87 Siswa di Tabanan Putus Sekolah
Kawin mendominasi alasan pelajar SMP dan SMA/SMK putuskan tidak melanjutkan pendidikan.
TABANAN, NusaBali
Dalam kurun lima tahun terakhir, jumlah siswa putus sekolah di Tabanan mengalami grafik turun naik. Tahun ajaran 2016/2017 ini jumlah siswa putus sekolah paling banyak, mencapai 87 siswa. Masing-masing 5 pelajar SD, 39 pelajar SMP, dan 43 pelajar SMA/SMK. Ada tiga alasan utama mereka putus sekolah yakni sakit, kawin, dan tidak ada kemauan lagi belajar di sekolah.
Jika dihitung secara global dalam kurun 5 tahun terakhir, pelajar SMA/SMK terbanyak putus sekolah dengan jumlah 180 siswa. Disusul pelajar SMP sebanyak 135 siswa. Sedangkan pelajar SD sebanyak 33 siswa. Kepala Sub Bagian Program dan Hukum Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Tabanan, I Dewa Putu Kerta Wijaya menjelaskan, pelajar SMA/SMK paling banyak putus sekolah didominasi alasan kawin. “Ada pula dengan alasan sakit,” ungkap Kerta Wijaya, Selasa (1/11).
Alasan kawin hingga memutuskan tidak melanjutkan sekolah juga ada di tingkat SMP. “Ada pula yang diberhentikan karena alasan yang tidak ingin dipublikasikan oleh orangtuanya,” imbuh Kerta Wijaya. Sedangkan di tingkat SD, siswa putus sekolah rata-rata dengan alasan sakit. “Ada juga yang bandel tidak mau sekolah, padahal orangtua mendukung mereka sekolah,” tambahnya. Dikatakan, desa pakraman perlu buat pararem untuk menyadarkan orangtua atapun siswa bahwa sekolah itu penting.
Sementara pemerintah mengupayakan menuntaskan Wajib Belajar 12 tahun dengan kesetaran kejar paket. Untuk SD mengikuti paket A, SMP paket B, dan SMA/SMK paket C yang sudah ada lembaganya di Dinas Pendidikan. Ada pula program belajar sambil berwirausaha bekerjasama dengan Dinas Ketenagakerjaaan dan UPT Sanggar Kegiatan Belajar (SKB). Mereka diarahkan mengikuti pelatihan atau kursus ketrampilan. Sehingga siswa yang putus sekolah dapat mengupayakan dirinya agar tidak menjadi orang yang diremehkan di masyarakat.
Komite Sekolah juga diharapkan berperan aktif menjembatani siswa agar tak putus sekolah. Kelian Banjar Dinas, Perbekel, dan Camat juga diminta melakukan pendataan siswa putus sekolah. “Pendataan ini sangat membantu menjembatani siswa putus sekolah untuk mendapatkan Kartu Indonesia Pintar dan BOS,” jelasnya. cr61
Jika dihitung secara global dalam kurun 5 tahun terakhir, pelajar SMA/SMK terbanyak putus sekolah dengan jumlah 180 siswa. Disusul pelajar SMP sebanyak 135 siswa. Sedangkan pelajar SD sebanyak 33 siswa. Kepala Sub Bagian Program dan Hukum Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Tabanan, I Dewa Putu Kerta Wijaya menjelaskan, pelajar SMA/SMK paling banyak putus sekolah didominasi alasan kawin. “Ada pula dengan alasan sakit,” ungkap Kerta Wijaya, Selasa (1/11).
Alasan kawin hingga memutuskan tidak melanjutkan sekolah juga ada di tingkat SMP. “Ada pula yang diberhentikan karena alasan yang tidak ingin dipublikasikan oleh orangtuanya,” imbuh Kerta Wijaya. Sedangkan di tingkat SD, siswa putus sekolah rata-rata dengan alasan sakit. “Ada juga yang bandel tidak mau sekolah, padahal orangtua mendukung mereka sekolah,” tambahnya. Dikatakan, desa pakraman perlu buat pararem untuk menyadarkan orangtua atapun siswa bahwa sekolah itu penting.
Sementara pemerintah mengupayakan menuntaskan Wajib Belajar 12 tahun dengan kesetaran kejar paket. Untuk SD mengikuti paket A, SMP paket B, dan SMA/SMK paket C yang sudah ada lembaganya di Dinas Pendidikan. Ada pula program belajar sambil berwirausaha bekerjasama dengan Dinas Ketenagakerjaaan dan UPT Sanggar Kegiatan Belajar (SKB). Mereka diarahkan mengikuti pelatihan atau kursus ketrampilan. Sehingga siswa yang putus sekolah dapat mengupayakan dirinya agar tidak menjadi orang yang diremehkan di masyarakat.
Komite Sekolah juga diharapkan berperan aktif menjembatani siswa agar tak putus sekolah. Kelian Banjar Dinas, Perbekel, dan Camat juga diminta melakukan pendataan siswa putus sekolah. “Pendataan ini sangat membantu menjembatani siswa putus sekolah untuk mendapatkan Kartu Indonesia Pintar dan BOS,” jelasnya. cr61
Komentar