Karauhan Warnai Pacaruan di Jembatan Kuning
Krama Desa Pakraman Lembongan, Kecamatan Nusa Penida, Klungkung, menggelar Pacaruan Panca Sata dan Ngulapin Atma, di areal Jembatan Kuning, desa setempat, Anggara Kliwon Tambir, Selasa (1/11) sore.
SEMARAPURA, NusaBali
Diharapkan, dengan upacara ini arwah para korban pasca jembatan ini ambruk, mendapatkan tempat sebagaimana mestinya.
Saat prosesi ritual berlangsung, belasan krama karauhan. Para keluarga korban ambruknya Jembatan Kuning juga hadir. Suasana haru menyelimuti lokasi upacra. Saat ritual digelar, sekitar 30 krama (perempuan) karauhan. Mereka berteriak histeris dan menari-nari. Tak hanya di pesisir, krama karauhan juga ada yang masuk hingga ke laut di bagian pinggir.
Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan mereka dipegang krama lain. Beberapa menit kemudian, bisa tenang. Krama karauhan berangsur-angsur sadarkan diri setelah diperciki tirta. ”Tujuan upacara ini untuk mengembalikan arwah para korban ke tempat lebih baik, serta untuk menyucikan kawasan Jembatan Kuning,” ujar Wakil Bendesa Pakraman Lembongan I Wayan Suarbawa, Rabu (2/11).
Kata dia, Pacaruan ini berdasarkan pertimbangan para pemuka agama dan tokoh masyarakat. Upacara untuk menetralisir semesta lebih besar nanti akan digelar 31 Maret 2017 berupa Labuh Gentuh. Upacara tersebut dilangsungkan tepat pukul 16.00 Wita hingga pukul 18.00 Wita.
Hal senada disampaikan Perbekel Lembongan I Ketut Gede Arjaya, upacara ini juga untuk menghilangkan rasa trauma berkepanjangan. Sebelumnya, peristiwa ambruknya Jembatan Kuning, yang merupakan satu-satunya akses darat Nusa Ceningan-Nusa Lembongan, terjadi pada Minggu (16/10) pukul 18.10 Wita. Dalam musibah itu tercatat 8 orang meninggal dunia, 34 luka-luka dan 17 sepeda motor nyemplung ke tengah laut. wa
Saat prosesi ritual berlangsung, belasan krama karauhan. Para keluarga korban ambruknya Jembatan Kuning juga hadir. Suasana haru menyelimuti lokasi upacra. Saat ritual digelar, sekitar 30 krama (perempuan) karauhan. Mereka berteriak histeris dan menari-nari. Tak hanya di pesisir, krama karauhan juga ada yang masuk hingga ke laut di bagian pinggir.
Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan mereka dipegang krama lain. Beberapa menit kemudian, bisa tenang. Krama karauhan berangsur-angsur sadarkan diri setelah diperciki tirta. ”Tujuan upacara ini untuk mengembalikan arwah para korban ke tempat lebih baik, serta untuk menyucikan kawasan Jembatan Kuning,” ujar Wakil Bendesa Pakraman Lembongan I Wayan Suarbawa, Rabu (2/11).
Kata dia, Pacaruan ini berdasarkan pertimbangan para pemuka agama dan tokoh masyarakat. Upacara untuk menetralisir semesta lebih besar nanti akan digelar 31 Maret 2017 berupa Labuh Gentuh. Upacara tersebut dilangsungkan tepat pukul 16.00 Wita hingga pukul 18.00 Wita.
Hal senada disampaikan Perbekel Lembongan I Ketut Gede Arjaya, upacara ini juga untuk menghilangkan rasa trauma berkepanjangan. Sebelumnya, peristiwa ambruknya Jembatan Kuning, yang merupakan satu-satunya akses darat Nusa Ceningan-Nusa Lembongan, terjadi pada Minggu (16/10) pukul 18.10 Wita. Dalam musibah itu tercatat 8 orang meninggal dunia, 34 luka-luka dan 17 sepeda motor nyemplung ke tengah laut. wa
Komentar