Pancing Tamu, Hotel Berlakukan Harga Covid
Banting harga di saat pandemi dimaklumi, karena cara ini dinilai efektif mengundang wisatawan.
DENPASAR, NusaBali
Memancing wisatawan terutama wisatawan domestik, lokal dan nusantara, manajemen hotel dan akomodasi lainnya di Bali memberlakukan harga ‘Covid’. Maksudnya adalah diskon tarif sewa kamar kepada pengunjung atau tamu. Potongannya sampai 50 persen dari tarif standar. “Dalam kondisi seperti ini (pandemi Covid-19) memang tidak bisa dihindari,” ujar Wakil Ketua PHRI Bali I Gusti Agung Ngurah Rai Suryawijaya, Rabu (25/11).
Menurut Rai Suryawijaya, yang lebih penting saat ini bagaimana agar usaha periwisata dalam hal ini hotel, villa dan akomodasi lain mampu bertahan. Karena itu dia memaklumi kalangan hotel memberi potongan harga hingga 50 persen. Harapannya dengan harga yang miring tersebut kunjungan wisatawan terangsang untuk lebih banyak ke Bali, menikmati liburan Natal dan Tahun Baru (Nataru). “Memang sejak Bali dibuka untuk wisatawan domestik sudah ada peningkatan kunjungan ke Bali,” ungkap tokoh pariwisata asal Desa Dalung Kecamatan Kuta Utara.
Dari awalnya berkisar antara 2.500-3.000 per hari terus meningkat 9.000 sampai 10.000 per hari. “Kita harapkan Desember ini kunjungan wisdom bisa mencapai 15.000 per hari atau lebih banyak lebih bagus,” ujarnya.
Peningkatan kunjungan tersebut akan semakin menggeliatkan pariwisata Bali, sambil menunggu dibukanya Bali untuk wisatawan mancanegara. Karena alasan itulah Rai Suryawijaya tidak mempermasalahkan dan memaklumi jika hotel maupun akomodasi lain memasang tarif minor untuk sebagai bentuk promo menggaet lebih banyak wisatawan.
Katakanlah, lanjutnya, yang datang 15.000 per hari, rasionya masih kalah jauh dibanding dengan jumlah kamar hotel di Bali sebanyak 146 ribu kamar. “Masih kurang dengan jumlah kamar yang ada,” tandasnya. Harapannya lanjut Rai Suryawijaya, agar Desember ini penerbangan internasional ke Bali bisa buka. Menurut Rai Suryawijaya, industri dan masyarakat pariwisata Bali sudah siap. Tidak hanya catatan kasus Covid yang sudah melandai, namun industri pariwisata sudah memastikan menerapkan protokol kesehatan secara ketat.
Kepastian penerapan protokol kesehatan tersebut, dilakukan melalui verifikasi dan sertifikasi hotel dan usaha wisata yang dilakukan Provinsi dan Kabupaten/Kota. “Yang jelas agar hotel bisa bertahan dulu,” ujar Rai Suryawijaya memaklumi.
Terpisah Kadisparda Bali I Putu Astawa menyatakan hal senada. “Itu kan kembali kepada supply dan demand,” katanya bernada memaklumi. Apalagi lanjutnya untuk sementara ini karena pariwisata Bali hanya bertumpu pada wisatawan domestic saja, baik domestik lokal Bali maupun nusantara. Astawa pun menyatakan bisa memaklumi kalau hotel menawarkan paket atau tarif murah. Yang diistilahkan ‘harga Covid’.
Logikanya apabila dengan ‘harga Covid’ ini mampu memancing peningkatan kunjungan wisatawan, tentu akan berdampak lebih luas terhadap Bali. Tidak hanya sektor pariwisata, namun sektor-sektor lain seperti UMKM.
Sebelumnya Ketua Bali Villa Assosiartion (BVA) I Gede Sukarta menyatakan untuk merangsang peningkatan kunjungan, kalangan pengelola properti baik hotel dan villa menurunkan sewa atau tarif kamar, sampai 50 persen. “Memang itu salah satu upaya agar pengunjung lebih banyak,” ujarnya.
Liburan Nataru pada Desember dan awal Tahun Baru 2021 kata Sukarta, wisatawan lebih banyak ke Bali. “Karena bagaimana pun Bali merupakan tujuan wisata favorit,” tandas Ketua BVA dengan 108 angggota ini. *k17
Memancing wisatawan terutama wisatawan domestik, lokal dan nusantara, manajemen hotel dan akomodasi lainnya di Bali memberlakukan harga ‘Covid’. Maksudnya adalah diskon tarif sewa kamar kepada pengunjung atau tamu. Potongannya sampai 50 persen dari tarif standar. “Dalam kondisi seperti ini (pandemi Covid-19) memang tidak bisa dihindari,” ujar Wakil Ketua PHRI Bali I Gusti Agung Ngurah Rai Suryawijaya, Rabu (25/11).
Menurut Rai Suryawijaya, yang lebih penting saat ini bagaimana agar usaha periwisata dalam hal ini hotel, villa dan akomodasi lain mampu bertahan. Karena itu dia memaklumi kalangan hotel memberi potongan harga hingga 50 persen. Harapannya dengan harga yang miring tersebut kunjungan wisatawan terangsang untuk lebih banyak ke Bali, menikmati liburan Natal dan Tahun Baru (Nataru). “Memang sejak Bali dibuka untuk wisatawan domestik sudah ada peningkatan kunjungan ke Bali,” ungkap tokoh pariwisata asal Desa Dalung Kecamatan Kuta Utara.
Dari awalnya berkisar antara 2.500-3.000 per hari terus meningkat 9.000 sampai 10.000 per hari. “Kita harapkan Desember ini kunjungan wisdom bisa mencapai 15.000 per hari atau lebih banyak lebih bagus,” ujarnya.
Peningkatan kunjungan tersebut akan semakin menggeliatkan pariwisata Bali, sambil menunggu dibukanya Bali untuk wisatawan mancanegara. Karena alasan itulah Rai Suryawijaya tidak mempermasalahkan dan memaklumi jika hotel maupun akomodasi lain memasang tarif minor untuk sebagai bentuk promo menggaet lebih banyak wisatawan.
Katakanlah, lanjutnya, yang datang 15.000 per hari, rasionya masih kalah jauh dibanding dengan jumlah kamar hotel di Bali sebanyak 146 ribu kamar. “Masih kurang dengan jumlah kamar yang ada,” tandasnya. Harapannya lanjut Rai Suryawijaya, agar Desember ini penerbangan internasional ke Bali bisa buka. Menurut Rai Suryawijaya, industri dan masyarakat pariwisata Bali sudah siap. Tidak hanya catatan kasus Covid yang sudah melandai, namun industri pariwisata sudah memastikan menerapkan protokol kesehatan secara ketat.
Kepastian penerapan protokol kesehatan tersebut, dilakukan melalui verifikasi dan sertifikasi hotel dan usaha wisata yang dilakukan Provinsi dan Kabupaten/Kota. “Yang jelas agar hotel bisa bertahan dulu,” ujar Rai Suryawijaya memaklumi.
Terpisah Kadisparda Bali I Putu Astawa menyatakan hal senada. “Itu kan kembali kepada supply dan demand,” katanya bernada memaklumi. Apalagi lanjutnya untuk sementara ini karena pariwisata Bali hanya bertumpu pada wisatawan domestic saja, baik domestik lokal Bali maupun nusantara. Astawa pun menyatakan bisa memaklumi kalau hotel menawarkan paket atau tarif murah. Yang diistilahkan ‘harga Covid’.
Logikanya apabila dengan ‘harga Covid’ ini mampu memancing peningkatan kunjungan wisatawan, tentu akan berdampak lebih luas terhadap Bali. Tidak hanya sektor pariwisata, namun sektor-sektor lain seperti UMKM.
Sebelumnya Ketua Bali Villa Assosiartion (BVA) I Gede Sukarta menyatakan untuk merangsang peningkatan kunjungan, kalangan pengelola properti baik hotel dan villa menurunkan sewa atau tarif kamar, sampai 50 persen. “Memang itu salah satu upaya agar pengunjung lebih banyak,” ujarnya.
Liburan Nataru pada Desember dan awal Tahun Baru 2021 kata Sukarta, wisatawan lebih banyak ke Bali. “Karena bagaimana pun Bali merupakan tujuan wisata favorit,” tandas Ketua BVA dengan 108 angggota ini. *k17
Komentar