Menunggu Efek 'We Love Bali'
DENPASAR, NusaBali
Program ‘We Love Bali’ yang dimulai Rabu (7/10) dan akan berakhir akhir November ini diklaim berdampak positif terhadap pemulihan pariwisata Bali.
Bookingan untuk liburan di Bali sudah mulai meningkat. Walau baru sebatas wisatawan Nusantara.
Kalangan pelaku pariwisata menyatakan adanya bookingan, baik hotel dan juga traveling dikatakan salah satu dampak Program We Love Bali, baik dampak langsung maupun tidak langsung.
“Memang dampaknya belum signifikan,” ujar Ketua BPC PHRI Badung I Gusti Agung Ngurah Rai Suryawijaya atau Rai Suryawijaya, Senin (23/11).
Lanjutnya setiap program pasti membawa imbas. Seberapa jauh imbasnya, tentu tergantung juga skala program tersebut. Apabila program berskala besar dan dilakukan secara massif, tentu akan lebih efektif dan lebih signifikan dampaknya.
“Karena itu program atau agenda tidak bisa jalan sendiri-sendiri. Mesti dengan bekerja sama,” saran tokoh Rai Suryawijaya.
Selain imbas dari program We Love Bali, peningkatan kunjungan pada Desember merupakan hal rutin tahunan. Dalam kondisi pariwisata Bali normal (sebelum pandemi Covid-19) Desember sampai dengan Januari tahun berikutnya merupakan periode peak season.
Hanya saja peak season tersebut diyakini tidak terjadi pada Desember tahun ini, akibat pandemi Covid-19. Apalagi sampai saat ini Bali belum buka untuk wisman. Karena itu peningkatan kunjungan pada Desember ini bertumpu pada wisatawan domestik atau wisatawan nusantara. “Kan memang ada libur panjang Natal dan Tahun Baru,” ujar Rai Suryawijaya. Selain itu juga ada rencana pelaksanaan Bali Democracy Forum di Nusa Dua.
Terpisah Koordinator Biro Perjalanan Wisata (BPW) Program ‘We Love Bali’ Wisnu Arimbawa menyatakan respons masyarakat yang positif terhadap program ‘We Love Bali’. “Dari teman- teman kami informasi sudah mulai ada pesanan mulai pertengahan Desember,” jelasnya.
Karena itulah dia berkesimpulan progam stimulus memang berdampak positif terhadap pariwisata Bali. Paling tidak sudah mulai menggeliat. “DTW yang menjadi tujuan trip (program We Love Bali) mendapat dampak langsung,” ujarnya. Karyawan mulai bisa bekerja, walau tidak seluruhnya. UMKM di sekitar DTW juga terimbas. Demikian juga desa wisata semakin familiar. Hal itu karena Program ‘We Love Bali’ juga memperkenalkan banyak desa wisata yang ada. “Kesadaran masyarakat terhadap protokol kesehatan juga meningkat,” kata Arimbawa.
Sebagaimana diberitakan untuk membangkitkan pariwisata Bali yang terpuruk karena pandemi Covid-19, Kemenparkeraf bersama Pemprov Bali dan pelaku pariwisata menggelar Program ‘We Love Bali’. Salah satu agenda Program We Love Bali’ adalah mengajak tur berbagai kalangan seperti mahasiswa dosen, karyawan dan lainnya mengikuti program tur atau trip pada program trip (tur) yang telah ditetapkan oleh panitia pelaksana ‘We Love Bali’. *k17
Kalangan pelaku pariwisata menyatakan adanya bookingan, baik hotel dan juga traveling dikatakan salah satu dampak Program We Love Bali, baik dampak langsung maupun tidak langsung.
“Memang dampaknya belum signifikan,” ujar Ketua BPC PHRI Badung I Gusti Agung Ngurah Rai Suryawijaya atau Rai Suryawijaya, Senin (23/11).
Lanjutnya setiap program pasti membawa imbas. Seberapa jauh imbasnya, tentu tergantung juga skala program tersebut. Apabila program berskala besar dan dilakukan secara massif, tentu akan lebih efektif dan lebih signifikan dampaknya.
“Karena itu program atau agenda tidak bisa jalan sendiri-sendiri. Mesti dengan bekerja sama,” saran tokoh Rai Suryawijaya.
Selain imbas dari program We Love Bali, peningkatan kunjungan pada Desember merupakan hal rutin tahunan. Dalam kondisi pariwisata Bali normal (sebelum pandemi Covid-19) Desember sampai dengan Januari tahun berikutnya merupakan periode peak season.
Hanya saja peak season tersebut diyakini tidak terjadi pada Desember tahun ini, akibat pandemi Covid-19. Apalagi sampai saat ini Bali belum buka untuk wisman. Karena itu peningkatan kunjungan pada Desember ini bertumpu pada wisatawan domestik atau wisatawan nusantara. “Kan memang ada libur panjang Natal dan Tahun Baru,” ujar Rai Suryawijaya. Selain itu juga ada rencana pelaksanaan Bali Democracy Forum di Nusa Dua.
Terpisah Koordinator Biro Perjalanan Wisata (BPW) Program ‘We Love Bali’ Wisnu Arimbawa menyatakan respons masyarakat yang positif terhadap program ‘We Love Bali’. “Dari teman- teman kami informasi sudah mulai ada pesanan mulai pertengahan Desember,” jelasnya.
Karena itulah dia berkesimpulan progam stimulus memang berdampak positif terhadap pariwisata Bali. Paling tidak sudah mulai menggeliat. “DTW yang menjadi tujuan trip (program We Love Bali) mendapat dampak langsung,” ujarnya. Karyawan mulai bisa bekerja, walau tidak seluruhnya. UMKM di sekitar DTW juga terimbas. Demikian juga desa wisata semakin familiar. Hal itu karena Program ‘We Love Bali’ juga memperkenalkan banyak desa wisata yang ada. “Kesadaran masyarakat terhadap protokol kesehatan juga meningkat,” kata Arimbawa.
Sebagaimana diberitakan untuk membangkitkan pariwisata Bali yang terpuruk karena pandemi Covid-19, Kemenparkeraf bersama Pemprov Bali dan pelaku pariwisata menggelar Program ‘We Love Bali’. Salah satu agenda Program We Love Bali’ adalah mengajak tur berbagai kalangan seperti mahasiswa dosen, karyawan dan lainnya mengikuti program tur atau trip pada program trip (tur) yang telah ditetapkan oleh panitia pelaksana ‘We Love Bali’. *k17
1
Komentar