MUTIARA WEDA : Tidak Fanatik
Sekarang Aku akan jelaskan mantra yang paling rahasia, yang mana, bahkan kematian pada Deva dan para Bhuta pun kena efeknya.
Athātah saspravaksayami sugopya manumuktamam
mamanāmata ganānām māranam yena siddhati
(Damara Tantra, 10)
Salah satu kitab yang paling penting yang dijadikan rujukan utama dalam pelaksanaan sadhana beserta dengan kelengkapannya adalah kitab agama. Dalam tradisi Sanathana Dharma, teks agama ini merupakan kitab liturgi, yang dijadikan sebagai tuntunan dan rujukan pelaksanaan ritual, aturan tingkah laku dan filosofi yang mendasari ritual dan perilaku tersebut. Teks Damara Tantra adalah salah satu teks agama, khususnya Sakta yang digunakan sebagai rujukan untuk keperluan sadhana yang berisikan mantra-mantra rahasia, teknik mudra, ritual pebersihan, dan yang lainnya.
Sebelum menguraikan berbagai mantra-mantra khusus beserta penjelasan mengenai tujuan dan waktu pengucapan, beberapa ayat di awal biasanya menjelaskan mengenai posisi teks tersebut, siapa yang mengajarkan, apa kekuatan yang ditimbulkan, dan permasalahan serta ruang lingkup teks tersebut. Seperti misalnya teks di atas menjelaskaan tentang posisi mantra yang akan diajarkan oleh Unmatta Bhairava (Siva) yang disebut dengan Bhuta Damara kepada Bhairavi (Parvati). Mantra yang akan diajarkan tersebut sifatnya amat sangat rahasia (extremely secret) yang memiliki efek yang luar biasa. Dengan mengucapkan mantra tersebut, dampaknya sangat luas, bahkan sampai kematian pada Deva dan Bhuta.
Satu hal pokok yang mesti dipahami terhadap teks agama adalah mengenai nilai atau posisioning yang diberikan terhadap isi (content) teks tersebut. Di awal, secara umum biasanya disampaikan bahwa mantra atau ajaran yang termuat adalah sangat rahasia, atau yang paling rahasia, yang tertinggi, mantra dari segala mantra, mantra utama, mantra dimana tidak diperlukan lagi mantra yang lain, ibunya mantra, puncak dari mantra-mantra lainnya, dan lain sebagainya. Seperti teks di atas, bahwa mantra yang diajarkan adalah super sangat rahasia. Tidak ada yang lebih rahasia dibandingkan mantra yang diajarkan tersebut. Dengan melafalkan mantra tersebut, mantra-mantra lainnya bisa ditinggalkan oleh karena efeknya jauh lebih dahsyat dibandingkan mantra-mantra lainnya itu.
Oleh karena demikian, kita tidak bisa menyalahkan mengapa beberapa penganut menjadi fanatik, memandang ajaran lain lebih rendah, meyakini bahwa hanya melalui cara atau jalan atau ajarannya sendiri orang mampu mencapai tujuan tertinggi. Mereka berperilaku demikian mungkin disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, mereka mungkin hanya pernah membaca satu saja teks, sementara ribuan jenis teks lainnya luput, padahal setiap teks meletakkan dan menganggap ajarannya sebagai yang tertinggi. Untuk melahirkan pengikut yang militan, tidak sedikit perguruan melarang penganutnya membaca teks lain di luar perguruannya dengan alasan teks lainnya itu tidak bonafide. Kedua, kemungkinan mereka membaca dan menjalankan beberapa teks, tetapi kemudian hanya satu yang paling cocok baginya dan mendukung kemajuan sadhananya. Kemudian dia menyimpulkan bahwa teks itu yang paling benar.
Agar tidak fanatik, membaca teks yang berbeda-beda menjadi sangat penting. Mampu melihat keindahan di masing-masing teks yang berbeda merupakan kuncinya. Hanya saja mereka yang telah lurus menjalankan satu jenis sadhana, mereka menganggap mempelajari teks lain akan meracuni atau mengganggu kemurnian ajarannya. Namun, pandangan seperti ini sangat sempit, sebab, sebelum ajaran yang kita ikuti lulus dari berbagai jenis perbandingan dari luar, kita tidak akan tahu kekokohan prinsip kita. Untuk mengetahui kekuatan ajaran yang kita miliki, kita harus mengetesnya dengan cara membaca kitab lainnya juga. Ini bukan upaya menghilangkan kemurnian, namun justru menjadi jalan untuk menguji kemurnian itu. Kemudian cara lainnya agar tidak fanatik adalah dengan melihat bahwa setiap orang adalah unik di dalam dirinya sehingga treatment bagi masing-masing orang juga berbeda. Yoni yang berbeda-beda ini juga memiliki kecocokan cara atau teknik spiritual yang berbeda. Dengan mengetahui ini, tentu kita tidak akan bisa fanatik.
I Gede Suwantana
Direktur Indra Udayana Intsitute of Vedanta
Dosen Fak. Brahma Widya, IHDN Denpasar
(Damara Tantra, 10)
Salah satu kitab yang paling penting yang dijadikan rujukan utama dalam pelaksanaan sadhana beserta dengan kelengkapannya adalah kitab agama. Dalam tradisi Sanathana Dharma, teks agama ini merupakan kitab liturgi, yang dijadikan sebagai tuntunan dan rujukan pelaksanaan ritual, aturan tingkah laku dan filosofi yang mendasari ritual dan perilaku tersebut. Teks Damara Tantra adalah salah satu teks agama, khususnya Sakta yang digunakan sebagai rujukan untuk keperluan sadhana yang berisikan mantra-mantra rahasia, teknik mudra, ritual pebersihan, dan yang lainnya.
Sebelum menguraikan berbagai mantra-mantra khusus beserta penjelasan mengenai tujuan dan waktu pengucapan, beberapa ayat di awal biasanya menjelaskan mengenai posisi teks tersebut, siapa yang mengajarkan, apa kekuatan yang ditimbulkan, dan permasalahan serta ruang lingkup teks tersebut. Seperti misalnya teks di atas menjelaskaan tentang posisi mantra yang akan diajarkan oleh Unmatta Bhairava (Siva) yang disebut dengan Bhuta Damara kepada Bhairavi (Parvati). Mantra yang akan diajarkan tersebut sifatnya amat sangat rahasia (extremely secret) yang memiliki efek yang luar biasa. Dengan mengucapkan mantra tersebut, dampaknya sangat luas, bahkan sampai kematian pada Deva dan Bhuta.
Satu hal pokok yang mesti dipahami terhadap teks agama adalah mengenai nilai atau posisioning yang diberikan terhadap isi (content) teks tersebut. Di awal, secara umum biasanya disampaikan bahwa mantra atau ajaran yang termuat adalah sangat rahasia, atau yang paling rahasia, yang tertinggi, mantra dari segala mantra, mantra utama, mantra dimana tidak diperlukan lagi mantra yang lain, ibunya mantra, puncak dari mantra-mantra lainnya, dan lain sebagainya. Seperti teks di atas, bahwa mantra yang diajarkan adalah super sangat rahasia. Tidak ada yang lebih rahasia dibandingkan mantra yang diajarkan tersebut. Dengan melafalkan mantra tersebut, mantra-mantra lainnya bisa ditinggalkan oleh karena efeknya jauh lebih dahsyat dibandingkan mantra-mantra lainnya itu.
Oleh karena demikian, kita tidak bisa menyalahkan mengapa beberapa penganut menjadi fanatik, memandang ajaran lain lebih rendah, meyakini bahwa hanya melalui cara atau jalan atau ajarannya sendiri orang mampu mencapai tujuan tertinggi. Mereka berperilaku demikian mungkin disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, mereka mungkin hanya pernah membaca satu saja teks, sementara ribuan jenis teks lainnya luput, padahal setiap teks meletakkan dan menganggap ajarannya sebagai yang tertinggi. Untuk melahirkan pengikut yang militan, tidak sedikit perguruan melarang penganutnya membaca teks lain di luar perguruannya dengan alasan teks lainnya itu tidak bonafide. Kedua, kemungkinan mereka membaca dan menjalankan beberapa teks, tetapi kemudian hanya satu yang paling cocok baginya dan mendukung kemajuan sadhananya. Kemudian dia menyimpulkan bahwa teks itu yang paling benar.
Agar tidak fanatik, membaca teks yang berbeda-beda menjadi sangat penting. Mampu melihat keindahan di masing-masing teks yang berbeda merupakan kuncinya. Hanya saja mereka yang telah lurus menjalankan satu jenis sadhana, mereka menganggap mempelajari teks lain akan meracuni atau mengganggu kemurnian ajarannya. Namun, pandangan seperti ini sangat sempit, sebab, sebelum ajaran yang kita ikuti lulus dari berbagai jenis perbandingan dari luar, kita tidak akan tahu kekokohan prinsip kita. Untuk mengetahui kekuatan ajaran yang kita miliki, kita harus mengetesnya dengan cara membaca kitab lainnya juga. Ini bukan upaya menghilangkan kemurnian, namun justru menjadi jalan untuk menguji kemurnian itu. Kemudian cara lainnya agar tidak fanatik adalah dengan melihat bahwa setiap orang adalah unik di dalam dirinya sehingga treatment bagi masing-masing orang juga berbeda. Yoni yang berbeda-beda ini juga memiliki kecocokan cara atau teknik spiritual yang berbeda. Dengan mengetahui ini, tentu kita tidak akan bisa fanatik.
I Gede Suwantana
Direktur Indra Udayana Intsitute of Vedanta
Dosen Fak. Brahma Widya, IHDN Denpasar
1
Komentar