Sirine Erupsi Masuk Aset Pemprov Bali

Aset ini dipergunakan sepenuhnya oleh BPBD Karangasem. Bantuan dari BNPB itu diserahkan sejak Gunung Agung erupsi tahun 2017. Secara rutin dilakukan pemeliharaan dari BPBD Bali.

Terakhir Tim Teknis BPBD Provinsi Bali memperbaiki sirine Gunung Agung yang rusak. Kepala Pelaksana BPBD Karangasem, Ida Ketut Arimbawa, mengungkapkan enam sirine itu dipasang di Kantor BPBD Karangasem, Mapolsek Rendang, Koramil Karangasem, Mapolsek Selat, Pos Polisi Sub Sektor Tianyar Kecamatan Kubu, dan Mapolsek Kubu. “Aset itu dihibahkan BNPB ke Provinsi Bali, setelah tiga tahun dimanfaatkan BPBD Karangasem,” jelas Ida Ketut Arimbawa, Kamis (26/11).

Selama ini rutin dilakukan pemeliharaan dan telah pula beberapa kali diujicoba. Hanya saja alat itu masih manual, tidak otomatis bunyi saat terjadi erupsi. Alat itu berbunyi jika ada petugas yang membunyikan sirinenya. Tujuannya agar warga di sekitarnya yang mendengar bunyi sirine segera keluar rumah dan mengungsi ke tempat yang aman. Terutama masyarakat yang tinggal di KRB III yang mendengar suara sirine hingga radius 2 kilometer. Warga mesti cepat-cepat mengungsi ke tempat yang telah ditentukan.

Sebelumnya petugas teknisi melihat genset tidak berfungsi, aki sebagai penyimpan strum listrik juga tidak berfungsi, telah dilakukan perbaikan sedangkan perangkat sirine masih normal. Genset juga telah diperbaiki, langsung dihidupkan dengan memanaskan mesin sekitar dua jam. Pesan dari petugas teknisi, genset mestinya rutin dihidupkan setiap dua minggu sekali. Sedangkan aki mesti dicas selama 4 jam-8 jam. Disebutkan, bahaya erupsi Gunung Agung bukan saja memuntahkan lava pijar berupa lahar panas, lebih berbahaya lagi mengeluarkan jutaan ton belerang, dan awan panas. Belerang itu merupakan gas beracun, sedangkan awan panas dengan suhu hingga 1.000 derajat celsius mengakibatkan mati karena kepanasan. *k16