Ketenagakerjaan, Pertumbuhan Ekonomi, dan Pembangunan Ekonomi
Tenaga kerja memegang peranan sangat penting dalam roda perekonomian suatu wilayah. Maju tidaknya suatu wilayah salah satu indikatornya ditentukan oleh kualitas tenaga kerjanya, karena tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi.
Penulis : Suprapto,S.Si.,M.Si
Statistisi Muda di BPS Kabupaten Jembrana
Banyaknya tenaga kerja dapat meningkatkan perekonomian suatu wilayah, tetapi tidak sedikit pula permasalahan yang dapat ditimbulkannya oleh karena tersedianya banyak tenaga kerja namun tidak terserap di lapangan kerja. BPS Provinsi Bali menyebutkan bahwa jumlah angkatan kerja di Bali pada Agustus 2020 tercatat sekitar 2,57 juta orang. Jumlah tersebut bertambah sekitar 59,63 ribu orang dibanding Agustus 2019. Seiring dengan bertambahnya jumlah angkatan kerja, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Agustus 2020 tercatat 74,32 persen atau meningkat 0,55 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Namun demikian, penyerapan tenaga kerja di Bali dalam tiga tahun terakhir masih didominasi oleh pekerja berpendidikan SMP ke bawah yang tak kurang dari 47 persen, diikuti pekerja SMA/K tak kurang dari 35 persen, dan sisa yang lebih kecil lagi adalah pekerja berpendidikan tinggi/ diploma.
Meningkatnya jumlah angkatan kerja per Agustus 2020, di saat masyarakat Bali diterpa pandemi Covid-19 telah memunculkan masalah ketenagakerjaan baru. Terpuruknya sektor pariwisata Bali telah menyeret sebagian tenaga kerja didalamnya harus bertransisi bekerja di sektor lain untuk bertahan hidup. Dengan mayoritas tenaga kerja berpendidikan SMP yang relatif rendah secara kualitas, dan disisi lain jumlah angkatan kerja yang tidak sebanding dengan kesempatan kerja yang hadir selama pandemi, telah memaksa tenaga kerja bekerja dalam sektor lapangan usaha non unggulan. Bahkan sebagiannya yang tidak mampu bersaing dan beradaptasi telah menghadirkan pengangguran baru di Bali. Pada Agustus 2020, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) tercatat sebesar 5,63 persen, atau meningkat 4,06 persen dibandingkan TPT Agustus 2019 yang tercatat hanya sebesar 1,57 persen. Terdapat penambahan sekitar 105,21 ribu orang di Bali yang menganggur. Dilihat dari tingkat pendidikannya, TPT untuk SMK/SMA sederajat menjadi yang terbesar mencapai hampir 18 persen, diikuti TPT untuk Diploma I/II/III sebesar 13,15 persen. Peningkatan angka pengangguran terbuka tentunya memberikan beban psikologis tersendiri. Apalagi hal ini dihadapkan pada data rasio ketergantungan sebagai indikator yang secara kasar dapat menunjukkan keadaan ekonomi suatu wilayah apakah tergolong maju atau sedang berkembang. Berdasar data proyeksi penduduk hasil SUPAS 2015, Bali pada tahun 2020 masih mempunyai rasio ketergantungan yang cukup tinggi yaitu sebesar 42,30 persen. Hal ini berarti bahwa setiap 100 penduduk usia produktif (15-64 tahun) mempunyai beban tanggungan sebanyak 42- 43 orang yang dianggap belum produktif (0-14 tahun) atau sudah tidak produktif lagi (65 tahun ke atas). Semakin tingginya persentase rasio ketergantungan menunjukkan semakin tingginya beban yang harus ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai hidup penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi, demikian pula sebaliknya.
Ditinjau dari lima sektor lapangan pekerjaan unggulan di Bali dengan nilai tambah yang disumbangkan mencapai sekitar 64,71 persen terhadap ekonomi Bali pada tahun 2019 yaitu masing-masing Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum (23,26 persen), Pertanian, Kehutanan dan Perikanan (13,53 persen), Transportasi dan Pergudangan (9,73 persen), Konstruksi (9,63 persen) dan Perdagangan (8,56 persen), maka lapangan usaha Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum pada Agustus 2020 hanya mampu menyerap 9,75 persen tenaga kerja atau berkurang 3,52 persen dibanding Agustus 2019. Selain itu distribusi tenaga kerja yang bekerja di sektor transportasi dan pergudangan juga menurun hanya tinggal 2,46 persen setelah sebelumnya sebesar 3,13 persen. Diduga tenaga kerja yang berasal dari sektor ini untuk bertahan hidup di masa pandemi bertransisi bekerja dalam sektor Pertanian yang mampu menyerap total 22,51 persen tenaga kerja, meningkat daya serap tenaga kerjanya dibanding Agustus 2019 yang hanya sebesar 18,75 persen. Sektor Perdagangan juga merupakan salah satu destinasi sektor transisi yang diperankan oleh sebagian tenaga kerja pada Agustus 2020 dengan adanya peningkatan distribusi tenaga kerja sebesar 20,45 persen dibanding periode yang sama sebelumnya yang hanya sekitar 19,47 persen. Diiluar lima sektor unggulan diatas, sektor Industri Pengolahan yang tahun 2019 berkontribusi sebesar 6,03 persen terhadap ekonomi Bali, juga menjadi lapangan usaha tempat bertransisi atau bertahan hidup selama pandemi dengan distribusi tenaga kerja sebesar 15,75 persen pada Agustus 2020 atau meningkat dari 14,94 persen pada Agustus 2019.
Perlu menjadi perhatian bahwa di tengah pandemi Covid-19, seiring peningkatan jumlah angkatan kerja di Bali, dan terpuruknya pariwisata di Bali, diperlukan terobosan yang mampu membuka kesempatan kerja bagi angkatan kerja tersebut. Salah satu strategi dalam membuka kesempatan kerja adalah dengan pemerataan pembangunan di daerah sehingga tenaga kerja terdampak pandemi saat sementara “pulang kampung” dimungkinkan dalam pengembangan akses usaha baru dengan lingkungan sekitar yang mendukungnya. Hal ini diharapkan berpotensi dalam membuka peluang lapangan kerja menjadi semakin besar. Perluasan dan penciptaan kesempatan kerja melalui kebijakan makro seperti di sektor petanian, sektor perdagangaan, dan sektor industri dapat dilakukan melalui penguatan kelembagaan koperasi, atau penguatan kelompok yang terdiri dari beberapa Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Selain hal tersebut, menjadi hal mendasar bahwa upaya pengendalian penduduk tetap dilakukan agar pertumbuhan tenaga kerja dengan kesempatan kerja dapat berimbang.
Penyerapan tenaga kerja secara umum saling terkait dengan pertumbuhan ekonomi. Keterkaitan keduanya dapat disebut proporsional jika pertumbuhan ekonomi membawa dampak positif dan relatif berimbang terhadap penyerapan tenaga kerja.Hal sebaliknya bisa saja terjadi manakala pertumbuhan ekonomi terkontraksi yang berdampak penyerapan tenaga kerja menjadi tidak optimal. Pertumbuhan ekonomi yang baik pada umumnya dapat ditransformasikan menjadi peningkatan kapabilitas manusia terhadap penciptaan lapangan kerja atau usaha. Dari lapangan kerja yang tercipta pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan rumah tangga. Jika kualitas manusia meningkat maka akan berdampak pada kualitas tenaga kerja yang bakal berpengaruh terhadap tingkat dan kualitas pertumbuhan ekonomi itu sendiri. Dapat dikatakan bahwa secara proporsional, pertumbuhan ekonomi dapat mempengaruhi ketenagakerjaan baik dari permintaan (dalam menciptakan lapangan kerja) maupun dari sisi penawaran (dalam keharusan meningkatkan kualitas tenaga kerja). Kontraksi pertumbuhan ekonomi yang saat ini berlangsung, benar-benar menguji ketangguhan segenap elemen masyarakat untuk bertahan hidup, menciptakan lapangan kerja baru, bahkan bangkit menuju pemulihan ekonomi.
Menengok ekonomi Indonesia pada triwulan III 2020 (terkontraksi 3,49 persen secara y-on-y), yang secara resmi telah masuk dalam resesi ekonomi, adalah hal yang tidak mengagetkan karena beberapa negara maju dan mapan ekonominya telah mengumumkan kondisi yang serupa sebelumnya. Hal terberatnya adalah Provinsi Bali menjadi provinsi paling dalam mengalami resesi ekonomi dengan kontraksi ekonomi di triwulan III 2020 mencapai 12,28 persen. Hal ini terjadi karena pandemi berdampak sangat keras pada sektor pariwisata yang menjadi sektor primadona dan andalan selama berpuluh-puluh tahun bagi masyarakat Bali. Dialektika kebangkitan ekonomi bali dengan maksud menggeser arus utama ekonomi bali ke arah seperti sektor pertanian, sektor industri, atau perdagangan sepertinya hanya bersifat bertahan sementara. Ikhtiyar masyarakat dalam pergeseran arus ekonomi yang dikarenakan situasi krisis akibat pandemi ini jauh kondisinya dari kibar kilau terang ekonomi bali saat pariwisata bali menggeliat. Kebangkitan ekonomi bali akan sangat berkorelasi pada pemulihan pariwisata bali yang telah berpuluh-puluh tahun menjadi lokomotif pembangunan ekonomi Bali.
Menengok makna pertumbuhan ekonomi sejatinya keberhasilannya bersifat kuantitatif, yaitu adanya kenaikan dalam standar pendapatan dan tingkat output produksi yang dihasilkan. Namun demikian, secara konseptual fokus terhadap pembangunan ekonomi yang bermakna dan bersifat kualitatif, yaitu bukan hanya dari pertambahan produksi tetapi juga dari perubahan-perubahan dalam struktur produksi dan alokasi input dari berbagai sektor perekonomian yang hadir menjadi hal yang tidak harus terabaikan. Menurut pelopor ilmu ekonomi modern, Adam Smith, pembangunan ekonomi merupakan proses perpaduan antara pertumbuhan penduduk (yang berkaitan dengan pendapatan perkapita) dan kemajuan teknologi. Disebutkan juga oleh Prof Meier, bahwa pembangunan ekonomi merupakan proses kenaikan pendapatan riil perkapita dalam suatu jangka waktu yang panjang. Jika pengertian pertumbuhan ekonomi adalah sebuah upaya dalam meningkatkan jumlah produksi barang atau jasa pada sebuah wilayah, maka pembangunan ekonomi adalah suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang dengan perubahan ciri-ciri penting masyarakat, yaitu perubahan baik dalam hal teknologi, pola pikir masyarakat maupun kelembagaan.
Dengan tak hilang fokus terhadap pembangunan ekonomi secara umum, maka diyakini sebagai dampak positifnya ke depan kegiatan perekonomian akan berjalan lebih lancar dan mampu mempercepat proses pemulihan pertumbuhan ekonomi. Secara bertahap jika pembangunan ekonomi masih terpancang kuat meski sedang dalam ujian hebat pandemi Covid-19, dikemudian waktu besar peluang untuk terciptanya lapangan pekerjaan yang dibutuhkan masyarakat, sehingga akan mengurangi pengangguran. Terciptanya lapangan pekerjaan dari pembangunan ekonomi secara langsung akan memperbaiki tingkat pendapatan masyarakat dan memungkinkan adanya perubahan struktur perekonomian sehingga kegiatan ekonomi yang dilaksanakan akan menjadi semakin beragam dan dinamis. Dampak pembangunan ekonomi yang terarah dapat pula meningkatkan kualitas SDM yang memungkinkan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi semakin berkembang pesat, sehingga makin meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Diperlukan sokongan dari semua pihak untuk pulih dan bangkitnya ekonomi Bali agar masyarakat Bali segera dapat tersenyum kembali.
*. Tulisan dalam kategori OPINI adalah tulisan warga Net. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.
1
Komentar