Desa Kasus Stunting Tinggi Diprioritaskan Dapat Pamsimas
BANGLI, NusaBali
Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas) tahun 2021 diprioritaskan untuk desa dengan kasus stunting tinggi.
Desa Manikliyu dan Desa Abuan, Kecamatan Kintamani, Bangli rencananya diberikan bantuan Pamsimas. Kabid Aparatur Esosbud dan Infrastruktur Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal Bangli, Dewa Gede Wirawan, menjelaskan dua desa tersebut memiliki kasus stunting cukup tinggi.
Menurut Dewa Gede Wirawan, tingginya kasus stunting tidak terlepas dari masalah sanitasi dan pemenuhan air bersih. Ada beberapa persyaratan yang harus terpenuhi dapatlan Pamsimas, salah satunya kesiapan desa sharing pendanaan dari APBDes sebesar 10 persen dan kontribusi masyarakat 20 persen. “Harus ada kesiapan dana dari desa,” jelas Dewa Gede Wirawan, Jumat (4/12). Desa yang sudah mengikuti program Pamsimas di tahun 2017 sebanyak 15 desa, tahun 2018 sebanyak 15 desa, tahun 2019 sebanyak 18 desa, dan tahun 2020 sebanyak 53 desa.
Terpisah, Kasi Kesehatan Keluarga dan Gizi Masyarakat Dinas Kesehatan Bangli, Ketut Widianata, mengatakan dari hasil operasi timbang balita di bulan Februari dengan sasaran 13.603 balita ditemukan kasus stunting sebanyak 1.533. Kasus itu dari beberapa desa, termasuk di dalamnya Desa Abuan dan Desa Manikliyu, Kecamatan Kintamani. Untuk desa Abuan dari sasaran 120 balita ditemukan kasus stunting sebanyak 23 kasus atau 19,17 persen.
Desa Manikliyu dari sasaran 42 balita ditemukan kasus stunting sebanyak 16 kasus atau 38,10 persen. “Kasus stunting tersebar di beberpa desa, secara umum masih tergolong aman,” ungkap Ketut Widianata. Salah satu penyebab timbulnya kasus stunting yakni masalah sanitasi dan ketersediaan air bersih yang tidak mendukung. “Air adalah kebutuhan utama, kalau air tidak terpenuhi maka dapat dipastikan berdampak pada kesehatan,” terangnya. *esa
Menurut Dewa Gede Wirawan, tingginya kasus stunting tidak terlepas dari masalah sanitasi dan pemenuhan air bersih. Ada beberapa persyaratan yang harus terpenuhi dapatlan Pamsimas, salah satunya kesiapan desa sharing pendanaan dari APBDes sebesar 10 persen dan kontribusi masyarakat 20 persen. “Harus ada kesiapan dana dari desa,” jelas Dewa Gede Wirawan, Jumat (4/12). Desa yang sudah mengikuti program Pamsimas di tahun 2017 sebanyak 15 desa, tahun 2018 sebanyak 15 desa, tahun 2019 sebanyak 18 desa, dan tahun 2020 sebanyak 53 desa.
Terpisah, Kasi Kesehatan Keluarga dan Gizi Masyarakat Dinas Kesehatan Bangli, Ketut Widianata, mengatakan dari hasil operasi timbang balita di bulan Februari dengan sasaran 13.603 balita ditemukan kasus stunting sebanyak 1.533. Kasus itu dari beberapa desa, termasuk di dalamnya Desa Abuan dan Desa Manikliyu, Kecamatan Kintamani. Untuk desa Abuan dari sasaran 120 balita ditemukan kasus stunting sebanyak 23 kasus atau 19,17 persen.
Desa Manikliyu dari sasaran 42 balita ditemukan kasus stunting sebanyak 16 kasus atau 38,10 persen. “Kasus stunting tersebar di beberpa desa, secara umum masih tergolong aman,” ungkap Ketut Widianata. Salah satu penyebab timbulnya kasus stunting yakni masalah sanitasi dan ketersediaan air bersih yang tidak mendukung. “Air adalah kebutuhan utama, kalau air tidak terpenuhi maka dapat dipastikan berdampak pada kesehatan,” terangnya. *esa
Komentar