 Wita oleh warga. Dilaporkan, bangkai paus sperma itu dalam kondisi membusuk dan mengeluarkan aroma tidak sedap. Tim dari BPSPL kemudian turun ke lokasi untuk melakukan pemeriksan ihwal matinya paus itu. Dari pemeriksaan awal, paus naas yang memiliki panjang 13,5 meter dengan perkiraan bobot mencapai 3 ton, mati sekitar dua pekan sebelum ditemukan. "Hal ini diperkuat karena kondisi paus itu sudah membusuk dan beberapa bagian tubuhnya sudah terurai,” kata Permana saat dikonfirmasi, Rabu (18/11) siang.
Dijelaskannya, paus yang ditemukan di Pantai Bengiat, Nusa Dua, itu berbeda dengan temuan paus sebelumnya di Pantai Serangan, Denpasar Selatan. Dari kondisi fisik, paus yang ditemukan di Serangan diperkirakan memiliki panjang 9 – 10 meter. Selain itu, kondisi paus sperma itu masih dalam keadaan utuh. Namun, yang ditemukan di Pantai Bengiat, Nusa Dua mencapai 13,5 meter lebih. Pun kondisinya sudah membusuk dan terurai. Hal inilah yang membuat pihaknya menduga bahwa ada dua paus yang ditemukan mati dua hari terakhir. Setelah melakukan pemeriksaan, bangkai paus itu langsung dikuburkan di dekat lokasi temuan dengan menggunakan dua alat berat milik Dinas LHK Badung yang kebetulan berada di dekat lokasi. “Ada kemungkinan individu yang berbeda dengan temuan kemarin. Terlihat dari ukuran dan kondisi saat ditemukan. Kalau yang pertama kemungkinan belum lama matinya, sementara yang di Nusa Dua itu diperkirakan sudah dua pekan mati,” imbuh Permana.
Terkait penyebab kematian dua paus sperma itu, pihaknya sampai saat ini masih melakukan pemeriksaan mendalam. Perlu dilakukan pemeriksaan itu karena ada tiga indikasi awal terkait adanya kematian paus. Pertama, karena sakit. Kedua, karena menabrak atau tertabrak kapal. Ketiga, karena terganggunya sonar paus lantaran dekompresi. Menurut Permana, penyebab kematian ketiga ini bisa karenakan kapal yang berlayar di perairan Selatan Bali itu menggunakan echosounder, sehingga mengganggu sinyal atau frekuensi yang kebetulan sama dengan yang dimiliki paus. Ketika frekuensi sama, maka paus merespons dan kaget. Sehingga, dengan cepat naik ke atas/permukaan laut.
“Ini yang menyebabkan kerusakan paru-paru paus. Hal tersebut bisa menyebabkan paru-paru pecah,” ungkap Permana. Dia menyebut populasi paus ini migrasi melalui perairan Indonesia, termasuk Selatan Bali, Selatan Nusa Tenggara Barat hingga NTT. *dar
1
Komentar