Hambat Pemulihan, Praktisi Pariwisata Bali 'Keberatan'
Soal Rencana Pemotongan Libur Panjang
DENPASAR,NusaBali
Praktisi dan pelaku pariwisata Bali keberatan bahkan menolak wacana pengurangan libur panjang Nataru dengan dalih menghindari klaster baru penyebaran Covid-19.
Rencana tersebut dinilai semakin memberatkan pemulihan pariwisata Bali, yang justru sedang mulai menggeliat. “Sangat kita sayangkan kalau memang demikian,” Sang Putu Eka Pertama, GM The ONE Legian,Kuta Badung, Kamis (25/11).
Dikatakan Eka Pertama sapaan Sang Putu Eka Pertama, sejak Agustus lalu sesungguhnya antusias kunjungan wisatawan domestik ke Bali sudah mulai terasa. Bahkan semakin meningkat hingga Oktober lalu.
Karena itulah rencana pengurangan libur panjang tersebut akan berdampak negatif upaya pemulihan pariwisata Bali. “Tentunya wisatawan domestik akan berpikir ulang untuk ke Bali, karena masa liburan singkat,” ujar pria asal Kedewatan, Ubud Gianyar ini.
Untuk lanjutnya, para pemangku kepentingan diharapkan memberi masukan kepada Pemerintah, melalui kementerian terkait agar mengevaluasi rencana tersebut. Kalau memang belum menjadi keputusan, sebaiknya jangan dilanjutkan.
Pariwisata Bali sudah parah. Apalagi sementara ini hanya mengandalkan wisatawan domestik. Sedang wisman belum memungkinkan karena Bali masih tutup untuk penerbangan internasional. “Semestinya masa liburan tetap normal,” ujarnya.
Soal kekhawatiran liburan panjang menjadi momen perkembangan klaster baru Covid-19, menurut Eka Pertama juga berlebihan. Karena dari data yang ada, perkembangan penanganan Covid-19 di Bali positif. Ini menunjukkan keberhasilan Bali menangani pandemi Covid-19. Yang penting penerapan protokol kesehatan itu harus ketat.
“Sudah tidak ada wisman, dikurangi lagi liburnya jelas makin memberatkan pariwisata Bali, “ protesnya.
Hal senada disampaikan Putu Winastra, praktisi pariwisata asal Desa Undisan Tembuku, Bangli. Dia juga keberatan kekhawatiran munculnya klaster baru menjadi alasan pengurangan masa libur panjang. “Pelaksanaan Program We Love Bali, menunjukkan prokes dalam pariwisata sudah berjalan sebagaimana mestinya,” ujar Winastra.
Maksudnya sebagai bentuk uji coba, program We Love Bali sudah menunjukkan hasil, sehingga bisa dipakai sebagai salah satu acuan Bali sudah siap menerima wisman, dengan penerapan protokol kesehatan. “Kan tidak ada yang terpapar terkait program uji coba tersebut,” tunjuk Winastra.
Karenanya Winastra menginginkan tidak pengurangan libur panjang, sehingga wisatawan yang ke Bali lebih banyak. Dengan demikian kondisi pariwisata bisa semakin bergairah dan mampu lebih menggerakan perekonomian masyarakat Bali. “Pariwisata yang sudah lama terpuruk agar bergairah lagi secara perlahan,” ucap Winastra. *K17.
Dikatakan Eka Pertama sapaan Sang Putu Eka Pertama, sejak Agustus lalu sesungguhnya antusias kunjungan wisatawan domestik ke Bali sudah mulai terasa. Bahkan semakin meningkat hingga Oktober lalu.
Karena itulah rencana pengurangan libur panjang tersebut akan berdampak negatif upaya pemulihan pariwisata Bali. “Tentunya wisatawan domestik akan berpikir ulang untuk ke Bali, karena masa liburan singkat,” ujar pria asal Kedewatan, Ubud Gianyar ini.
Untuk lanjutnya, para pemangku kepentingan diharapkan memberi masukan kepada Pemerintah, melalui kementerian terkait agar mengevaluasi rencana tersebut. Kalau memang belum menjadi keputusan, sebaiknya jangan dilanjutkan.
Pariwisata Bali sudah parah. Apalagi sementara ini hanya mengandalkan wisatawan domestik. Sedang wisman belum memungkinkan karena Bali masih tutup untuk penerbangan internasional. “Semestinya masa liburan tetap normal,” ujarnya.
Soal kekhawatiran liburan panjang menjadi momen perkembangan klaster baru Covid-19, menurut Eka Pertama juga berlebihan. Karena dari data yang ada, perkembangan penanganan Covid-19 di Bali positif. Ini menunjukkan keberhasilan Bali menangani pandemi Covid-19. Yang penting penerapan protokol kesehatan itu harus ketat.
“Sudah tidak ada wisman, dikurangi lagi liburnya jelas makin memberatkan pariwisata Bali, “ protesnya.
Hal senada disampaikan Putu Winastra, praktisi pariwisata asal Desa Undisan Tembuku, Bangli. Dia juga keberatan kekhawatiran munculnya klaster baru menjadi alasan pengurangan masa libur panjang. “Pelaksanaan Program We Love Bali, menunjukkan prokes dalam pariwisata sudah berjalan sebagaimana mestinya,” ujar Winastra.
Maksudnya sebagai bentuk uji coba, program We Love Bali sudah menunjukkan hasil, sehingga bisa dipakai sebagai salah satu acuan Bali sudah siap menerima wisman, dengan penerapan protokol kesehatan. “Kan tidak ada yang terpapar terkait program uji coba tersebut,” tunjuk Winastra.
Karenanya Winastra menginginkan tidak pengurangan libur panjang, sehingga wisatawan yang ke Bali lebih banyak. Dengan demikian kondisi pariwisata bisa semakin bergairah dan mampu lebih menggerakan perekonomian masyarakat Bali. “Pariwisata yang sudah lama terpuruk agar bergairah lagi secara perlahan,” ucap Winastra. *K17.
Komentar