Guru SMP Susun Kurikulum Darurat
Saat pandemi sekolah melakukan belajar daring, belajar luring, dan kunjungan siswa
AMLAPURA, NusaBali
Kadis Pendidikan Kepemudaan dan Olahraga (Disdikpora) Karangasem, I Gusti Ngurah Kartika, membuka pelatihan Kurikulum Darurat 2013 bagi guru SMP di aula SMPN 5 Amlapura, Senin (23/11).
Latihan Kurikulum Darurat diikuti 50 guru perwakilan dari SMP se-Karangasem ini berakhir pada Kamis (26/11). Kurikulum ini dikombinasikan dengan kurikulum normal.
Kadisdik I Gusti Ngurah Kartika dihari pertama sekaligus berikan materi kebijakan Disdikpora Karangasem. Kebijakan terkait pembelajaran di tengah pandemi Covid-19 mengacu arahan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Rrencana pembelajaran tatap muka dilaksanakan mulai awal tahun depan. Kebijakan bisa dilaksanakan apabila sekolah telah memiliki sarana dan prasarana untuk menjalankan prokes secara ketat. Kebijakan ini mesti didukung langkah nyata di semua sekolah agar pembelajaran bisa berjalan efektif.
Kabid Pembinaan SMP Disdikpora Karangasem, I Gusti Ngurah Arta, mengungkapkan, sekolah secara rutin menggelar pertemuan dengan orangtua siswa. Namun akibat pandemi Covid-19, pengelolaan sekolah memberlakukan pembelajaran jarak jauh, sebagian bisa mengikuti pembelajaran online, sebagian lagi masih kesulitan. Penyebabnya, tanpa akses internet dan tanpa HP android sehingga menimbulkan kendala. Sehingga diimbangi dengan pembelajaran luar jaringan (luring) atau dengan melakukan kunjungan.
Gusti Ngurah Artha menegaskan, saat pandemi sekolah melakukan tiga hal yakni belajar daring, belajar luring, dan belajar dengan mengunjungi siswa terutama mereka yang tidak terjangkau internet atau tanpa didukung HP. Ketua MKPS (Musyawarah Kerja Pengawas Sekolah) SMP, I Made Dirga, berikan materi SPMI (sistem penjaminan mutu internal). “Berdasarkan evaluasi, capaian standar pendidik dan tenaga kependidikan, serta sarana dan prasarana, masih kurang dibandingkan standar lainnya,” kata Made Dirga.
Wakasek Kurikulum SMPN 3 Bebandem I Nyoman Suarna menyampaikan keluhan selama pembelajaran jarak jauh. “SMPN 3 Bebandem di Banjar Butus berada di kawasan rawan bencana III, sejak Gunung Agung erupsi, antena penguat HP dicabut makanya blank, tidak bisa belajar jarak jauh, semuanya manual,” kata Nyoman Suarna. Beda dengan Wakasek Sarana dan Prasarana SMPN 2 Rendang I Wayan Budiarta, pembelajaran selama ini sebagian bisa daring dan sebagian dilakukan dengan cara kunjungan. *k16
Kadisdik I Gusti Ngurah Kartika dihari pertama sekaligus berikan materi kebijakan Disdikpora Karangasem. Kebijakan terkait pembelajaran di tengah pandemi Covid-19 mengacu arahan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Rrencana pembelajaran tatap muka dilaksanakan mulai awal tahun depan. Kebijakan bisa dilaksanakan apabila sekolah telah memiliki sarana dan prasarana untuk menjalankan prokes secara ketat. Kebijakan ini mesti didukung langkah nyata di semua sekolah agar pembelajaran bisa berjalan efektif.
Kabid Pembinaan SMP Disdikpora Karangasem, I Gusti Ngurah Arta, mengungkapkan, sekolah secara rutin menggelar pertemuan dengan orangtua siswa. Namun akibat pandemi Covid-19, pengelolaan sekolah memberlakukan pembelajaran jarak jauh, sebagian bisa mengikuti pembelajaran online, sebagian lagi masih kesulitan. Penyebabnya, tanpa akses internet dan tanpa HP android sehingga menimbulkan kendala. Sehingga diimbangi dengan pembelajaran luar jaringan (luring) atau dengan melakukan kunjungan.
Gusti Ngurah Artha menegaskan, saat pandemi sekolah melakukan tiga hal yakni belajar daring, belajar luring, dan belajar dengan mengunjungi siswa terutama mereka yang tidak terjangkau internet atau tanpa didukung HP. Ketua MKPS (Musyawarah Kerja Pengawas Sekolah) SMP, I Made Dirga, berikan materi SPMI (sistem penjaminan mutu internal). “Berdasarkan evaluasi, capaian standar pendidik dan tenaga kependidikan, serta sarana dan prasarana, masih kurang dibandingkan standar lainnya,” kata Made Dirga.
Wakasek Kurikulum SMPN 3 Bebandem I Nyoman Suarna menyampaikan keluhan selama pembelajaran jarak jauh. “SMPN 3 Bebandem di Banjar Butus berada di kawasan rawan bencana III, sejak Gunung Agung erupsi, antena penguat HP dicabut makanya blank, tidak bisa belajar jarak jauh, semuanya manual,” kata Nyoman Suarna. Beda dengan Wakasek Sarana dan Prasarana SMPN 2 Rendang I Wayan Budiarta, pembelajaran selama ini sebagian bisa daring dan sebagian dilakukan dengan cara kunjungan. *k16
Komentar